Thursday, January 30, 2014

Sejarah Tari Mung Dhe Asal Nganjuk


Mung dhe merupakan salah satu seni tari yang berasal dari Desa Garu Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Kelahiran kesenian Mung Dhe terkait erat dengan ontran-ontran di Jawa Tengah pada awal abad ke-19, yakni terjadinya peperangan Diponegoro (1923-1930). Perjuangan Pangeran Diponegoro melawan bangsa kolonial di Jawa Tengah waktu itu mendapat kegagalan. Pengikut Diponegoro tercerai-berai dan tersebar di Jawa Tengah hingga Jawa Timur.

Setelah kalah perang, para prajurit Diponegoro terpencar , ibaratnya sebagai buronan, mereka selalu diawasi oleh Belanda. Para prajurit yang masih tersisa berupaya menyusun kekuatan. Namun upaya itu tidak berani secara terang-terangan melainkan melalui penyamaran, yaitu dengan berpura-pura menari dan mengamen keliling.

Penciptaan kesenian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan prajurit Diponegoro yang tersebar di berbagai daerah. Cara seperti ini mereka tempuh untuk mengelabui Belanda yang selalu mengikuti dan mengintai ke mana sisa-sisa prajurit Diponegoro berada. Penyamaran mereka ternyata tidak diendus oleh Belanda. Belanda tidak mengetahui kalau para anggota kesenian Mung Dhe adalah prajurit yang sedang berlatih baris-berbaris dan latihan perang. Pimpinan prajurit menyamar dengan menggunakan topeng untuk menutup wajahnya sambil memainkan gerakan-gerakan lucu sebagai Penthul dan Tembem.

Untuk mengumpulkan, sang ketua atau sang komandan memukul instrumen gamelan yang disebut dengan penitir dan yang menghasilkan bunyi mung, dipukul sebanyak tiga kali. Ketentuannya, mung pertama sebagai tanda persiapan, mung kedua tanda berkumpul, dan mung ketiga mulai bermain sedangkan bunyi dhe dihasilkan dari alat pengereng (pengiring) yang bernama Bendhe (kempul kecil). Kesenian ini kemudian keliling dan mengamen dari satu tempat ke tempat lainnya. Tak ayal, kesenian ini kemudian menjadi tontonan rakyat yang digemari dan berkembang dengan pesat.

Tari mung Dhe bertemakan kepahlawanan dan cinta tanah air , heroik patriotisme, sehingga gerakan tari di ambilkan dari gerakan keprajuritan dan bela diri (silat). Pada dasarnya, cerita tari mung dhe menggambarkan tari prajurit yang sedang berlatih perang yang lengkap dengan orang yang membantu dan memberi semangat kepada kedua belah pihak yang sedang latihan . Pihak yang membantu dan memberi semangat , di sebut botoh . Botohnya ada dua ,yaitu penthul untuk pihak yang menang dan tembem untuk pihak yang kalah.

Mung Mung Dhe
Kesenian ini disebut mung dhe atau mongdhe berawal dari paduan bunyi dua alat musik tradisional yang mengiringinya. Alat musik pengiring itu adalah penitir, semacam kempul yang berbunyi “mung”, dan bendhe, semacam kempul yang berbunyi “dhe”. Dari perpaduan bunyi itulah, masyarakat menyebut kesenian itu mongde. Tetapi, dari literatur yang ada, masyarakat lebih suka menuliskannya dengan Mung Dhe. Selain kedua alat tersebut, alat musik pengirin lainnya adalah jur semacam tambur, kempyang atau kencer,timplung, kendang, dan stling.

Pada awalnya, kesenian ini melibatkan 14 pemain dengan peran masing-masing. Dua orang prajurit, dua orang pembawa bendera, dua orang botoh, dan delapan orang pemain dan pengiring. Namun, pada perkembangannya Seni Mongde tidak lagi melibatkan 14 orang, tapi hanya 12 pemain. “Pengurangan dua pemain itu disesuaikan dengan jumlah alat musik pengiring.

Ketika mengabtraksikan sebuah lakon, kesenian ini tidak memerlukan ragam gerak yang banyak. Seni keprajuritan ini hanya memiliki delapan gerak. “Jadi, walaupun dipentaskan dalam durasi yang lama, para pemain hanya akan melakukan gerakan tertentu saja yang diulang-ulang.

