Saturday, June 28, 2014

Sejarah Tari Bidu Asal Provinsi NTT

Tarian Bidu merupakan tarian peninggalan nenek moyang Belu yang pada mulanya digunakan sebagai media perkenalan bagi pemuda dan pemudi. Tarian ini dilaksanakan atas rencana pemuda-pemudi atas persetujuan orang tua masing-masing. Sebelumnya pihak pemuda merencanaan dan membuat perjanjian bersama dalam bahasa adat disebut hameno bidu.

Perjanjian ini kemudian ditepati dan mereka pun berduyun-duyun menuju lokasi yang telah ditentukan, yang ditonton oleh masyarakat sekitar. Para penari Bidu yang terdiri dari pemuda dan pemudi ini pun segera masuk arena untuk menari. Apabila sang pemuda telah menemukan gadis idamannya, maka dalam menari si pemuda mengelilingi si gadis idamannya. Sang gadis pun tahu kalau si pemuda sudah menaruh hati, maka si gadis pura-pura jual mahal.
Sejarah Tari Bidu Asal Provinsi NTT

Pada tahap berikutnya sang pemuda sambil menari melambai-lambaikan sapu tangannya ke wajah si gadis dan berusaha meletakkan sapu tangannya ke bahu si gadis. jika si gadis itu menyetujuinya, maka sapu tangan itu akan diterimanya dengan baik. Selanjutnya menjelang tarian usai diadakan janji untuk hanimak (suatu proses saling mengenal yang sangat etis, romantis dan berbobot, karena masih dalam pengendalian).Apabila dialog perjanjian itu belum selesai, akan dilaksanakan setelah tarian usai. Dialog-dialog itu dengan bahasa bersyair, dan bisanya pemudalah yang memulainya.        

Setelah proses perjanjian, si pemuda lalu pulang dan mencari teman yang dapat dipercaya untuk kemudian diutus sebagai jembatan untuk menghubungi orang tua gadis dengan kata-kata pemberitahuan bahwa si pemuda mau bertandang ke rumah si gadis.         

Bila orang tua gadis setuju, maka si pemuda mulai berdandan dan segera pergi ke rumah si gadis dengan membawa sirih pinang. Kemudian terjadi dialog antara pemuda dan si gadis.    
   
Setelah proses hanimak atau bertandang, pulanglah si pemuda dengan seizin gadis dan orang tuanya. Selanjutnya apabila ada kecocokan, maka hanimak berlanjt terus pada malam-malam berikutnya, dan pada gilirannya terjadilah proses binor yang berarti saling menyimpan barang (tempat sirih, kain selimut, pakaian, foto-foto dan lainnya).   

Setelah terjadinya binor, maka orang tua kedua belah pihak bermusyawarah untuk menentukan waktu meminang atau memasukan sirih pinang. Pada saat meminang, pihak laki-laki membawa sirih pinang, sopi (tuak) satu botol, dan ayam satu ekor serta satu ringgit perak dan kain putih kurang lebih satu meter. Barang-barang tersebut dinamakan Mama Lulik (sirih pinang pamali). Kemudian menyusul lagi tahap adat yang disebut Mama Tebes. Dalam acara ini dibahas tentang jadwal perkawinan di gereja.

Sejarah Tari Bambu Gila Asal Provinsi Maluku Utara

Di antara tarian-tarian Maluku, ada satu yang paling unik dan beraroma mistis yaitu tari bambu gila. Tarian ini berasal dari Ternate, Maluku Utara, tepatnya di daerah hutan bambu di kaki gunung Gamalama.

Awal tarian ini digunakan untuk memindahkan kapal kayu yang telah selesai dikerjakan di atas gunung ke pantai. Selain itu, juga dipakai untuk memindahkan kapal yang telah kandas di laut. Bahkan oleh para raja-raja, tari bambu gila ini sering digunakan untuk melawan musuh yang menyerang. Namun seiring waktu berjalan, tarian ini hanya merupakan sekadar hiburan di saat masyarakat mengadakan pesta.
Sejarah Tari Bambu Gila Asal Provinsi Maluku Utara

Pada tarian ini, batang bambu yang dipilih haruslah berukuran sekitar 10-15 meter. Sebelum tarian bambu gila dimulai, pawang akan membakar kemenyan atau dupa sambil membacakan doa agar diberikan keselamatan hingga akhir acara. Setelah itu bambu akan terguncang-guncang. Mulanya perlahan, namun lama-lama akan semakin kencang.    

Enam orang pria bertubuh besar yang memegangi bambu ini akan terbawa beputar mengelilingi lapangan, mengikuti arah gerakan si bambu. Bambu tersebut seolah-olah memiliki berat berton-ton sehingga enam pria yang membawanya tak kuasa menahannya.

Setelah lebih kurang tiga puluh menit, semua pria tadi akan kelelahan sampai bersimbah keringat. Di akhir tarian, pawang akan membakar selembar kertas lalu dimakan. Setelah, itu barulah sang bambu kan “jinak” dan kembali seperti semula.

Tari Selamat Datang Asal Papua Timur

Tarian selamat datang merupakan tarian yang menunjukkan kegembiraan hati penduduk dalam menyambut para tamu yang dihormati. Tarian ini biasa diperagakan pada saat kunjungan tamu.
Tari Selamat Datang Asal Papua Timur

Tarian ini memiliki gerakan khas seperti tari-tarian lain dari Papua yaitu gerakan yang semangat, dinamik dan menarik. Kekhasan yang lain adalah keunikan pakaian daerah serta aksesorisnya yang membuat tarian ini menarik.Regu musisi yang memainkan alat musik untuk mengiringi penari, alat musik yang dimainkannya seperti Gitar, Ukulele, Tifa, dan Bass Akustik. Ukulele, tifa dan Stem Bass biasanya dibuat sendiri.

Fungsi Tari Bosara Asal Provinsi Sulawesi Selatan

    Tari Bosara, merupakan tarian untuk menyambut para tamu terhormat. Gerakan-gerakan badannya sangat luwes. Dahulu sering ditarikan pada setiap acara penting untuk menjamu raja dengan suguhan kue kue sebanyak dua kasera.Juga ditarikan saat menyambut tamu agung, pesta adat dan pesta perkawinan.Tarian ini mengambarkan bahwa orang Bugis jika kedatangan tamu senantiasa menghidangkan bosara, sebagai tanda kesyukuran dan kehormatan.
    
    Menyebut bosara sebenarnya meliputi satu kesatuan utuh yang terdiri dari piring, yang di atasnya diberi alas kain rajutan dari wol, lalu diletakkan piring di atasnya sebagai tempat kue dan tutup bosara. Adapun kue-kue yang biasanya disajikan dengan menggunakan bosara adalah kue-kue tradisional, baik kue basah maupun kue kering. Kue basah misalnya cucur, bolu peca’, brongko, biji nangka, kue lapis, kue sala’ dan sebagainya, yang umumnya terbuat dari tepung beras. Sedangkan kue-kue tradisional yang kering di antaranya baruasa, cucur ma’dingki’, bannang-bannang, umba-umba, kue se’ro-se’ro, oko’roko unti dan berbagai jenis putu seperti putu cangkiri, putu labu, dan putu mayang. Kue-kue tersebut umumnya disajikan pada acara-acara adat ataupun pesta pengantin yang masih menggunakan adat tradisional. Karena itu, tidak mengherankan, setiap pesta pernikahan adat Bugis-Makassar sangat lekat dengan bosara, bahkan ini mentradisi hingga sekarang. Seiring dengan perkembangan zaman, warna tutup bosara kini lebih bervarias, tidak hanya warna mencolok tapi juga warna emas, perak, atau pastel. Kendati demikian, fungsi bosara dinilai tetap sakral, walaupun warnanya telah dimodifikasi sesuai dengan keinginan pembuat atau pemesannya.

