Wednesday, October 29, 2014

Macam-Macam Apresiasi Seni Rupa

NATURALISME

          Naturalisme adalah corak atau aliran dalam seni rupa yang berusaha melukiskan sesuatu obyek sesuai dengan alam (nature). Obyek yang digambarkan diungkapkan seperti mata melihat. Untuk memberikan kesan mirip diusahakan bentuk yang persis, ini artinya proporsi, keseimbangan, perspektif, pewarnaan dan lainnya diusahakan setepat mungkin sesuai mata kita melihat.
Tokoh-tokoh Naturalisme antara lain: Rembrant, Williamn Hogart dan Frans Hall. Di Indonesia yang menganut corak ini antara lain: Abdullah Sudrio Subroto, Basuki Abdullah, Gambir Anom dan Trubus.

REALISME
         
          Realisme adalah corak seni rupa yang menggambarkan kenyataan yang benar-benar ada, artinya yang ditekankan bukanlah obyek tetapi suasana dari kenyataan tersebut. Maknanya bisa pula mengacu kepada usaha dalam seni rupa untuk memperlihatkan kebenaran, bahkan tanpa menyembunyikan hal yang buruk sekalipun. Tokoh-tokoh realisme ialah: Fransisco de Goya, Honore Daumier, Karl Briullov, Ford Madox Brown, Jean Baptiste Siméon Chardin, Camille Corot, Gustave Courbet dan Honoré Daumier. Sedangkan dari Indonesia ada Barli Sasmitawinata.

ROMANTISME

Romantisme adalah corak dalam seni rupa yang berusaha menampilkan hal-hal yang fantastik, irasional, indah dan absurd. Aliran ini melukiskan cerita-cerita romantis tentang tragedi yang dahsyat, kejadian dramatis yang biasa ditampilkan dalam cerita roman. Penggambaran obyeknya lebih sedikit dari kenyataan, warna yang lebih meriah, gerakan yang lebih lincah, pria yang lebih gagah, wanita yang lebih cantik dsb. Tokoh-tokohnya antara lain: Eugene Delacroix, Theodore Gericault dan Jean Baptiste. Dari Indonesia sendiri ada Raden Saleh yang lebih dikenal dengan aliran Romantismenya.




EKSPRESSIONISME


Ekspressionisme adalah kecenderungan seorang seniman untuk mendistorsi kenyataan dengan efek-efek emosional. Ekspresionisme bisa ditemukan di dalam karyalukisan, sastra, film, arsitektur, dan musik. Istilah emosi ini biasanya lebih menuju kepada jenis emosi kemarahan dan depresi daripada emosi bahagia. Pelukis Matthias Grünewalddan El Greco bisa disebut ekspresionis.

IMPRESIONISME

Impresionisme adalah sebuah aliran yang berusaha menampilkan kesan-kesan pencayaan yang kuat, dengan penekanan pada tampilan warna dan bukan bentuk. Namun kalangan akademisi ada yang justru menampilkan kesan garis yang kuat dalam impresionisme ini. Aliran Impresionisme muncul dari abad 19 yang dimulai dari Parispada tahun 1860an. Nama ini awalnya dikutip dari lukisan Claude Monet, "Impression, Sunrise" ("Impression, soleil levant"). Kritikus Louis Leroy menggunakan kata ini sebagai sindiran dalam artikelnya di Le Charivari.
Karakteristik utama lukisan impresionisme adalah kuatnya goresan kuas, warna-warna cerah (bahkan banyak sekali pelukis impresionis yang mengharamkan warna hitam karena dianggap bukan bagian dari cahaya), komposisi terbuka, penekanan pada kualitas pencahayaan, subjek-subjek lukisan yang tidak terlalu menonjol, dan sudut pandang yang tidak biasa.

Wednesday, October 22, 2014

Tari Saronde Tari Pergaulan Keakraban Pertunangan Asal Gorontalo

Image : Tari Saronde Asal Gorontalo


Tari Saronde adalah tari pergaulan keakraban dalam acara pertunangan. Tari pergaulan keakraban dalam acara resmi pertunangan di Gorontalo. Tarian ini diangkat dari tari adat malam pertunangan pada upacara adat perkawinan daerah Gorontalo. Tarian ini dilakukan di hadapan calon mempelai wanita. Tentu penarinya adalah calon mempelai laki-laki bersama orang tua atau walinya. Ini adalah cara orang Gorontalo menjenguk atau mengintip calon pasangan hidupnya. 

Dalam bahasa Gorontalo, tarian ini adalah sarana molihe huali yang berarti menengok atau mengintip calon istri. Setelah melalui serangkaian prosesi adat, calon mempelai pria kemudian mulai menari Saronde bersama ayah atau wali. Mereka menari dengan selendang. Saronde sendiri terdiri dari musik dan tari dalam bentuk penyajiannya. Musik mengiringi tarian Saronde dengan tabuhan rebana dan nyanyian vokal, diawali dengan tempo lambat yang semakin lama semakin cepat. Iringan rebana yang sederhana merupakan bentuk musik yang sangat akrab bagi masyarakat Gorontalo yang kental dengan nuansa religius.