Delapan gerak itu, menggambarkan kegiatan prajurit yang sedang berlatih pedang. Ada gerak jalan berpedang, yaitu jalan dengan pedang diputar-putar di depan dada, sementara tangan kiri di pinggang atau malang kerik dalam istilah Jawa. Ada gerak maju muncur, yakni gerakan seperti jalan berpedang dengan gerakan maju mundur. 

Gerakan berikutnya tampak lebih garang, seperti gontokan, perangan lombo rangkep, perangan rangkep, dan perang berhadapan, dan srampangan. Gerak gontokan menggambarkan adu kekuatan di tempat sambil saling merapatkan bahu kanan-kiri dengan pedang. Perang lombo rangkep melukiskan gerak pedang ditepiskan pada tanah kemudian saling serang mulai tempo lambat hingga kian cepat (lombo rangkep).

Gerak perang rangkep mempertontonkan gerak prajurit yang saling berhadapan untuk adu kekuatan pedang sambil saling serang maju-mundur. Gerak perang berhadap menunjukkan prajurit adu pedang atas-bawah secara cepat, lalu pedang ditepiskan pada tanah diadu. Dan gerak srampangan melukiskan penari saling menyerang dengan melemparkan pedang pada kaki lawan secara bergantian dan saling menangkis. 

Tangkisan yang pertama di atas kepala dan yang kedua di depan dada. Diantara semua gerak itu, ada gerak yang tak pernah ditinggalkan, yaitu kirapan. Kirapan adalah gerak jalan berbaris sambail diiringi musik Mongde. Gerak ini menggambarkan kebersamaan. Prajurit yang hendak menuju atau sedang perang harus dalam satu barisan, tidak boleh cerai-berai.

Penthul & Tembem
Hal unik pada kesenian Mongde diantaranya terletak pada tata rias wajah dan busana para pemainnya. Tata rias itu menggambarkan seorang prajurit bangsawan yang gagah. Kegagahan itu dibentuk dengan penambahan atau mempertebal bagian tertentu pada wajah, seperti alis mata, kumis, godhek dan jawas. Tetapi untuk peran botoh yaitu Penthul memakai topeng warna putih, sedangkan Tembem menggunakan topeng warna hitam,” lanjutnya.

Tata busana para pemain, pada dasarnya sama menggunakan busana seorang prajurit. Bedanya, pada masing-masing peran. Warna kostum banyak didominasi oleh perpaduan warna hitam, merah, dan putih. Namun, pada saat ini, kostum yang dipakai para pemain sudah banyak mengalami perubahan.

Busana asli seorang prajurit, misalnya, adalah irah-irahan merah agak tinggi, samping, kace berwarna merah, baju putih, memakai klat bahu, keris selendang merah, stagen hitan, epek timang, berkain kuning, jarit parang putih, dan celana panji hitam. Sekarang, prajurit memakai blangkon hitam bervariasi kuning keemasan dengan diikat udheng gilig (merah-putih), kace merah, selendang merah, baju putih, memakai keris, stagen hitam, sampur merah dan putih, jarit parang kuning dan celana panji hitam.

Busana pembawa bendera juga demikian. Busana aslinya memakai irah-irah merah agak pendek dengan variasi kuning keemasan, sumping, kace berwarna merah, baju putih, memakai klat bahu, selempang merah, stagen hitam, epek hitam, kain kuning, jarit parang putih dan celana panjang putih. Namun kini, busananya sama dengan busana baru prajurit. Bedanya, tidak memakai sampur merah dan putih.

Busana pembawa bendera seperti ini sama dengan busana baru para pengiring. Padahal, busana asli pengiring memakai udheng cadhung hitam yang diikat udheng gilig merah putih, kace berwarna merah, baju putih, keris, selempang merah, stagen hitam, epek timang, kain kuning, jarit parang putih, dan celana panji hitam.

Busana pemeran botoh, yaitu Penthul dan Tembem, lebih kompleks lagi. Busana asli pemeran Penthul memakai udheng cadhung hitam dengan diikat udheng gilig merah putih, kace merah, sampur merah dikalungkan pada leher, baju lengan panjang putih, keris, stagen hitam, epek timang, kain kuning, jarit parang putih dan celana panjang putih. Nyaris sama dengan busana asli Tembem kecuali topngnya hitam dan dan tidak memakai keris, serta celana panjangnya berwarna hitam.