Sejarah Tari Lumense Dari Sulawesi Tenggara

Tarian ini menampilkan sejumlah simbol perilaku sosial masyarakat tradisional di Kabaena, salah satu pulau besar setelah Buton dan Muna di Provinsi Sulawesi Tenggara. Klimaks dari tarian ini adalah sebagian penari menghunus parang tajam, sysyek…, lalu batang-batang pisang pun rebah ke tanah!

Seperti kebanyakan seni tari tradisional yang masih orisinal, tarian lumense kurang mengeksplorasi tubuh melalui gerakan-gerakan yang dapat lebih mengekspresikan simbol-simbol keseharian masyarakat pendukung kesenian tersebut.
Sejarah Tari Lumense Dari Sulawesi Tenggara

Gerak para penari hanya mengandalkan gerakan dasar dengan dukungan irama musik dari tetabuhan gendang dan bunyi gong besar (tawa-tawa) dan gong kecil (ndengu-ndengu). Namun, secara artistik, gerak tari lumense tetap memenuhi kriteria tontonan.

Dung dung dung, dung du du du dung du du! Tam tam dung du du … Tiga penabuh gendang, tawa-tawa, dan ndengu-ndengu beraksi membunyikan instrumennya. Sebaris penari bergerak ke panggung. Sementara di lantai panggung telah didudukkan anakan pohon pisang dalam jarak tertentu. Jumlah pohon disesuaikan dengan jumlah pemain ”putra”.

UNSUR-UNSUR ESTETIS
Kelompok penari lumense biasanya berjumlah 12 wanita muda: enam berperan sebagai pemain putra, dan sisanya sebagai putri. Semua pemain menggunakan busana adat Kabaena dengan rok berwarna merah maron. Baju atasnya hitam. Baju ini disebut taincombo, yang bagian bawah mirip ikan duyung.

Khusus para penari lumense, taincombo dipadu dengan selendang merah. Kelompok putra ditandai adanya korobi (sarung parang dari kayu) yang disandang di pinggang sebelah kiri. Parang atau ta-owu yang disarungkan di korobi dibuat khusus oleh pandai besi lokal dan selalu diasah agar matanya tetap tajam.

Tarian ini diawali gerakan-gerakan maju mundur, bertukar tempat, kemudian saling mencari pasangan. Gerakan mengalir terus hingga membuat konfigurasi leter Z, lalu diubah lagi menjadi leter S. Pada tahap ini ditampilkan gerakan lebih dinamis yang disebut momaani (ibing).

Pada saat itu tarian ini akan terasa amat menegangkan. Pasalnya, parang telah dicabut dari sarungnya dan diarahkan ke kepala penari putri sambil masih terus momaani. Dalam sekejap parang itu kemudian ditetakkan (ditebaskan) ke batang pisang. Dalam sekali ayun semua pohon pisang rebah bersamaan.

Tarian lumense ditutup dengan sebuah konfigurasi berbentuk setengah lingkaran. Pada episode ini para penari membuat gerakan tari lulo, di mana jari tangan mereka saling mengait sedemikian rupa sehingga telapak tangan masing-masing saling bertaut, lalu secara bersama digerakkan turun-naik untuk mengimbangi ayunan kaki yang mundur-maju.

Sejarah Tari Mesalai Asal Sulawesi Utara

Mesalai adalah salah satu jenis tarian tradisional yang berasal dari Provinsi Sulawesi Utara. Kesenian yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Kepulauan Sangihe Talaud ini dahulu merupakan bagian dari suatu upacara ritual sebagai perwujudan rasa syukur kepada Genggona Langi Duatung Saluruang (Tuhan Yang Maha Tinggi Penguasa Alam Semesta) atas segala anugerah yang telah diberikan-Nya. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan masuknya agama-agama baru, tari mesalai saat ini juga digunakan sebagai pelengkap upacara adat dan syukuran, seperti: khitanan, perkawinan, mendirikan rumah baru, peresmian perahu baru dan lain sebagainya. 
Sejarah Tari Mesalai Asal Sulawesi Utara

UNSUR-UNSUR ESTETIS        
Peralatan musik (waditra) yang digunakan untuk mengiringi tari mesalai adalah tegonggong yang iramanya terdiri dari lima macam, yaitu:
(1) tengkelu bawine (irama untuk wanita);
(2) tengkelu sonda (irama untuk pria);
(3) tengkelu sahola (irama lincah);
(4) tengkelu balang (irama mendayung); dan
(5) tengkelu duruhang (irama menyusur pantai).
Irama musik tegonggong ini dipadukan dengan sasambo atau lagu pujaan yang berisi ajaran tentang baik dan buruk, hubungan antarmanusia, manusia dengan Sang Pencipta, dan manusia dengan alam,lingkungannya.

Busana yang dipakai oleh para penari pria adalah busana adat yang disebut laku tepu. Busana ini terbuat dari tumbuhan sejenis pisang yang kadang disebut juga serat manila. Selain itu, para penari pria juga menggenakan tutup kepala yang terbuat dari lipatan kain yang disebut paporong dan sapu tangan (lenso). Sedangkan, busana yang dikenakan oleh penari wanita diantaranya adalah:
(1) laku tepu;
(2) papili (mahkota yang terbuat dari kulit penyu yang dihiasi sejenis bunga angrek);
(3) topo-topo (rangkaian bunga yang dililitkan pada sanggul);
(4) soho (kalung);
(5) galang (gelang);
(6) lenso (sapu tangan); dan
(7) boto pasige (sanggul).     

Pertunjukan tari mesalai diawali dengan masuknya para penari wanita yang berjalan dengan lemah gemulai, lalu memberi hormat (mindura) pada para penonton. Dalam gerakan menghormat tersebut, penari diiringi tabuhan tegonggong dengan irama tengkelu bawine dan nyanyian sasambo yang syairnya berbunyi “Kawansang ana gune, kumandang kapetuilang” (keagungan penari wanita, kerdipan mata seperti disangga).  
Setelah itu, para penari pria akan menyusul masuk pentas dan kemudian memberi hormat pada para penonton. Selanjutnya, mereka langsung menari dengan gerakan kaki yang dihentak-hentak ke lantai dan gerakan tangan yang diayunkan ke muka sesuai dengan tabuhan tegonggong yang berirama tengkelu senda (irama laki-laki). Sedangkan, syair sasambo yang dinyanyikan berbunyi “Su pedimpolangang, salaing ese mang ene”, yang artinya “dalam setiap pertemuan tarian tetap (harus) ada”.

Kemudian, para penari akan membentuk lingkaran sambil terus menghentakkan kaki dan mengayunkan tangan ke kiri dan ke kanan secara bergantian. Irama yang ditabuh dalam mengiringi gerakan ini adalah tengkelu sahola dan syair lagu yang dinyanyikan berbunyi “Sengkalitu sengkara angeng, sengka pemedi limbene” yang artinya, “serempak dan bersama-sama naik, serempak melenggangkan tangan.”    