Dengan tarian ini calon mempelai pria mencuri – curi pandang untuk melihat calonnya. Tari Saronde dipengaruhi secara kuat oleh agama Islam. Saronde dimulai dengan ditandai pemukulan rebana diiringi dengan laguTulunani yang disusun syair-syairnya dalam bahasa Arab yang juga merupakan lantunan doa – doa untuk keselamatan.

Sementara calon mempelai wanita berada di dalam kamar dan memperhatikan pujaan hatinya dari kejauhan atau dari kamar. Menampakkan sedikit dirinya agar calon mempelai pria tahu bahwa ia mendapat perhatian. Sesekali dalam tariannya ia berusaha mencuri pandang ke arah calon mempelai wanita. Dalam penyajiannya, pengantin diharuskan menari, demikian juga dengan orang yang diminta untuk menari ketika dikalungkan selendang oleh pengantin dan para penari.

Tari Dana-dana Merupakan Ttari Pergaulan Remaja Gorontalo

Image : Tari Dana-dana Asal Gorontalo

Tarian Dana-dana adalah tarian yang berasal dari Gorontalo. Kata dana-dana sendiri berasal dari bahasa daerah Daya-Dayango yang berarti menggerkan seluruh anggota tubuh sambil berjalan. Jadi dana-dana  berarti menggerakan anggota tubuh sambil berjalan. Provinsi Gorontalo sendiri awalnya adalah bagian dari provinsi Sulawesi utara. Akan tetapi pada tahun 2000 memisahkan diri dari provinsi Sulawesi Utara dan membentuk provinsi Gorontalo. Walaupun begitu, berpisahnya provinsi Gorontalo tidak banyak berpengaruh terhadap kebudayaan Gorontalo.
Tari dana-dana merupakan tari pergaulan remaja gorontalo. Tarian ini dilakukan oleh 2 samapi 4 orang laki-laki. Tarian ini dimainkan dengan gerakan-gerakan yang dinamis dan lincah. Dalam tarian ini seluruh anggota badan harus bergerak sesuai dengan irama music. Tarian ini diiringi oleh alat music gambus dan rebana serta lagu berisi pantun yang bertema percintaan atau nasehat-nasehat yang bertmakan kehidupan remaja. Tarian dana-dana memang menggambarkan sosok remaja yang energik dengan gairah hidup yang besar, kehidupan dunia remaja dan keakraban pergaulan remaja.
Tarian ini mulai dikenal seiring dengan masuknya pengaruh agama Islam ke Gorontalo. Pada tahun 1525 M, Tari Dana-Dana turut serta menyebarkan dakwah Islam di Gorontalo. Tarian ini dipentaskan pada saat pesta pernikahan Sultan Amay dan Putri Owotango. Tarian ini sebenarnya dibawakan secara berpasang-pasangan antara remaja laki-laki dan perempuan. Akan tetapi, ketatnya ajaran Islam pada saat itu tidak mengijinka laki-laki bisa dengan mudah menyentuh perempuan yang bukan muhrimnya sehingga tari dana-dana hanya dibawakan oleh kaum laki-laki saja.
Tari Dana-Dana terbagi menjadi dua fungsi yaitu tari penyambutan dan tari perayaaan. Tari penyambutan biasa ditampilkan pada saat penyambutan tamu sedangkan tari perayaan sendiri ditampilkan pada saat perayaan-perayaan hari besar atau perayaan adat. Tari dana-dana juga memiliki daya pikat tersendiri di bidang pariwisata. Tarian ini juga seringkali dipentaskan dalam rangkaian acara promosi pariwisata provinsi Gorontalo.
Tarian ini terus berkembang seiring dengan perkembangan sosial yang ada. Kehidupan remaja masa kini sudah mengalami perubahan yang siginfikan. Oleh karena itu, tarian dana-dana yang notabene adalah tarian untuk para remaja juga terus mengalami modifikasi. Hal ini dimaksudkan agar tarian ini masih dapat diterima oleh remaja di masa kini. Saat ini tarian dana-dana telah mengalami beberapa modifikasi seperti misalnya dikolaborasikan dengan tari cha-cha. Tari dana-dana klasik adalah tarian yang masih mempertahankan keaslian gerakan, irama music dan aspek lainnya sedangkan tari dana-dana modern adalah tarian yang sudah mengalami modifikasi atau pembaruan baik dari gerakan, musik dan aspek lainnya. Inilah yang membuat tari dana-dana terbagi ke dalam dua jenis yaitu tari dana-dana klasik dan tari dana-dana modern. Akan tetapi, modifikasi yang dilakukan pada tarian ini tetap tidak bertentangan dengan nilai moral dan nilai filosofis dari tarian ini. Bagaimanapun modifikasi yang berkembang tari dana-dana harus tetap menyampaikan pesan-pesan yang positif kepada penikmatnya.