Busana asli itu kini berubah menjadi seperti busana baru pembawa bendera. Hanya, busana Penthul ada tambahan topeng warna putih dan sampur putih yang dikalungkan pada leher. Sementara Tembem memakai blangkon ikan kepala warna merah putih, topeng hitam, sampur hijau dikalungkan pada leher, baju lengan panjang hitam, dan celana kombor hitam.

Begitu detilnya kostum dan tata rias pemain kesenian Mongde, karena jenis kostum itu menggambarkan nilai-nilai luhur. Bagi mereka yang berperan kalah memakai kace hitam, sampur hijau, dan topeng hitam. Sementara pihak yang menang memakai maca merah, sampur putih, dan topeng putih. Hal tersebut mengisyaratkan, kejahatan yang dilambangkan dengan hitam akan kalah pada akhirnya melawan kebaikan dengan lambang putih.

Sempat Tenggelam
Menelusuri perkembangan seni khas Nganjuk ini tak beda dengan kesenian tradisi di berbagai daerah lainnya. Untuk waktu yang lama, kesenian ini pernah tenggelam dan kalah pamor dengan kesenian populer. Beruntung pada 1982 dilakukan penggalian kembali dari daerah asalnya. Setelah ditemukan, oleh penggiat seni di SDN Garu II, Kecamatan Baron, kesenian ini dipelajari dan dikembangkan. Dari SDN inilah Seni Mongde mulai dikenal oleh masyarakat luas di Kabupaten Nganjuk.

Seiring waktu, pada tahun 1985, atas prakarsa Bupati Ngajuk (waktu itu dijabat Drs. Ibnu Salam), dikumpulkanlah para tokoh seni tari Nganjuk dan seniman dari Yogyakarta. Mereka diminta untuk mengadakan pembaruan seperlunya tanpa mengurangi keasliannya. Akhirnya ditemukanlah gerak tari yang enak ditonton dan sekarang digemari dan sudah dikenal masyarakat luas.

Sejarah Tari Tayub Asal Nganjuk


Di Kabupaten Nganjuk terletak sebuah padepokan kesenian tradisional yaitu padepokan kesenian tayub, yang lebih jelasnya berada di Desa Ngrajek, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk.

Desa Ngrajek, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur merupakan daerah pedesaan yang masih asri. Di daerah tersebut para penduduknya masih memegang teguh adat istiadat setempat. Mereka masih sangat menghargai alam dan sangat mencintai kesenian. Jika kita memasuki desa tersebut kita akan merasakan hawa seni yang sangat kental. Para penduduk di desa tersebut sangatlah ramah tamah dengan orang lain. Berbeda dengan masyarakat perkotaan yang sering kali bersifat individualis, bahkan tidak jarang masyarakat perkotaan tidak mengenali siapa yang menjadi tetangganya.

Setiap harinya para warga di Desa Ngrajek beraktivitas seperti masyarakat biasanya, sehingga desa tersebut tidak terlihat sebagai pusat kesenian tayub di Kabupaten Nganjuk. Akan tetapi jika ada hari-hari besar atau ada warga yang memiliki hajat desa tersebut pasti diramaikan dengan kesenian tayub. Terlebih jika bulan jawa atau bulan syuro tiba, desa tersebut akan sangat ramai oleh para pendatang dari desa lain bahkan dari kota lain dikarenakan pada bulan tersebut bertepatan dengan acara wisuda para waranggono yang sudah menjadi agenda tahunan di Kabupaten Nganjuk.

Tari Tayub atau acara Tayuban. merupakan salah satu kesenian Jawa yang mengandung unsur keindahan dan keserasian gerak. Tarian ini mirip dengan tari Jaipong dari Jawa Barat. Unsur keindahan diiikuti dengan kemampuan penari dalam melakonkan tari yang dibawakan. Tari tayub mirip dengan tari Gambyong yang lebih populer dari Jawa Tengah.