Selanjutnya, para penari pria akan berpasangan dengan penari wanita untuk menarikan tari pergaulan yang disebut medalika. Pada gerakan tari ini para penari memegang sapu tangan dengan kedua belah tangan dan berputar membentuk lingkaran. Kemudian para penari wanita akan berjongkok dan penari pria mengelilinginya sambil melakukan gerakan mengaleke.

Ketika irama tegonggong berganti menjadi tengkelu balang, para penari berganti posisi dan mulai memainkan gerakan mendayung yang merupakan simbol dari masyarakat Sangihe Talaud yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan. Dalam gerakan ini sasambo yang dinyanyikan berbunyi “Dasalipe mapia, salai megugunena”, yang artinya “berbalaslah lagu secara serasi, para penari semakin halus dan mantap.”   

Gerakan selanjutnya adalah salaing durung (menyusuri pantai). Pada gerakan ini para penari akan menari sambil menghentakkan kaki diiringi irama tengkelu durunghang dan syair sasambo yang berbunyi “Gagaweangu sangihe, ndai tuo katamang” (kebudayaan Sangihe Talaud, semoga tumbuh dan berkembang). Setelah syair sasambo selesai dinyanyikan, para penari akan memberi hormat pada para penonton sebelum meninggalkan panggung.

Sejarah Tari Patuddu Dari Provinsi Sulawesi Barat

Tari patuddu merupakan tarian tradisional suku Mandar, yakni suku yang sebagian besar mendiami provinsi Sulawesi Barat. Tarian ini dimainkan untuk menyambut para tamu- tamu kehormatan yang datang baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Tradisi penyambutan tamu kehormatan di Sulawesi Barat ini agak berbeda dengan daerah- daerah lainnya. Para tamu kehormatan tidak hanya disambut dengan pagar ayu atau pengalungan bunga, tetapi juga dengan Tari Patuddu.
Sejarah Tari Patuddu Dari Provinsi Sulawesi Barat

Dahulu tarian ini dimainkan oleh orang dewasa, namun pada saat ini tari Patuddu dimainkan oleh anak- anak Sekolah Dasar. Mereka menari dengan iringan irama gendang sambil membawa tombak dan pedang. Karena tarian ini menggunakan tombak dan pedang, tarian ini juga disebut tari perang. Disebut tari perang karena sejarah tarian ini memang untuk menyambut balatentara Kerajaan Balanipa yang baru saja pulang dari berperang. Balanipa dulu merupakan salah satu kerajaan yang berdiri di daerah provinsi Sulawesi Barat. Menurut sebagian besar masyarakat Suku Mandar, Tari Patuddu lahir karena dahulu sering terjadi huru-hara dan peperangan antara balatentara Kerajaan Balanipa dan Kerajaan Passokorang, dua kerjaan yang dulu berada di Sulawesi Barat.

Setiap kali pasukan perang pulang, warga kerajaan tersebut selalu melakukan penyambutan dengan tarian Patuddu. Tarian ini memiliki makna, bahwa telah datang para pejuang dan pahlawan negeri. Tari Patuddu cocok dipentaskan untuk menyambut para tamu istimewa hingga saat ini.

Sejarah Tari Torompio Asal Provinsi Sulawesi Tengah

“Torompio” adalah ungkapan dalam bahasa Pamona, Sulawesi Tengah. Ungkapan ini terdiri atas dua kata, yakni “toro” yang berarti “berputar” dan “pio” yang berarti “angin”. Jadi, “torompio” berarti “angin berputar”. Makna yang terkandung dalam ungkapan tersebut adalah “gelora cinta kasih” yang dilambangkan oleh tarian yang dinamis dengan gerakan berputar-putar bagaikan insan yang sedang dilanda cinta kasih, sehingga tarian ini disebut torompio. Pengertian gelora cinta kasih sebenarnya bukan hanya untuk sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta, melainkan juga untuk semua kehidupan, seperti: cinta tanah air, cinta sesama umat, cinta kepada tamu-tamu (menghargai tamu-tamu) dan lain sebagainya. Namun, yang lebih menonjol ialah cinta kasih antarsesama remaja atau muda-mudi, sehingga tarian ini lebih dikenal sebagai tarian muda-mudi. Torompio dalam penampilannya sangat ditentukan oleh syair lagu pengiring yang dinyanyikan oleh penari dan pengiring,tari.
Sejarah Tari Torompio Asal Provinsi Sulawesi Tengah

UNSUR-UNSUR ESTETIS        
Tarian ini dahulu ditarikan secara spontan oleh para remaja dengan jumlah yang tidak terbatas dan dipergelarkan di tempat terbuka, seperti halaman rumah atau tempat tertentu yang agak luas dan membentuk,lingkaran. 

Peralatan musik yang digunakan untuk mengiringi tari torompio diantaranya adalah:
(1) ganda (gendang);         
(2) nonggi (gong);   
(3) karatu (gendang duduk); dan gitar.

Sedangkan, busana yang dikenakan oleh penari perempuan adalah:
(1) lemba (blus berlengan pendek yang berhiaskan manik-manik); 
(2) topi mombulu (rok bersusun);         
(3) tali bonto (ikat kepala yang terbuat dai teras bambu dibungkus dengan kain merah sebesar 2 sampai 3 jari dan dihias dengan manik-manik; dan    
(4) kalung yang terbuat dari sejenis tumbuhan siropu atau dari batu.

Sedangkan busana dan perlengkapan pada penari laki-laki adalah:
(1) baju banjara (baju seperti teluk belanga yang diberi hiasan dari manik-manik);
(2) salana (celana panjang yang berhias manik-manik);       
(3) siga atau destar; dan (4) salempa (kain untuk selempang).

Sejarah Tari Reog Ponorogo Asal Provinsi Jawa Timur

Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita.
Tari Reog Ponorogo Asal Provinsi Jawa Timur

Tarian ini dinamakan tari jaran kepang, yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu.Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar,Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi.

Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.

Sejarah Tari Pedang Mualang Asal Provinsi Kalimantan Barat

Tari Pedang Mualang suku Dayak Mualang Kalimantan Barat adalah sebuah tarian tunggal tradisional yang di sajikan pada masa kini untuk menghibur masyarakat dalam setiap acara tradisional. misalnya: Gawai Dayak ( pesta panen padi ), Gawai Belaki Bini ( pesta pernikahan ) dll.

Tari ini lebih menekankan pada Gerakan aktraktif menggunakan pedang dalam menyerang maupun menangkis serangan lawan demikian juga menjadikan pedang sebagai objek yang di mainkan baik di kepala maupun di bahu serta keahlian melakukan putaran pedang.
Sejarah Tari Pedang Mualang Asal Provinsi Kalimantan Barat

Di masa lalunya, tari Pedang Mualang di lakukan oleh para kesatria sebagai motivasi mendatangkan semangat perang sebelum turun melakukan ekspedisi Mengayau. Hal ini di maksudkan untuk memperkuat keyakinan mereka bahwa mereka harus menang dalam melawan serangan maupun dalam menyerang lawannya. kini Tarian Pedang Mualang, mulai terancam punah karena tidak banyak lagi tua – tua yang menurunkan tarian ini kepada generasi mudanya. Salah seorang generasi tua yang masih dapat memperagakan tari ini yaitu: bapak Mundus / Apai Mundus dari Kampung Merbang, Kecamatan Belitang Hilir, Kabupaten Sekadau Kalimantan Barat.