Kesenian dan Kebudayaan Gorontalo

Image : kesenian gorontalo

Indonesia memang memiliki beraneka ragam kesenian dan kebudayaan, dari setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki kesenian dan kebudayaan yang berbeda-beda. Semua itu tidak dijadikan sebuah permasalahan dan perpecahan antar warga negara Indonesia. Dengan mengetahui kesenian dan kebudayaan yang ada di Indonesia menjadikan kita lebih tahu betapa kayanya negara Indonesia ini karena kesenian dan kebudayaan yang beraneka ragam di setiap daerahnya.
Kali ini saya akan mencoba untuk membuat dan menjelaskan beberapa kesenian dan kebudayaan yang ada di Gorontalo. Gorontalo merupakan sebuah provinsi yang ada di Pulau Sulawesi. Dahulu Gorontalo merupakan bagian dari Sulawesi Utara, namun kini dia memisahkan dirinya dari Sulawasi Utara pada tahun 2001. Gorontalo dikenal sebagai salah kota perdagangan, pendidikan, dan pusat pengembangan kebudayaan Islam di Indonesia Timur. Sejak dulu Gorontalo dikenal sebagai Kota Serambi Madinah. Hal itu disebabkan pada waktu dahulu Pemerintahan Kerajaan Gorontalo telah menerapkan syariat Islam sebagai dasar pelaksanaan hukum, baik dalam bidang pemerintahan, kemasyarakatan, maupun pengadilan.

Kesenian dan Kebudayaan Gorontalo
Gorontalo memiliki berbagai macam kesenian dan kebudayaan, dan berikut beberapa kesenian dan kebudayaan yang berasal dari Gorontalo :

Bahasa
Orang Gorontalo menggunakan bahasa Gorontalo, yang terbagi atas tiga dialek, dialek Gorontalo, dialek Bolango, dan dialek Suwawa. Namun kali ini yang bisa digunakan yaitu dialek Gorontalo
Pakaian Adat
Gorontalo memiliki pakaian khas daerah sendiri baik untuk upacara perkawinan, khitanan, baiat (pembeatan wanita), penyambutan tamu, maupun yang lainnya. Untuk upacara perkawinan, pakaian daerah khas Gorontalo disebut Bili’u atau Paluawala. Pakaian adat ini umumnya dikenal terdiri atas tiga warna, yaitu ungu, kuning keemasan, dan hijau.

Rumah Adat
Gorontalo memiliki 2 bentuk rumah adat yang bernama Bandayo Poboide dan Dulohupa. Dulohupa merupakan rumah panggung yang terbuat dari papan, dengan bentuk atap khas daerah Gorontalo. Pada bagian belakang ada ajungan tempat para raja dan kerabat istana untuk beristirahat atau bersantai sambil melihat kegiatan remaja istana bermain sepak raga.

Alat Musik
Alat Musik asal Gorontalo bernama Polopalo, alat musik ini terbuat dari bambu dan di iket menggunakan tali yang bentuknya menyerupai garputala raksasa. Cara memainkanya yaitu dengan memukulkan Polopala ke lutut dengan irama yang beraturan.

Tari Tradisional
Gorontalo memiliki beraneka ragam tari tradisional yang berasal dari wilayah tersebut :
Tari Saronde adalah tari pergaulan keakraban dalam acara resmi. Tarian ini diangkat dari tari adat malam pertunangan pada upacara adat perkawinan daerah Gorontalo. Saronde sendiri terdiri dari musik dan tari dalam bentuk penyajiannya. Musik mengiringi tarian Saronde dengan tabuhan rebana dan nyanyian vokal, diawali dengan tempo lambat yang semakin lama semakin cepat. Dalam penyajiannya, pengantin diharuskan menari, demikian juga dengan orang yang diminta untuk menari ketika dikalungkan selendang oleh pengantin dan para penari dan diiringin oleh musik khas suara rebana 
Tari Dana-dana merupakan Tarian pergaulan remaja gorontalo yang berkembang dari masa kemasa, tarian ini melambangkan cinta kasih dan kekeluargaan

Warna
Dalam adat-istiadat Gorontalo, setiap warna memiliki makna atau lambang tertentu. Karena itu, dalam upacara pernikahan masyarakat Gorontalo hanya menggunakan empat warna utama, yaitu merah, hijau, kuning emas, dan ungu. Warna merah dalam masyarakat adat Gorontalo bermakna keberanian dan tanggung jawab; hijau bermakna kesuburan, kesejahteraan, kedamaian, dan kerukunan; kuning emas bermakna kemuliaan, kesetian, kebesaran, dan kejujuran sedangkan warna ungu bermakna keanggunan dan kewibawaan.
Upacara Adat
Gorontalo memiliki upacara adat yang biasanya di lakukan oleh masyarakat Gorontalo dalam acara terntentu misalnya :
Adati Mo Polihu Lo Limu
Adat ini  ditunjukkan untuk anak perempuan yang menginjak usia 2 tahun dimana seorang anak perempuan tersebut menjalani prosesi mandi kembang yang bercampur lemon atau jeruk dengan tumbuhan harum lainnya dipangkuan ibu yang melahirkan, bermaksud untuk khitanan atau mengkhitankan anak wanita, sebagai bukti keislaman seorang wanita sehingga agenda sakral tersebut yang harus dilalui oleh anak perempuan pada usia balita. 
Upacara adat Molonthalo
Molontalo atau raba puru bagi sang istri yang hamil 7 bulan anak pertama, merupakan pra acara adat dalam rangka peristiwa adat kelahiran dan keremajaan. Acara Molonthalo ini merupakan pernyataan dari keluarga pihak suami bahwa kehamilan pertama adalah harapan yang terpenuhi akan kelanjutan turunan dari perkawinan yang syah. Serta merupakan maklumat kepada pihak keluarga kedua belah pihak, bahwa sang istri benar-benar suci dan merupakan dorongan bagi gadis-gadis lainnya untuk menjaga diri dan kehormatannya.
Kerajinan Tangan
Sebagian masyarakat Gorontalo bekerja sebagai pengrajin anyaman, seperti peci anyaman yang terbuat dari kayu keranjang karena sebagian besar warga Gorontalo beragama Muslis dan peci tersebut bertuliskan Provinsi Gorontalo
Makanan Khas Gorontalo
Binte Biluhuta merupakan makanan sejenis masakan sup yang rasanya segar, gurih, sehingga sangat  cocok dinikmati pada saat cuaca dingin, terutama bagi mereka yang sedang flu dan lebih lezat ketika disajikan selagi hangat
Sudah di jelaskan beberapa kesenian dan kebudayaan yang ada di Provinsi Gorontalo. Dengan mengetahui kesenian dak kebudayaan daerah ini menambah ilmu bagi saya dan bagi kalian yang ingin mengetahui kesenian dak kebudayaan asli Indonesia khussusnya daerah Gorontalo. Dan masih banyak kesenian dak kebudayaan yang ada di Gorontalo. Semua tu dapat di cari dan dilihat melalui browsing internet. Dan tugas kita sebagai mahasiswa dan sebagai penerus bangsa kita wajib untuk menjaga dan melestarikan kesenian dan kebudayaan yang ada di Gorontalo, tidak hanya Gorontalo namun juga kesenian dan kebudayaaan yang ada di provinsi dan daerah lain yang ada di Indonesia. Dengan mengetahui kesenian dan kebudayaan yang ada di Indonesia menjadikan kita bangga akan kekayaan ragam budaya yang dimiliki oleh Indonesia, dan tidak menjadikan perbedaan ini menjadi suatu masalah, melainkan perbedaan antar kebudayaan menjadikan kita lebih menghormati perbedaan yang ada.