Tarian ini biasa digelar pada acara pernikahan, khitan serta acara kebesaran misalnya hari kemerdekaan Republik Indonesia. Perayaan kemenangan dalam pemilihan kepala desa, serta acara bersih desa. Anggota yang ikut dalam kesenian ini terdiri dari sinden, penata gamelan serta penari khususnya wanita. Penari tari tayub bisa dilakukan sendiri atau bersama, biasanya penyelenggara acara (pria). Pelaksanaan acara dilaksanakan pada tengah malam antara jam 09.00-03.00 pagi.

Penari tarian tayub lebih dikenal dengan inisiasi ledhek. tari tayub merupakan tarian pergaulan yang disajikan untuk menjalin hubungan sosial masyarakat. beberapa tokoh agama islam menganggap tari tayub melanggar etika agama , Dikarenakan tarian ini sering dibarengi dengan minum minuman keras. pada saat menarikan tari tayub sang penari wanita yang disebut ledek mengajak penari pria dengan cara mengalungkan selendang yang disebut dengan sampur kepada pria yang diajak menari tersebut. Sering terjadi persaingaan antara penari pria yang satu dengan penari pria lainnya, persaingan ini ditunjukkan dengan cara memberi uang kepada Tledek (istilah penari tayub wanita).

Persaingan ini sering menimbulkan perselisihan antara penari pria.
Kesenian tayub yang pada zaman dahulu sempat masyhur diseluruh wilayah di Provinsi Jawa Timur, kini tak lagi dikenal oleh banyak kalangan masyarakat. Kesenian yang mengakar berabad-abad di Nganjuk itu harus bersaing keras dengan perkembangan era pertunjukan. Acara hajatan yang dulu selalu di meriahkan dengan tarian para waranggono kini telah kalah dengan panggung-panggung dangdut ataupun layar tancap yang menampilkan hiburan yang lebih menarik.

Mulai redupnya kesenian tayub banyak disebabkan karena, citranya yang dikenal identik dengan keburukan akibat para penikmat seni tayub yang menikmatinya dengan cara yang kurang sopan disertai dengan minum minuman keras. Untuk memperbaiki citra tayub, didirikan organisasi yang dapat memayungi kesenian tayub di Nganjuk. 

Didalam organisasi tersebut, selain diberikan pelajaran beragam gerak tari, para waranggono diberi pembinaan untuk mengikis tindakan tercela dari para penikmat seni tayub yang biasanya menyertai setiap pertunjukan tayub. Sebenarnya banyak gadis di Kabupaten Nganjuk yang ingin ikut dalam kesenian tayub sebagai waranggono. Para gadis tersebut sangat tertarik dengan kesenian tayub, selain karena ingin melestarikan dan mengembalikan kejayaan seni tayub seperti dahulu, mereka juga sangat tertarik dengan hasil yang akan mereka peroleh kelak jika mereka telah manggung atau pentas. 

Dalam sekali pentas para waranggono bisa mendapatkan honor hingga ratusan ribu rupiah, itupun belum termasuk uang hasil saweran para tamu yang menikmati tarian dari para waranggono.

Akan tetapi sekarang ini banyak orang tua yang melarang anak gadisnya yang ingin menjadi waranggono. Para orang tua takut dikarenakan kesenian tayub banyak dikenal masyarakat sebagai kesenian yang jauh dari kebaikan. Sehingga para gadis mengurungkan niatnya untuk menjadi waeanggono dalam kesenian tayub. Sehinga berakibat mundurnya kesenian tayub karena semakin tahun jumlah waranggono semakin berkurang.

Kesenian atau kebudayaan dalam kehidupan masyarakat merupakan suatu unsur yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Karena dengan kebudayaan atau kesenian tersebut kehidupan manusia tidak terlihat monoton. Begitu juga dengan kabupaten Nganjuk yang dahulu sempat masyhur dengan kesenian tayubnya. Tetapi bagaimanakah pandangan banyak kalangan tentang kesenian tayub tersebut.

Para masyarakat umumnya memandang kesenian tayub dari sisi negatifnya. Dan bukan salah merekalah jika mereka memandang seni tayub seperti itu. Semua itu disebabkan karena, para tamu atau para penikmat seni tayub seringkali menikmatinya dengan mabuk-mabukan serta tidak jarang mereka melecehkan para waranggono yang sedang menari diatas panggung. Terlebih-lebih dalam pandangan kam muslim. Dalam kesenian tayub terdapat aksi saweran dan meminum minuman yang memabukkan. 