Tari ini diiringi oleh tebah tradional yang disebut "tebah Undup Banyur " tetapi ada kalanya dilakukan dengan Tebah Undup Biasa.

Manfaat Tari Radab Rahayu Dari Provinsi Kalimantan Selatan

Tari Radab rahayu, di pertunjukan pada upacara tepung tawar, sebelum pengantin pria dan wanita di persandingkan.

Asal muasal Tari Radap Rahayu adalah ketika Kapal Perabu Yaksa yang ditumpangi Patih Lambung Mangkurat yang pulang lawatan dari Kerajaan Majapahit, ketika sampai di Muara Mantuil dan akan memasuki Sungai Barito, kapal Perabu Yaksa kandas di tengah jalan. Perahu menjadi oleng dan nyaris terbalik. Melihat ini, Patih Lambung Mangkurat lalu memuja “ Bantam” yakni meminta pertolongan pada Yang Maha kuasa agar kapal dapat diselamatkan. Tak lama dari angkasa turunlah tujuh bidadari ke atas kapal kemudian mengadakan upacara beradap-radap. Akhirnya kapal tersebut kembali normal dan tujuh bidadari tersebut kembali ke Kayangan. Kapal melanjutkan pulang ke Kerajaan Dwipa. Dari cerita ini lahirlah Tari “ Radap Rahayu “ ( anonim ).
Manfaat Tari Radab Rahayu Dari Provinsi Kalimantan Selatan

Tarian ini sangat terkenal di Kerajaan Banjar karena dipentaskan setiap acara penobatan raja serta pembesar-pembesar kerajaan dan juga sebagai tarian penyambut tamu kehormatan yang datang ke Banua Banjar, upacara perkawinan, dan upacara memalas banua sebagai tapung tawar untuk keselamatan. Tari ini termasuk jenis tari klasik Banjar dan bersifat sakral.Dalam tarian ini diperlihatkan para bidadari dari kayangan turun ke bumi untuk memberikan doa restu serta keselamatan . Gerak ini diperlihatkan pada gerakan awal serta akhir tari dengan gerak “terbang layang”. Sayair lagu Tari Radap Rahayu diselingi dengan sebuah nyanyian yang isi syairnya mengundang makhluk-makhluk halus ( bidadari ) ketika ragam gerak “Tapung Tawar”, untuk turun ke bumi. Jumlah penari Radap Rahayu selalu menunjukkan bilangan ganjil, yaitu : 1,3,5,7 dan seterusnya.

UNSUR-UNSUR ESTETIS
Tata Busana telah baku yaitu baju layang. Hiasan rambut mengggunakan untaian kembang bogam. Selendang berperan untuk melukiskan seorang bidadari, disertai cupu sebagai tempat beras kuning dan bunga rampai untuk doa restu dibawa para penari di tangan kiri. Seiring lenyapnya Kerajaan Dwipa, lenyap juga Tari Radap Rahayu. Tarian tersebut kembali digubah oleh seniman Kerajaan Banjar bernama Pangeran Hidayatullah. Namun kembali terlupakan ketika berkecamuknya perang Banjar mengusir penjajah Belanda. Pada tahun 1955 oleh seorang Budayawan bernama Kiayi Amir Hasan Bondan membangkitkan kembali melalui Kelompok Tari yang didirikannya bernama PERPEKINDO ( Perintis Peradaban dan Kebudayaan Indonesia) yang berkedudukan di Banjarmasin. Sampai saat ini PERPEKINDO masih aktif mengembangkan dan melestarikan Tari Radap Rahayu.

Sejarah Tari Yopong Asal Provinsi DKI Jakarta

Tari Yopong, adalah tari persembahan untuk menghormati tamu negara. Tarian tradisional ini diciptakan untuk pertunjukan. Yapong bukan tari pergaulan seperti Jaipongan, yang berasal dari Jawa Barat, namun kemudian dalam perkembangannya kadang kala berfungsi sebagai tari pergaulan untuk mengisi acara menari sesuai permintaan karena tarian ini penuh dengan variasi.
Sejarah Tari Yopong Asal Provinsi DKI Jakarta

Tari Yapong merupakan suatu tari gembira dengan gerakan yang dinamis dan erotis. Dalam adegan tersebut dipertunjukkan suasana gembira menyambut kemenangan Pangeran Jayakarta. Adegan ini dinamai Yapong dan tidak mengandung arti apapun. Namun istilah Yapong ini lahir dari bunyi lagunya ya, ya, ya, ya, yang dinyanyikan artis pengiringnya serta suara musik yang berkesan pong, pong, pong, sehingga lahirlah "ya-pong" dan berkembang menjadi Yapong. Pusat Latihan Tari (PLT) Bagong Kussudiarjo dan Dinas Kebudayaan DKl Jakarta seusai pementasan menggubah tari Yapong dari bentuk sendratari dan mengembangkannya sebagai tarian lepas.

UNSUR-UNSUR ESTETIS
1. KOSTUM
Adapun corak pakaian yang dikenakan para penarinya, merupakan pengembangan pakaian tari Kembang Topeng Betawi. Tampak jelas bentuk serta ragam hias tutup kepala serta selempang dadanya, yang disebut toka-toka. Tari Yapong diwarnai oleh tari rakyat Betawi, kemudian diolah dengan unsur-unsur tari pop, antara lain unsur tari daerah Sumatera. Karena kesenian Betawi dipengaruhi oleh unsur kesenian Tionghoa, maka dalam tari Yapong juga terdapat unsur kesenian Tionghoa, misalnya dalam kain yang dipakai oleh para penari terdapat motif-motif naga dengan warna merah menyala.

2. MUSIK PENGIRING
Alat musik yang digunakan saat tarian ini dipergelarkan adalah campuran antara Betawi, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Setelah menjadi tarian lepas, dalam tarian tersebut. DKl Jakarta memanfaatkan instrumen Rebana Biang, Rebana Hadroh, dan Rebana Ketimpring. Dengan demikian tari Yapong merupakan garapan kreasi baru yang bertolak dari unsur-unsur gerak tradisional Betawi.