Filosofi Tari Belibis Asal Bali

Image : Tari Belibis Asal Bali

Kemunculan Tari Belibis Berbeda dengan tarian lainnya yang  ada di daerah Bali seperti cendrawasih, kecak, topeng, manukrawa. Dalam tarian belibis ada dua orang yang terlibat, dan dua orang tersebut berbeda komposisi. Pertama Swasthi Wijaya Bandem sebagai koreografer dan I Nyoman Windha sebagai komposernya. Tari belibis dibawakan oleh 7 orang perempuan.

Filosofi
Ada beberapa versi tarian Belibis diantaranya:

  1. Menggambarkan kehidupan sekelompok burung belibis yang dengan riangnya menikmati keindahan alam. Mereka tiba-tiba dikejutkan oleh munculnya seekor burung belibis jadi-jadian yang merupakan penjelmaan dari Prabu Angling Dharma setelah terkena kutukan dari istrinya yang sakti (dalam cerita Tantri).
  2. Dalam pengembaraannya, Angling Dharma bertemu dengan seorang putrid raksasa pemakan manusia. Raksasa merasa khawatir rahasianya diketahui oleh Angling Dharma, dikutuklah Angling Dharma menjadi seekor burung Belibis yang hidup di air.
  3. Mengisahkan Prabu Angling Dharma yang dikutuk istrinya menjadi seekor burung belibis. Dalam pengembaraannya, ia bertemu dengan sekawanan burung belibis, namun ia tidak diterima dalam kelompok itu karena bisa berbicara seperti manusia.
Dari beberapa filosofi, pada dasarnya tarian belibis terinspirasi dari burung belibis. Mungkin karena orang Bali gemar mengapresiasi dari jenis-jenis burung serta tingkah burung tersebut untuk ditiru ke dalam tarian sehingga menjadi insprisi menciptakan kreasi tarian baru. Maka dari itu terciptalah tarian seperti Tari Belibis, Cendrawasih dan lain-lain.

GerakanTari
Gerak tari ini menunjukkan penampilan yang menarik dan harmonis dengan gamelan yang mengiringinya.Tarian ini mempunyai sayap sehingga gerakannya yang menyurapi burung belibis hampir mendekati sempurna.

Wednesday, October 8, 2014

Kesamaan Tari Magebug dan Mekare Asal Bali

Image : Tari Magebug dan Mekare Asal Bali (kebudayaanindonesia.net)