Padahal, saweran sebenarnya adalah pemberian uang kepada waranggono oleh seseorang setelah menari bersama. Pemberian atau saweran ini dilakukan sebagai ucapan terima kasih kepada waranggono atas kesempatan untuk menari bersamanya. Nilai dan jumlah saweran tidak ditentukan, tergantung kemampuan si penyawer. Namun, cara pemberiannya yang dilakukan saat saweran itulah yang dipandang negatif oleh halayak umum. Saweran biasanya diberikan dengan cara diselipkan pada dada waranggana. Bisa pada bagian luar atau bahkan juga ada yang menyelipkannya lebih dari itu. Tentunya, pemberi saweran memiliki niat yang negatif terhadap para waranggono.

Manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki rasa seni yang tinggi tidak akan pernah lepas dari apa yang namanya kebudayaan ataupun kesenian. Dalam hal ini bagi masyarakat Nganjuk, sebuah kabupaten kecil di Provinsi Jawa Timur yang masih banyak warganya memegang teguh kesenian mereka, yaitu kesenian tayub.
Kesenian tayub merupakan seni tari yang mempertontonkan lekak-lekuk tubuh penarinya. Bagi para gadis yang ingin menjadi waranggono, mereka harus melewati beberapa syarat dahulu sebelum mereka diwisuda. Setelah di wisuda mereka akan mendapatkan surat izin untuk menjadi seorang waranggono.

Sejarah Candi Lor dari Batu Bata Merah di Nganjuk


Candi Lor merupakan bangunan candi yang terbuat dari batu bata merah yang diyakini sebagai monumen cikal bakal berdirinya kabupaten Nganjuk yang diperingati setiap tanggal 10 April setiap tahunnya.

Dari prasasti Anjuk Ladang, diketahui bahwa Mpu Sindok, raja Mataram Hindu yang bergelar Sri Maharaja Sri Isyana Wikrama Dharmottunggadewa memerintahkan Rakai Hinu Sahasra, Rakai Baliswara serta Rakai Kanuruhan pada tahun 937 untuk membangun sebuah bangunan suci bernama Srijayamerta sebagai pertanda penetapan kawasan Anjuk Ladang (kemudian nama ini menjadi "Nganjuk") sebagai kawasan swatantra atas jasa warga Anjuk Ladang dalam peperangan.

Pada areal Candi Lor terdapat dua makam abdi dalem kinasih Mpu Sindok yang disebut Eyang Kerto dan Eyang Kerti, dan sebatang pohon kepuh yang telah tumbuh sejak tahun 1866, diketahui dari tulisan Hoepermans.

Tari Kuda Kencak Asal Probolinggo


Satu jenis kesenian yang paling unik dan menarik dari Probolinggo adalah tarian kuda kencak. Kata "kencak" sendiri berarti mengangkat kaki berulang kali.

Satu gerakan indah dan jenaka yang dilakukan oleh kuda mengiringi irama bunyi-bunyian dari gamelan yang ditabuh oleh beberapa orang.

Sang kuda diberi hiasan warna-warni, Seorang anak yang duduk dipunggungnya juga memakai pakaian yang tidak kalah gemerlapnya, diberi untaian bunga sekeliling kepalanya, dipayungi dengan payung berwarna serta di arak dan diperlakukan bagai pengantin.

Tradisi ini sebenarnya dilakukan dalam upacara mengkhitankan seorang anak, tetapi perkembangan menunjukkan bahwa kebiasaan ini juga dilakukan sebagai penebus nazar atau niat seseorang.

Misalnya saja seseorang akan mempagelarkan kuda kencak apabila anaknya sembuh dari sakit. maka apabila anaknya benar-benar telah sembuh, maka si anak akan menari bersama kuda kencak dan di arak ramai-ramai.

Setibanya dari arak-arkan tersebut barulah diadakan pertunjukan sepenuhnya. gamelan ditabuh dengan irama tertentu. Pengiringya biasanya disebut "janis" akan ikut pula menari dan membawakan kidung-kidung, sejenis pantun sindir menyindir dan dibawakan bersahut-sahutan.

Dalam irama gamelan itulah kuda dengan kejenakaanya mengangguk-angguk, mengeleng-gelengkan kepala serta merentak-rentakkan kakinya sesuai dengan ritme bunyi-bunyian.