Unsur Tari Selampit Delapan Asal Provinsi Jambi

Pada awal diciptakannya  tarian ini merupakan tari pergaulan Muda-mudi dijambi. Tari ini mempunyai arti yang sangat penting dalam merekatkan pergaulan, maka dari itu kain Selampit yang berjumlah delapan lembar dengan bermacam warna ini merupakan simbol tautan pergaulan antar muda-mudi di Kota Jambi.
Tari selapit delapan adalah tarian tradisional yang berasal dari Provinsi Jambi. Tarian ini petama kali diperkenalkan oleh M. Ceylon ketiak bertugas pada dinas kebudayaan Provinsi Jambi. Pria kelahiran 7 juli 1941 ini memiliki bakat yang luar biasa dalam bidang kesenian, terutama seni tari. Beliau memiliki pribadi yang baik, ramah, dan enerjik, beliau npun mudah beradaptasi dengan budaya dan lingkungan setempat. Aktivitas beliau yang banyak bergulat dalam bidang kebudayaan menjadikan dirinya berhasil menangkap pesan terdalam dari pergaulan masyarakat, yang kemudian diolah menjadi sebuah karya seni bernama tari selapit delapan. Dalam perkembangannya tarian ini kemudian ditetapkan menjadi salah satu tarian khas provinsi Jambi.
Unsur Tari Selampit Delapan Asal Provinsi Jambi

Tari selapit delapan ini pertamaa kali dimainkan oleh delapan orang dengan menggunakan sumbu kompor sebanyak 8 tali yang diikat atau digantung pada loteng. Dinamakan Tari selapit delapan karena  merujuk pada 8 tali yang digunakan dalam tarian. Dan pada saat itu sahabat Celyon yang bernama O.K Hendrik menyarankan untuk mengganti sumbu kompor dengan syal supaya tari yang dimainkan tampak lebih menarik. Akhirnya usulan tersebut disetujui oleh Ceylon, sehingga dalam setiap kesempatan mementaskan tari selapit delapan ini, para penari menggunakan syal sebagai media tari, hingga sekarang. Tari selapit delapan ini pertama kali diperkenalkan untuk merekatkan hubungan pergaulan antarpemuda. Lewat media tari i mengambarkan keakraban antarpmuda dapat terbangun dengan baik. 

UNSUR-UNSUR ESTETIS

1. GERAK TARI
Setiap gerakan dalam tari selapit delapan ini mengambarkan kekompakan itulah yang menjadi panduan dalam kehidupan sehai-hari. Di dalam tarian ini mengandung sebuah pesan yang dalam tentang makna sebuah pergaulan, bahwa pergaulan yang baik dilandasi oleh keimanan, saling menghargai, dan berperilaku bijaksana. Tentunya pandangan ini tidak terlepas dari falsafah hidup masyarakat Jambi yang memegang teguh nilai-nilai keimanan sebagai landasan dalam setiap pergaulan.
Dalam tari selapit delapan ini para penonton dapat menyaksikan gerakan yang luwes yang disuguhkan oleh para penari. Tarian dibuka dengan gerakan jongkok lalu memutar sembari menghaturkan salam sembah pada penonton sebagai rasa hormat. Hal ini menjadi salah satu ciri khas dalam tari-tarian Melayu. Para penari melakukan gerakan salam sebagai penghargaan terhadap penonton atas kesediaannya menyaksikan persembahan tari mulai dari awal hingga selesai. 
Setelah menghantarkan salam penghoermatan, tari selapit delapan  ini dilanjutkan dengan melakukan gerakan inti. Masing-masing penari, segera mengambil syal yang tergantung untuk selanjutnya bersiap melakukan gerakan inti. Mereka kemudian membentuk sebuah lingkaran sebelum melakukan gerakan berputar. Perlahan-lahan satu persatu dari para penari berputar untuk merajut syal, gerakan ini dilakukan secara bergiliran dengan gerakan gemulai, sehingga syal menyatu menjadi lilitan yang indah. Setelah syal menyatu dengan bagus, maka gerakan tari dilanjutkan dengan membuka rajutan syal. Gerakannya pun dilakukan persis seperti gerakan awal ketika membuat rajutan. Setelah rajutan selesai dibuka, maka posisi para penari kembali membentuk formasi lingkaran sembari memainkan syal tersebut dengan gerakan yang teratur dan dilakukan sampai selesai hingga syal kembali terbuka seperti sedia kala.

2. KOSTUM
Gerakan tari selapit delaman ini  bertambah menarik dengan komposisi warna-warni pakaian dan syal yang dipakai para penari. Para penari yang berjumlah 8 orang (4 pasang) tampil dengan komposisi pakaian yang beraneka warna, seperti biru, kuning, merah, dan merah muda dengan warna syal yang senada. Aneka warna tersebut kelihatan indah berpadu dengan sarung tenun khas Melayu Jambi yang terbuat dari sutra bersulam emas yang dipakai sebagai ikat pinggang. 

3. KEUNIKAN
Keunikan tari selampit delapan dari tari yang lain yaitu Tari Selampit Delapan banyak ditampilkan pada kegiatan-kegiatan pesta, seperti pesta adat dan promosi budaya. Dalam Tari Selampit Delapan para penonton dapat menyaksikan gerakan yang luwes yang disuguhkan oleh para penari. Tarian dibuka dengan gerakan jongkok lalu memutar sembari menghaturkan salam sembah pada penonton sebagai rasa hormat. Hal ini menjadi salah satu ciri khas dalam tari-tarian Melayu. Para penari melakukan gerakan salam sebagai penghargaan terhadap penonton atas kesediaannya menyaksikan persembahan tari mulai dari awal hingga selesai.

Sejarah Tari Melemang Asal Provinsi Kepulauan Riau

Tari melemang konon telah ada sejak zaman kerajaan Bentan. Ini artinya bahwa tarian tersebut sudah dikenal sejak abad ke-12. Konon, pada waktu itu, melemang bukan termasuk tarian konsumsi rakyat, tetapi tarian istana.

Setiap pementasan para penari mempertunjukkan kecakapannya dengan mengambil sesuatu (sapu tangan, uang receh, dan lain sebagainya) dengan cara melemang (berdiri sambil membongkokkan badan ke arah belakang). Oleh karena itu, tarian ini disebut sebagai melemang. Di Tanjungpisau tarian ini lebih dikenal dengan Melemang Penaga atau Tari Melemang Bintan Penaga.

Sesuai dengan tujuannya yang tidak lain adalah menghibur raja, maka kesenian yang memadukan unsur tari, musik dan nyanyi ini mengisahkan tentang kehidupan seorang raja di sebuah kerajaan. Oleh karena itu, ada yang berperan sebagai raja, permaisuri, puteri, dayang-dayang dan lain sebagainya.

Kerajaan yang disebut sebagai Bentan memang sudah lama runtuh. Namun demikian, tarian yang pernah hidup di zamannya bukan berarti terkubur bersamanya. Tarian itu kini masih tetap hidup di Tanjungpisau Penaga (Bintan) dan malahan menyebar ke Daik-Lingga. Dengan kata lain, tarian yang pada mulanya hanya berada di lingkungan istana ini, dewasa ini telah menjadi milik rakyat kebanyakan, dengan durasi pementasan sekitar satu jam.

Pada masa lampau, tarian ini sering dipertunjukkan dalam rangka memeriahkan upacara perkawinan. Namun, sekarang jarang sekali (kalau tidak dapat dikatakan tidak pernah lagi) tampil dalam upacara itu. Biasanya, kesenian ini hanya tampil pada acara-acara tertentu (festival seni-budaya yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat atau lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang kebudayaan, baik pemerintah maupun swasta).

Sebuah pementasan yang lengkap sekurang-kurangnya melibatkan 14 orang, yakni: seorang yang berperan sebagai raja, seorang yang berperan sebagai permaisuri, seorang yang berperan sebagai puteri, empat orang pemusik, seorang penyanyi, dan enam orang penari.

UNSUR-UNSUR ESTETIS

1. MUSIK
Dengan diiringi alunan musik akordion, gong, biola, serta tambur, perpaduan tari dan nyanyian ini berlangsung sekitar 1 jam. Yang menjadi daya tarik khusus dari pertunjukan tari Melemang yakni gerakannya.