Tari Magebug dan Mekare merupakan dua tari tradisional yang hampir sama. Seperti halnya olahraga tinju, Magebug dan Mekare mencari sasaran bagian tubuh lawan untuk memenangkan pertandingan. Yang membedakan dengan pertandingan tinju mungkin alat pemukul dan musik yang selalu mengiringi, sehingga bentuknya pun inukul dan musik yang selalu mengiringi, sehingga bentuknya lebih dikenal dengan tarian. Megebug mempergunakan rotan sebagai alat pemukul sedangkan Mekare mempergunakan seikat pohon pandan berduri. Sebagai alat pelindung, setiap penari (pemain) dibekali dengan sebuah perisai. Sehingga tari ini dapat digolongkan sebagai tari perang.
Magebug dikenal di Desa Seraya dan Mekare dikenal di Desa Tengan Pegringsingan. Desa Seraya terletak di ujung timur pulau Bali termasuk dalam Kecamatan Karangasem. Sedang Desa Tenganan, sebuah desa kuno yang sudah cukup dikenal terletak di Kabupaten yang sama dan juga tidak jauh dari kota Amlapura. Mungkin karena dikelilingi oleh bukit-bukit kecil dan tanah yang tandus, tari yang "keras" ini tetap disukai di tempat tersebut.
Tari Magebug hanya berkembang di Desa Seraya, tidak di Desa-desa lain di sekitarnya, hal ini menunjukkan bahwa seni Magebug bukan seni asli Bali. Kerajaan Karangasem pernah memerintah di Lombok, sehingga diperkirakan seni Magebug ini berasal dari Lombok.
Sedangkan di Lombok permainan sejenis Magebug berkembang dengan baik dan dikenal dengan nama perisean. Sedang tari makare di Desa Tenganan diperkirakan ada hubungan dengan tabuh rah (upacara meneteskan darah ke bumi). Hal ini dihubungkan karena ternyata diselenggarakan bila ada upacara-upacara khusus.Sebagai tari perang, baik Magebug maupun Mekare juga berfungsi sebagai latihan ketangkasan dan keberanian.
Berkaitan dengan ketangkasan dan keberanian ini kemudian muncul usaha-usaha menuju arah kekebalan, Orang-orang yang membawa kekebalan baik berupa jimat maupun lainnya percaya bahwa dirinya tidak akan sakit walau terkena pukulan sekeras apapun.
Suasana adu kekebalan akan tampak manakala jagoan yang akan bertanding berasal dari beberapa desa. Hal ini terjadi pada penyelenggaraan tari Magebug pada jaman dulu. Mereka bertanding ibarat maju berperang ke medan laga. Tentu saja dalam batas-batas etika permainan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Saat ini Magebug di Karangasem tidak lagi merupakan tari yang senantiasa memperlihatkan unsur-unsur kekebalan. Kini Magebug sudah menjadi permainan hiburan yang dapat membawa suasana gembira, baik di desa asalnya di Seraya maupun di kota Amlapura.

Perang Pandan
Mekare di Desa Tenganan Pegringsingan dapat pula digolongkan sebagai tari perang. Yang unik dari Mekare ini adalah senjata yang dipergunakan. Kalau Magebug mempergunakan rotan, Mekare mempergunakan daun pandan berduri yang banyak tumbuh di sekitar desa. Masyarakat di Bali lebih mengenal makare ini dengan sebutan perang pandan.

Mekare sebagai tari perang masih menunjukkan unsur-unsur tari primitif. Gerakan-gerakannya masih monoton dan sederhana, pakaiannya terdiri dari kain dan pada ujung bawah (kancut) diciutkan ke belakang sehingga menyerupai celana pendek. Pengiring tarian ini terdiri dari musik selonding yang merupakan salah satu instrumen atau gamelan Bali yang tergolong tua. Jenis gamelan seperti ini sekarang hanya ada di beberapa desa di Bali.

Sama halnya seperti apa yang ada dalam Magebug di Desa Seraya, penggunaan kekebalan tetap ada. Karena itu pula, prajurit dari desa ini konon dikenal gagah berani ketika mengabdi kepada raja Karangasem. Saat ini tari makare sudah dikategorikan sebagai tari sakral yang hanya diselenggarakan pada waktu ada upacara saja.

Mekare hanya diselenggarakan pada sasih (bulan) ke lima (perhitungan bulan Bali), dalam rangkaian ngusaba sambah (upacara yang dilakukan secara berkala) di Desa Tenganan.

Sebelum dimulai perang pandan didahului dengan serangkaian upacara dan Mekare secara simbolis. Dari rangkaian upacara tersebut akan tampak bahwa Mekare berfungsi sebagai tari pelengkap upacara. Pada saat ini undangan juga disebarkan kepada desa-desa tetangga untuk ikut menyaksikan upacara tersebut.

Tatacara Magebug
Dalam seni tari Magebug beberapa pelaku yang memegang peranan antara lain, dua pria pemain terdiri dari anak-anak, pemuda, maupun orang tua. Dua orang atau lebih menjadi pakembar yang fungsinya kurang lebih sebagai pengatur pertandingan. Disamping itu ada pula enam orang yang bertugas memisahkan apabila terjadi suatu pelanggaran dalam pertandingan. Enam orang tersebut jongkok pada setiap sudut pertandingan dan setiap orang dilengkapi dengan perisai. Tugas enam orang ini disamping memisahkan pemain bila terjadi kericuhan, juga bertugas sebagai penjaga ketertiban penonton.
Biasanya suasana akan menjadi ramai karena setiap pakembar (orang yang mempertemukan) akan membawa suporter sendiri-sendiri.
Perisai dibuat dari kulit sapi berbentuk bundar dengan garis tengah kurang lebih 80 cm. Rotan (penyalin) dipilih yang cukup tua dan lurus, panjangnya kurang lebih 163 cm (dulu dipergunakan ukuran setinggi manusia dewasa). Pada jaman dulu rotan (penyalin) ini pada ujungnya diberi lapisan timah atau kekala (tahi lebah) yang dikeringkan. Pada saat itu Magebug masih dikaitkan dengan ilmu kekebalan sehingga diperlukan alat pemukul yang lebih berat. Saat ini hal tersebut sudah tidak tampak lagi dan unsur kekebalan sudah lama diabaikan. Magebug biasanya dilaksanakan siang hari di sembarang tempat yang dianggap enak, misalnya di bawah pohon rindang atau di tanah lapang.
Pakaian yang dikenakan: baju biasa, destar (alat penutup kepala dari kain), kain dan dodot (yang berfungsi sebagai ikat pinggang). Kain kemudian diikat agak tinggi (kurang lebih sedikit di atas lutut) agar kalau bermain tidak terinjak. Sedangkan alat gamelan yang mengiringi terdiri dari dua kendang, dua buah reong atau bonang, sepasang cengceng, satu kempul dan satu gong.
Bagi orang yang sudah keranjingan seni tari Magebug, begitu mendengar suara gamelan semangat mereka terbakar, ingin segera datang ke arena pertandingan. Ada kalanya pakembar sengaja menampilkan jago tua yang sudah beken sebagai permulaan untuk menarik minat penonton. Biasanya jago tersebut bentuk tariannya dianggap bagus.
Ada beberapa peraturan yang harus ditaati oleh pemain, antara lain tidak boleh melewati batas permainan, tidak boleh memukul di bawah pinggang, tidak boleh memukul dengan perisai, tidak boleh meruket (saling rangkul), tidak boleh memukul dengan sengaja jari lawan, tidak diperkenankan kain diciutkan ke belakang (karena dianggap kurang sopan) dan aturan-aturan lainnya.
Masing-masing pemain Magebug biasanya menunjukkan gayanya sendiri-sendiri, ada yang loncat-loncat dengan kaki satu dan ada pula yang melenggak-lenggok menggerakkan pinggang dan lain sebagainya.