2. GERAK TARI
Dengan posisi berdiri sambil membongkokkan badan ke belakang, penari berusaha mengambil sapu tangan yang diletakkan di permukaan lantai. Melalui kepiawaian dan keterampilan yang tidak semua orang dapat melakukannya, dengan sempurna penari Melemang mampu mengambil sapu tangan itu.

3. KOSTUM DAN TATA RIAS
Para pemain Melemang mengenakan kostum dan tata rias bergaya Melayu namun sesuai dengan perannya. Biasanya, pemain wanita pada pertunjukan tari Melemang mengenakan baju kurung panjang sebagai atasan dan kain atau sarung panjang sebagai bawahan. Sementara pemain lelaki mengenakan baju kurung panjang sebagai atasan dan celana panjang sebagai bawahan. Sebagai pelengkap kostum, pemain lelaki juga mengenakan topi atau kopiah berwarna hitam.

4. KEUNIKAN
Tarian ini mempunyai keunikan sendiri yaitu, Para penarinya bukan rakyat biasa, tetapi para dayang yang berasal dari sekitar istana, termasuk daerah yang disebut sebagai Tanjungpisau Penaga. Tarian ini dipersembahkan ketika Sang Raja sedang beristirahat.

Unsur-Unsur Estetis Tari Tanggai | Sumatera Selatan

Tari tanggai merupakan tarian persembahan yang ditujukan kepada tamu yang telah memenuhi undangan. Salah satunya adalah dipersembahkan pada acara perkawinan adat daerah Sumatera Selatan umumnya. Untuk menghormati tamu undangan yang ada serta tersirat ucapan selamat datang. Dengan diiringi lagu Gending Sriwijaya tarian tersebut disajikan membuat acara semakin semarak. Dengan kelenturan tangan dan lentiknya jemari penari menunjukan betapa tulusnya tuan rumah memberikan penghormatan. 
Unsur-Unsur Estetis Tari Tanggai | Sumatera Selatan

Dahulu tarian ini pulalah yang selalu disajikan kepada tamu-tamu raja kerajaan Sriwijaya. Tidak hanya pada acara perkawinan saja, disetiap acarapun tarian ini sering Tarianini menggambarkan masyarakat Palembang yang ramah dan menghormati, menghargai serta menyayangi tamu yang berkunjung ke daerahnya.Kesenian Daerah Seni Tari dapat menunjukan ciri khas suatu daerah demikian juga Kota Palembang memiliki berbagai tarian baik trandisional maupun modern yang merupakan hasil kreasi dari senimanlocal.

UNSUR-UNSUR ESTETIS
1. GERAK
Tari ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai dengan busana khas daerah.Kelenturan gerak dan lentiknya jemari penari menunjukan betapa tulusnya tuan rumah memberikan penghormatan kepada tamu. Perpaduan gerak gemulai penari dengan harmoni lagu pengiring yang berjudul enam bersaudara melambangkan keharmonisan hidup masyarakat Palembang.

2. KOSTUM DAN PROPERTI
Umumnya tari ini dibawakan oleh lima orang dengan memakai pakaian khas daerah sepertikain songket, dodot, pending, kalung, sanggul malang, kembang urat atau rampai, tajuk cempako, kembang goyang, dan tanggai yang berbentuk kuku terbuat dari lempengan tembaga.

Tari Rateb Meuseukat | PROV. NAD ACEH

Tari Ratéb Meuseukat merupakan salah satu tarian Aceh yang berasal dari Aceh. Nama Ratéb Meuseukat berasal dari bahasa Arab yaitu ratéb asal kata ratib artinya ibadat dan meuseukat asal kata sakat yang berarti diam.

Diberitakan bahwa tari Ratéb Meuseukat ini diciptakan gerak dan gayanya oleh anak Teungku Abdurrahim alias Habib Seunagan (Nagan Raya), sedangkan syair atau ratéb-nya diciptakan oleh Teungku Chik di Kala, seorang ulama di Seunagan, yang hidup pada abad ke XIX. Isi dan kandungan syairnya terdiri dari sanjungan dan puji-pujian kepada Allah dan sanjungan kepada Nabi, dimainkan oleh sejumlah perempuan dengan pakaian adat Aceh. Tari ini banyak berkembang di Meudang Ara Rumoh Baro di kabupaten Aceh Barat Daya.

Pada mulanya Ratéb Meuseukat dimainkan sesudah selesai mengaji pelajaran agama malam hari, dan juga hal ini tidak terlepas sebagai media dakwah. Permainannya dilakukan dalam posisi duduk dan berdiri. Pada akhirnya juga permainan Ratéb Meuseukat berfungsi untuk dipertunjukkan pada upacara agama dan hari-hari besar, upacara perkawinan dan lain-lainnya yang tidak bertentangan dengan agama.

Unsur-unsur estetis
· Gerak : Gerakan tari pada prinsipnya ialah gerakan oleh tubuh, keterampilan, keseragaman atau kesetaraan dengan memfungsikan tangan sama-sama kedepan, ke samping kiri atau kanan, ke atas, dan melingkar dari depan kebelakang, dengan tempo mula lambat hingga cepat.
· Kostum dan rias : memakai kemeja dan celana panjang, topi berbentuk gulungan dan sebuah sarung. Pakaiannya harus agak longgar supaya bisa bebas menari.Dan masih ada sarong dikenakan dibawah perut macam macam ikat pinggang. Pakaian Tari Saman berwarna banyak dan cantik, terutama untuk warna kuning.
· Sikap dan pola lantai : Penari harus berlutut dan duduk

Keunikan , perbedaan, dan persamaan
Saat ini, tari ini merupakan tari yang paling terkenal di Indonesia. Hal ini dikarenakan keindahan, kedinamisan dan kecepatan gerakannya. Tari ini sangat sering disalahartikan sebagai tari Saman milik suku Gayo. Padahal antara kedua tari ini terdapat perbedaan yang sangat jelas. Perbedaan utama antara tari Ratéb Meuseukat dengan tari Saman ada 3 yaitu, pertama tari Saman menggunakan bahasa Gayo, sedangkan tari Ratéb Meuseukat menggunakan bahasa Aceh. Kedua, tari Saman dibawakan oleh laki-laki, sedangkan tari Ratéb Meuseukat dibawakan oleh perempuan. Ketiga, tari Saman tidak diiringi oleh alat musik, sedangkan tari Ratéb Meuseukat diiringi oleh alat musik, yaitu rapa’i dangeundrang. Persamaan tari saman dan rateb meuseukat
a.    Dikenal sebagai  Tari Saman dan sama- sama masuk dalam kategori Ratoeh duek( ratouh:rateb / zikir / ibadah ; Duek :duduk )
b.    Keempat tarian ini hampir memiliki gerakan yang sama. Tarian dimainkan dengan posisi berdiri dan duduk
c.    Gerakan tari pada prinsipnya ialah gerakan oleh tubuh, keterampilan, keseragaman atau kesetaraan dengan memfungsikan tangan sama-sama kedepan, ke samping kiri atau kanan, ke atas, dan melingkar dari depan kebelakang, dengan tempo mula lambat hingga cepat.
d.    Sama-sama menjadi media untuk penyampaian dakwah dan nasehat-nasehat dari mulaipendidikan, keagamaan, budaya dll.
e.    Sama-sama memiliki keseragaman formasi dan ketepatan waktu dan ini adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna.
f.    Penari berjumlah lebih dari 10 orang

Fungsi Tari Merak

Tari Merak merupakan salah satu tarian daerah kreasi baru yang dikreasikan oleh Raden TjetjepSomantri sekitar tahun 1950-an, yang kemudian direvisi kembali oleh dra. Irawati Durban pada tahun 1965.
Pada tahun 1985 dra. Irawatai merevisi kembali koreografi tari merak dan mengajarkannya secara langsung pada Romanita Santoso pada tahun 1993.

Walaupun tarian ini dibawakan oleh penari wanita, namun sebenarnya tarian ini mengambarkan tingkah laku merak jantan dalam menebatkan pesonanya kepad merak betina. Dalam tarian ini digambarkan bagaimana usaha merak jantan untuk menarik perhatian merak betina dengan memamerkan bulu ekornya yang indah dan panjang. Dalam usahanya menarik merak betina, sang jantan akan menampilkan pesona terbaik yang ada pada dirinya hingga mampu membuat sang betina terpesona dan berlanjut pada ritual pekawinan.
tari merak.

Gerakan tari merak lebih didominasi oleh gerakan yang menggambarkan keceriaan dan kegembiraan yang dipancarkan oleh sang merak jantan. Dan nilai keceriaan yang digambarkan dalam tari merak semakin jelas dengan penggunaan kostum yang digunakan oleh sang penari. Dalam membawakan tarian merak, umumnya penari akan menggunakan kostum yang berwarna – warni dengan aksesoris yang semakin mempertegas kesan burung merak jantan. Dan yang tidak pernah ketinggalan dalam kostum tari merak adalah sayap burung merak yang bisa dibentangkan dan hiasan kepala (mahkota) yang akan bergoyang – goyang ketika penari menggerakan kepalanya. Sedangkan untuk fungsi tari merak, tarian ini sering ditampilkan sebagai tarian persembahan atau tarian penyambutan. 
Berikut adalah beberapa fungsi tari merak:
- sebagai tarian persembahan untuk para tamu yang hadir dalam resepsi pernikahan
- sebagai tarian penyambutan untuk rombongan pengantin pria ketika menuju pelaminan
- sebagai tarian penyambutan tamu agung dalam sebuah acara atau ritual
- sebagai sarana untuk memperkenalkan budaya Indonesia dalam kancah internasional.

Saturday, June 14, 2014

Tari Cepetan Alas Khas Kecamatan Karangayam Kabupaten Kebumen

Kebumen memiliki bermacam-macam kesenian tradisional asli. Selain Ebleg, Jemblung, Jamjaneng, dan Menthiet, kesenian tradisional asli Kebumen lainnya ialah Cepetan/Cepetan Alas. Kesenian Cepetan merupakan kesenian tradisional bergenre Sendratari. Kesenian ini berasal dari kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen. Cepetan Alas berasal dari dua kata : Cepetan (bahasa Jawa; kata dasarnya adalah Cepet, nama salah satu jenis mahluk halus di Jawa) dan Alas (bahasa Jawa yang berarti Hutan).

Kesenian tradisional Cepetan muncul di kecamatan Karanggayam pada tahun 1943, ketika Jepang berkuasa di Indonesia. Kesenian ini dipopulerkan oleh Lauhudan (?) seorang tokoh dari Karanggayam. Sendratari ini menggambarkan sebuah peristiwa pembukaan lahan pemukiman di daerah Karanggayam. Alkisah pada masa Jepang berkuasa di Indonesia, rakyat mengalami penderitaan baik sandang, pangan, dan papan yang luar biasa. Hal ini dialami juga oleh masyarakat Karanggayam. Selain itu, bencana (pageblug/musibah) berupa penyakit yang merenggut nyawa pun tiap hari melanda. Pertanian tidak bisa diandalkan. Akhirnya seorang sesepuh (tokoh masyarakat) di daerah tersebut memerintahkan untuk bersama – sama membuka hutan untuk lahan pemukiman dan pertanian baru. Hutan itu bernama Curug Bandung, sebuah hutan yang dikenal sangat angker. Cobaan pun datang ketika hutan Curug Bandung dibuka. Semua penghuni hutan, baik binatang dan mahluk halus (cepet, brekasakan, banaspati, raksasa dan lain – lain) harus mereka hadapi. Dengan perjuangan yang keras dan pihatin yang tinggi dari warga, sesepuh dan pemimpin pada saat itu, akhirnya cobaan, gangguan dan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh penghuni hutan Curug Bandung pun bisa diatasi. tempat baru tersebut kemudian menjadi sebuah pemukiman yang makmur dan tentram. Pertanian warga juga berkembang baik. Penghuni hutan yang berhasil diatasi dengan daya prihatin (tirakat) akhirnya pindah ke tempat yang lain.

Kesenian tradisional Cepetan/Cepetan alas diperagakan oleh beberapa orang menggunakan kostum tradisional sederhana dilengkapi dengan topeng. Topeng – topeng yang dikenakan oleh masing-masing penari menggambarkan karakter. Sebuah topeng berkarakter baik (menggambarkan manusia), topeng lainnya menggambarkan simbol binatang (monyet, harimau, dan gajah) dan mahluk halus (cepet, bekasakan, banaspati, raksasa/buta dan lain – lain).

Kesenian tradisional Cepetan/Cepetan Alas diawali dengan musik pengiring gamelan sederhana dan bedug. Disusul keluarnya penari – penari bertopeng dan pengantar dalam sebuah cerita singkat menggunakan bahasa Jawa tentang asal mula kesenian tradisional Cepetan. Setelah cerita pengantar selesai, para penari melanjutkan tariannya dengan gerakan penggambaran dibukanya hutan Curug Bandung dan perkelahian antara sosok manusia dengan berbagai macam mahluk halus dan binatang penghuni hutan yang diakhiri dengan kemenangan tokoh manusia dan menyingkirnya para mahluk halus dan binatang hutan.
Tarian ini sepintas memiliki kemiripan alur cerita dengan sendratari Bambangan Cakil, yang menggambarkan perkelahian Arjuna melawan Buta Cakil yang menggodanya ketika ia bertapa, yang diakhiri dengan kemenangan Arjuna.

Tari Lawet dari Kebumen Jawa Tengah

Tari apakah yang hanya dimiliki Kabupaten Kebumen. Tarian ini sangat mencerminkan karakter warga Kebumen. Jadi, simaklah baik-baik artikel kali ini. Saya harap Anda dapat mendapatkan hikmahnya.

Tari lawet adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Kebumen. B. Sardjoko yang lahir di Klaten, tanggal 4 Agustus 1949 merupakan pencipta sahnya. Beliau merupakan anak bungsu dari 5 bersaudara. Ibunya berprofesi sebagai penari topeng, maka tak heran bakat tersebut menurun padanya. Mereka pernah tinggal di Jl. Cincin Kota, Desa Karang Sari, Kebumen.

Tari ini tergolong masih muda, B. Sardjoko mulai mencipta pada bulan Februari 1989. Awal mula ide pembuatannya adalah kehendak bupati yang menginkan pembukaan Jambore Daerah tingkat Jawa Tengah di Widoro Payung berupa tari masal dari Kebumen. Maka, terciptalah Tari Lawet yang ditarikan kurang lebih 200 orang penari. 