Tatacara Mekare
Mekare yang waktunya sudah ditetapkan biasanya mengambil tempat di halaman Bale Agung, pelaksanaannya pada pukul 13.00-15.00. Alat yang dipergunakan adalah tameng (perisai) dibuat dari rotan, bentuknya lebih besar dari perisai Magebug. Senjatanya adalah seikat daun pandan berduri, dan diiringi dengan alunan seperangkat gamelan selonding. Pakaian yang digunakan hanya kain yang dililitkan ke belakang dan biasanya tanpa memakai baju.
Beberapa peraturan yang harus diikuti oleh pemain Mekare antara lain, dilarang menggores muka lawan, tidak diperbolehkan bergumul dan tidak diperkenankan memakai baju. Tidak seperti pada Magebug yang tidak menyediakan obat khusus, pada Mekare digunakan obat yang terdiri dari cuka, kunir, lengkuas, dan bangle. Ramuan ini dioleskan pada luka-luka. Gerakan-gerakan yang ditunjukkan pada Mekare sangat dan hampir sama dengan Magebug, hanya cara berpakaian yang tampak berbeda.
Dari tari tradisional ini khususnya Mekare di Tenganan telah mampu menjadi acara langka yang sangat digemari oleh wisatawan asing maupun domestik yang datang berkunjung ke Bali. Hal tersebu: terjadi bila tiba saatnya upacara yang dilengkapi Mekare diselenggarakan di desa Tenganan Pegringsingan.
Di mana-mana di seluruh pelosok Indonesia yang beraneka budaya ini terdapat tari-tarian yang unik dan menarik. Bukan mustahil pula hal ini akan menjadi pendukung yang baik bagi pengembangan wisata budaya di bumi Nusantara tercinta.

Tarian Baksa Kembang dari Kalimantan Selatan

Image : Tari Baksa Kembang (kebudayaanindonesia.net)

Tari Baksa Kembang berasal dari daerah BanjarKalimantan Selatan sebagai tarian untuk menyambut tamu. Tari ini biasanya ditarikan oleh wanita, baik  tunggal dan dapat juga ditarikan  oleh beberapa penari wanita. Awal mulanya sekira abad 15 sebelum masehi, seorang pangeran bernama Suria Wangsa Gangga di kerajaan Dipa dan Daha di pulau Kalimantan mempunyai seorang kekasih bernama putri Kuripan. Satu peristiwa di waktu yang lain adalah saat putri Kuripan memberikan setangkai bunga teratai merah kepada pangeran. Peristiwa itu merupakan cikal bakal lahir tarian Baksa Kembang di Banjar provinsi Kalimantan Selatan.
Menurut Yurliani Johansyah, pakar tari klasik Banjar. Tari Baksa Kembang ada sejak sebelum pemerintahan Sultan Suriansyah raja pertama Kerajaan Banjar. Tarian ini diciptakan satu masa dengan tari Baksa lainnya, Baksa Dadap, Baksa Lilin, Baksa Panah dan Baksa Tameng pada zaman Hindu sebelum Islam datang.
Tarian Baksa Kembang adalah Tarian untuk menyambut tamu-tamu kehormatan atau kerabat-kerabat kerajaan. Tarian ini juga dilakukan oleh masyarakat umum dalam acara-acara pernikahan atau acara-acara adat. Awalnya tarian ini adalah tarian yang berada di lingkungan kerajaan. Pada satu waktu, kerajaan membuka akses kerajaan bagi masyarakat sehingga kebudayaan di kerajaan terbawa sampai masyarakat umum. Saat ini, tarian Baksa Kembang masih dipakai acara-acara untuk menyambut tamu-tamu yang dihormati meskipun masih banyak penari-penari tari Baksa Kembang belum memahami arti dan nilai Tarian Baksa Kembang. Baksa memiliki arti kelembutan. Tarian Baksa kembang adalah bentuk kelembutan tuan rumah dalam menyambut tamu yang dihormati. Sambutan tersebut dilakukan dengan cara Penari tari Baksa Kembang memberikan rangkaian bunga kepada tamu yang dihormati. Nilai-nilai tersebut merupakan transformasi dari cinta sepasang kekasih pangeran Suria Wangsa Gangga dengan putri Kuripan.    
Penari tari Baksa Kembang mesti ganjil. Selain itu, rangkaian bunga yang diberikan kepada tamu kehormatan merupakan rangkaian bunga perpaduan dari bunga mawar dan melati yang disebut oleh masyarakat setempat kembang Bogam. 