Untuk mencari inspirasi, beliau melakukan survey ke Karang Bolong. Beliau mengamati air samudra, orang yang sedang memanjat tebing, gerak lincah burung lawet yang sedang terbang.
Amin Soedibyo yang menjabat bupati kala itu, menetapkan tari lawet wajib menjadi mulok (muatan lokal) bagi pelajar SD. Namun, pada tahun 2000 tersebut dihapus. 

Tari ini pertama kali ditampilkan pada saat pembukaan Jambore di Widoro pada tanggal 31 Agustus 1989. Pernah juga ditampilkan di lapangan pemandian air panas Krakal, Alian, kemudian di alun-alun Kebumen pada tahun 1994, selain itu juga di Stadion Candradimuka, tak hanya itu pernah juga di Semarang, selain itu di TMII sebagai pengisi anjungan Jawa Tengah, dan pernah juga dilombakan di alun-alun Kebumen pada tahun 1990, yang diikuti beberapa regu yang masing-masing regunya terdiri dari 5 penari.

Sang maestro tari lawet ini mendapatkan penghargan sebagai pencipta tari lawet pada tahun 1996.
Lawet termasuk burung kebanggaan Kebumen yang dapat menghasilkan sarang burung berharga sangat tinggi. Oleh karena itu, banyak warga setempat yang menggantungkan hidupnya untuk mengunduh sarangnya. dengan bertaruh nyawa untuk mengunduh lawet.

Gaya tari lawet lincah dan ceria, hal itu sesuai dengan gerakan terbang lawet yang luwes dipandang. Di dalam tari lawet terkandung makna yang cukup dalam, yaitu menggambarkan kehidupan burung yang berusaha hidup untuk mencari makan sehari-hari. 
     
Tari lawet memiliki gerakan inti. Gerakan-gerakan tersebut antara lain:
1.  Didis
2.  Kepetan
3.  Lenggut
4.  Lincah nyucuk
5.  Loncat egot
6.  Ngulet/angklingan
7.  Ukel nyutuk

Bapak Sardjoko merancang kostum tarinya sendiri. Berikut adalah kostum lengkap tari lawet:
1.       Jamang dan Garuda Mungkur, berbentuk burung lawet yang berwarna kuning emas.
2.       Baju, berwarna hitam dibagian depan dan berseret putih.
3.       Celana, berwarna hitam
4.       Sayap, berwarna hitam bergambar bulu.
5.       Kalung Kace, berwarna dasar merah yang dihiasi dengan warna kuning emas.
6.       Stagen/benting/sabuk, berwarna merah.
7.       Slepe, berwarna dasar merah yang dihiasai dengan warna kuning emas.
8.       Ancal, berwarna dasar merah yang dihiasi warna kuning emas.
9.       Rampek, berwarna biru yang menggambarkan pancaran air laut.
10.   Sonder, berwarna putih bergaris tepi biru dan bergambar lekukan bagaikan gelombang air laut.
11.   Ringgel/gelang kaki, berwarna kuning emas.

Setelah membahas aksesoris tarian ini, kita akan bahas tentang musik iringan tarinya. Mustik yang mengiringinya disebut "Lawet Aneba" (Laras Pelog Patet Barang) 

Berikut adalah syair yang terdapat dalam alunan nada tersebut: 
"bambang wetan pratandha wis gagat enjang. Sesamberana rebut marga mbarubut saking gua Karang bolong peksi lawet ireng menges wulune cukat trengginas katon gembira aneg luhuring samudra gung ngupa boga tumekaning surya anda lidir pra lawet bali maring gua".

Syair indah tersebut menceritakan tentang burung lawet pada waktu bangun tidur, lalu keluar gua untuk mencari makan. Bapak Sardjoko mengharapkan agar tari lawet dapat berkembang pesat di Kebumen dan banyak disukai masyarakat, terutama anak putri.

Sunday, June 1, 2014

Di Solo Tari Bedhaya Ketawang

Kota Solo memberikan banyak kebudayaan local yang mengasyikkan dan patut untuk dieksplorasi lebih lanjut. Salah satu intangible heritage kota Solo yang masih lestari hingga saat ini adalah Bedhaya Ketawang, tarian klasik dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Bedhaya Ketawang  terdiri dari kata Bedhaya dan Ketawang. Bedhaya artinya penari wanita di Istana. Ketawang berasal dari kata ‘tawang’ yang berarti bintang di langit. Tarian  ini sangat kental dengan budaya Jawa dan dianggap sakral. Tari yang digelar satu tahun sekali ini diperagakan oleh sembilan perempuan dengan tata rias seperti pengantin Jawa. Sembilan pernari tersebut memiliki sebutan masing-masing, yaitu: Batak, Endhel Ajeg, Endhel Weton, Apit Ngarep, Apit Mburi, Apit Meneg, Gulu, Dhada, Dan Boncit. Nomor sembilan juga dapat direpresentasikan sebagai konstelasi bintang-bintang dari arti Ketawang.


Tari Bedhaya Ketawang mencerminkan hubungan yang sangat khusus antara penguasa pertama Mataram, Panembahan Senopati, dengan Dewi Laut Selatan, bernama Ratu Kencanasari atau biasa disebut Kanjeng Ratu Kidul – sebutan di kalangan masayrakat Jawa-.

Fokus dari tarian ini adalah pada adegan cinta antara Ratu Kencanasari dengan Panembahan Senopati. Musik yang mengiringi tarian ini terdiri dari lima instrumen, yaitu kemanak, kethuk, kenong, kendhang, dan gong serta diiringi suara dari sinden*.

Tari Bedhaya Ketawang dapat ditafsirkan sebagai representasi gerakan perang, seperti Supit Urang** dan Garuda Nglayang***. Selama satu jam pertunjukan, baik raja maupun penonton diijinkan untuk merokok, minum, atau makan. Ini adalah kepercayaan tradisional yang kuat dari tari Bedhaya Ketawang. Hal ini dianggap sebagai simbol penyatuan antara raja dan rakyatnya dan antara Tuhan dan ciptaan-Nya (Manunggaling kawula Gusti).

Dalam persiapan pementasan, para penari harus mengikuti beberapa aturan dan upacara. Persiapan ini persis seperti jika seseorang akan menikah. Malam sebelum pertunjukan, para penari harus tidur di Panti Satria, daerah yang paling suci di istana di mana semua peninggalan spiritual disimpan.

Latihan untuk tarian ini hanya diadakan setiap Selasa Kliwon **** (Hanggoro Kasih). sekali dalam setiap 35 hari, dan biasanya pelatihan intensif mulai 10 hari sebelum pertunjukan. Para Bedhaya lain yang terkenal di Keraton Surakarta adalah

Bedhaya Daradasih (dari Raja Paku Buwono IX)

Bedhaya Sukoharjo (dari Raja Paku Buwono IX)

Bedhaya Pangkur (dari Raja Paku Buwono IV dan VIII)

* Sebutan penyanyi latar dalam kebudayaan Jawa seperti pagelaran tari atau wayang.

** Capit Udang dalam bahasa Indonesia.

*** Burung Garuda terbang dalam bahasa Indonesia.

**** Salah satu hari dalam sistem penanggalan Jawa.
◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Total Pageviews

Copyright 2013 Macam-Macam Tarian di Indonesia: June 2014 Template by Hand's. Powered by Blogger