Sejarah Tari Ranup Lampuan Asal NAD

Image : Ranup Lampuan (kebudayaanindonesia.net)

Ranup Lampuan adalah kesenian tari yang berasal dari Nangroe Aceh Darussalam. Tari ini merupakan visualisasi dari salah satu filosofi hidup warga Aceh, yakni menjunjung keramah-tamahan dalam menyambut tamu. Gerakan demi gerakan dalam Ranup Lampuan menggambarkan prosesi memetik, membungkus, dan menghidangkan sirih kepada tamu yang dihormati, sebagaimana kebiasaan menghidangkan sirih kepada tamu yang berlaku dalam adat masyarakat Aceh. Menilik karakteristiknya, atas dasar tersebut, tari ini digolongkan ke dalam jenis tari adat/upacara.
Sejarah Ranup Lampuan
Ranup (atau ranub) dalam Bahasa Aceh memang berarti sirih, sementara lampuan terdiri dari dua kata, yakni (lam) yang artinya dalam, dan (puan) yang berarti tempat sirih khas Aceh. Tarian ini diciptakan oleh Yusrizal (Banda Aceh) kurang lebih pada 1962 (Burhan, 1986; 141). Tak lama setelah populer di Banda Aceh, tari ini berkembang di berbagai daerah lainnya di Nangroe Aceh Darussalam. 

Selain Ranup Lampuan, koregrafer tersohor Aceh ini, bersama grup tari Pocut Baren, juga banyak menciptakan tari-tari tradisional Aceh lainnya, seperti Meusare-sare, Bungong Sieyueng-yueng, Tron U Laot, Poh Kipah, Tari Rebana, dan Sendratari Cakra Donya Iskandar Muda,Pada awalnya, tari Ranup Lampuan yang dibawakan oleh 7 penari perempuan ini diciptakan dengan iringan musik modern (band atau orkestra), namun dalam perkembangannya, Ranup Lampuan lebih sering diiringi musik tradisional khas Aceh, “Serune Kalee”, sebagaimana diusulkan sejumlah pihak pada waktu itu.

Makna dalam Ranup Lampuan
Setiap gerakan dan atribut dalam tarian ini mengandung makna simbolik. Sebagai gambaran, seluruh gerakan dalam tari ini dibawakan dengan tertib dan lembut sebagai ungkapan keikhlasan menerima tamu. Terdapat juga gerakan salam-sembah dengan tangan mengayun ke kiri, ke kanan, dan ke depan sebagai perlambang kekhidmatan mempersilakan para tamu untuk duduk. Lantas, sirih dalam puan pun dihidangkan secara nyata oleh para penari kepada tamu yang mereka sambut. Dalam masyarakat Aceh, sirih dan puan merupakan perlambang kehangatan persaudaran. Selain sebagai hidangan penyambut tamu, ranup atau sirih mempunyai peran yang penting dalam ritus-ritus sosial masyarakat Aceh, sehingga ia selalu ada dalam berbagai prosesi, dari mulai pernikahan, sunatan, bahkan ketika menguburkan jenazah.

Tari Maengket tarian yang berasal dari Manado, Sulawesi Utara

Image : Tari Maengkek Asal Sulawesi Utara

Tari Maengket merupakan tarian yang berasal dari Manado, Sulawesi Utara. Kata maengket sendiri berasal dari bahasa setempat yakni engket yang berarti mengangkat tumit kaki naik turun. Tambahan awalan ma- di pada kata engket berarti menari dengan naik turun. Tarian ini merupakan salah satu tradisi masyarakat Minahasa yang masih dipertahankan sampai saat ini. Masyarakat Minahasa sendiri adalah masyarakat suku asli Sulawesi Utara. Masyarakat Minahasa sendiri berasal dari orang Austronesia yang telah mendiami wilayah Sulawesi Utara selama ribuan tahun sebelum masehi.
Suku minahasa merupakan kesatuan dari beberapa sub etnik yang mendiami wilayah Sulawesi utara seperti Tontemboan, Tombulu, Tonsea, Tolour (Tondano), Tonsawang, Ponosakan, Pasan, dan Bantik. Meskipun masyrakat minahasa terdiri dari berbagai suku dan agama, masayrakat minahasa hidup berdampingan dan rukun. Hal ini  juga mempengaruhi terhadap corak kebudayaan masyarakat Minahasa termasuk tari maengket. Karena beraneka ragamnya suku di dalam suku minahasa, istilah yang digunakan dalam teknis tarian maengket jug beraneka ragam sesuai dengan bahasa dari setiap suku tersebut.
Tari Maengket sudah dikenal sejak masyarakat Minahasa mengenal pertanian. Dahulu tari Maengket dilakukan saat panen sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan dengan gerakan yang sederhana. Tari maengket terdiri dari 3 babak yaitu Maowey Kamberu, Marambak, Lalayaan. Moawey Kamberu adalah tarian yang dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur pada saat panen padi berlimpah. Sementara, Marambak adalah tarian yang menampilkan semangat gotong royong rakyat Minahasa dalam membangun rumah baru bagi keluarga baru, dan lalayaan adalah tarian yang melambangkan pemuda-pemudi minahasa yang mencari jodoh atau dikenal juga dengan tari pergaulan muda-mudi Minahasa di zaman dulu.
Masyarakat Minahasa di masa lalu memainkan tari maengket dalam upacara petik padi. Tari Maengket sendiri terbagi atas dua bagian yaitu Sumempung yang dimaksudkan untuk menngundang roh Dewa-dewi dan memuji Si Empung (Tuhan) dan Mangalei yang dimaksudkan untuk meminta berkat dari dewa-dewi. Tari Maengket sebetulnya tidak murni tarian tapi juga kesatuan dari dua cabang seni yaitu tarian dan nyanyian. Upacara petik padi adalah upacara adat yang dilakukan dalam musim pesta adat yang berlangsung selama 28 hari berturut-turut. Tari maengket Moawey kamberu dilakukan 7 hari sebelum bulan purnama di halaman batu (Tumotowa), di malam bulan purnama dilakukan tari lalayaan dan 7 hari setelah bulan purnama dilakukan tarian maengket marambak dalam upacara pemasangan lampu untuk rumah baru (sumolo).
Tari Maengket Maowey kamberu dipimpin oleh kaum wanita yang dinamakan “Walian in uma” dan dibantu oleh Walian im pengumam’an atau lelaki dewasa. Walian adalah agama asli atau agama suku yang dianut oleh suku Minahasa, pemimpinya adalah seorang wanita tua yang disebut sebagai Walian Mangorai yang bertugas sebagai penasehat dan pengawas dalam pelaksanaan upacara-upacara kesuburan. Tarian maengket dimulai dengan lambaian saputangan oleh pemimpin tarian yang bermaksud mengundang dewi bumi (lumimu’ut) sampai pemimpin tarian kesurupan dewi bumi. Setelah pemimpin tarian kesurupan dewi bumi barulah tarian benar-benar dimulai. Agar penari lain tidak kesurupan roh jahat ada pembantu Tonaas Wangko yang menemani walian in uma yang disebut dengan tonaas in uma yang merupakan pria dewasa yang memegang tombak simbol dewa matahari (Toar). Oleh karena itu di sekitar halaman batu (tumotowak) ditancapkan tombak- tombak. Tarian maengket moawey kamberu atau owey kamberu merupakan gambaran dari keluhan akan rasa lelah menanam padi yang kemudian menghasilkan kesenangan saat menuai padi. Hikmah yang bisa dipetik adalah, setiap kelelahan yang dirasakan setelah kerja keras maka akan menghasilkan kesenangan di kemudian hari.
Dalam perkembangannya, tari maengket kini sudah menjadi daya tarik pariwisata bagi provinsi Sulawesi Utara. Oleh karena itu, tari maengket juga masih dipertahankan sebagai aset kebudayaan dengan terus mengalami modifikasi tanpa mengesampingkan nilai- nilai filosofis dari tarian tersebut. Tari maengket saat ini selain masih digunakan oleh masyarakat dalam upacara-upacara adat juga menjadi salah satu alternatif hiburan tradisional yang masih terus dipertahankan dan dikembangkan oleh masyarakat Minahasa.

Monday, October 6, 2014

Macam-Macam Motif Batik Indonesia

Gambar motif batik indonesia


Motif Batik Indonesia
Motif Mega Mendung

Motif Batik Indonesia
Batik tulis Madura

Motif Batik Indonesia

Motif Batik Indonesia

Motif Batik Indonesia
Motif Bati Jogja

Motif Batik Indonesia
motif Batik Pekalongan

Motif Batik Indonesia
Motif Truntum

Motif Batik Indonesia
Motif Grompol

Motif Batik Indonesia

Motif Batik Indonesia

Wednesday, October 1, 2014

Makna Tari Musyoh Asal Papua

Image : Tari Musyoh Asal Papua

Setiap daerah yang memiliki kebudayaan yang masih kuat memiliki kesenian dan kebudayaan yang sangat unik. Sama halnya dengan didaerah papua.  Disana terdapat ratusan suku yang menempati tanah papua dan juga memilki kesenian yang bermacam-macam pula. Salah satu kesenian dari papua adalah tari Musyoh.


Menurut beberapa sumber tari Musyoh adalah tari sakral yang berbentuk ritual dalam upaya mengusir arwah orang meninggal karena kecelakaan. Tarian ini biasa di tarikan ketika ada seseorang dari warga suku papua yang meninggal karena kecelakan dan diyakini bahwa arwahnya tersebut tidak tenang. Sehingga dengan dilakukan tarian ini membuat arwah orang tersebut dapat tenang.
◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Total Pageviews

Copyright 2013 Macam-Macam Tarian di Indonesia: October 2014 Template by Hand's. Powered by Blogger