Kini kuda kencak sering dipagelarkan untuk menyambut tamu-tamu agung atau tamu-tamu yang dihormati.

Sejarah Tari Glipang Asal Probolinggo


Tari Kiprah Glipang adalah sebuah tarian rakyat, salah satu bagian dari kesenian tradisional masyarakat Probolinggo. Tidak ada bedanya dengan tari Remo yaitu sebuah tari khas daerah Jawa Timur yang merupakan bagian dari kesenian Ludruk Tarian ini banyak berkembang di desa Pendil, Banyuanyar, Probolinggo

Tari ini telah berkembang di tengah kehidupan rakyat Probolinggo dari sejak lama, dan musik tradisional Glipang adalang instrumen utama pengiring tarian ini. Tari Kiprah Glipang adalah tarian yang menggambarkan tentang gagahnya seorang pemuda yang sedang berlatih keprajuritan.


Hikayat Tari Kiprah Glipang
Tari Glipang berasal dari kebiasaan masyarakat. Kebiasaan yang sudah turun temurun tersebut akhirnya menjadi tradisi. Glipang bukanlah nama sebenarnya tarian tersebut..
“Awalnya nama tari tersebut “Gholiban” berasal dari Bahasa Arab yang artinya kebiasaan. Dari kebiasaan-kebiasaan tersebut akhirnya sampai sekarang menjadi tradisi.
Di ceritakan oleh Parmo, Tari Glipang (Gholiban) tersebut dibawa oleh kakek buyutnya yang bernama Seno atau lebih dikenal Sari Truno dari Desa Omben Kabupaten Sampang Madura.Sari Truno membawa topeng Madura tersebut untuk menerapkan di Desa Pendil.
“Ternyata masyarakat Desa Pendil sangat agamis.Masyarakat menolak adanya topeng Madura tersebut.Karena didalamnya terdapat alat musik gamelan.Sehingga kakek saya merubahnya menjadi Raudlah yang artinya olahraga,” lanjut Parmo.
Sari Truno kemudian mewariskan kebiasaan tersebut kepada putrinya yang bernama Asia atau yang biasa dipanggil Bu Karto..Parmo yang saat itu masih berusia 9 tahun mencoba ikut menekuninya. Tari Gholiban/Tari Glipang tersebut mempunyai 3 gerakan.Dimana tiap-tiap gerakan tersebut mempunyai makna dan cerita pada saat diciptakan.
Pertama tari olah keprajuritan atau yang biasa disebut dengan Tari Kiprah Glipang.Tari Kiprah Glipang ini menggambarkan ketidakpuasan Sari Truno kepada para penjajah Belanda.Dari rasa ketidakpuasan tersebut akhirnya menimbulkan napas besar.Tari Kiprah Glipang ini sudah terkenal secara Internasional dan sudah mendapatkan beberapa piagam perhargaan.
“Tari Kiprah Glipang pernah menjadi 10 besar tingkat nasional tahun 1995.Selain itu juga pernah datang ke Istana Presiden di Jakarta sebanyak 5 kali diantaranya waktu menyambut kedatangan Presiden Kamboja dan Presiden Pakistan.Saya juga pernah diundang ke Jakarta waktu peringatan HUT Kemerdekaan RI yang ke- 39,” tambah Parmo.
Tari Kiprah Glipang yang telah diciptakan oleh Sari Truno benar-benar serasi dan sejiwa dengan pribadi penciptanya.Jiwa Sari Truno yang sering bergolak melawan prajurit-prajurit Belanda pada waktu itu diekspresikan melalui bentuk tari ini.
Kedua, Tari Papakan yang mempunyai makna bertemunya seseorang setelah lama berpisah.”Waktu itu digambarkan bertemunya Anjasmara dengan Damarwulan.Dimana waktu itu Damarwulan diutus untuk membunuh Minakjinggo.Akhirnya Damarwulan berhasil dengan dibantu oleh 2 istri Minakjinggo.Tapi sebelum bertemu Anjasmara, Damarwulan di hadang oleh Layang Seto dan Layang Kumitir di Daerah Besuki,” jelas Parmo.
Ketiga, Tari Baris yang menggambarkan para prajurit Majapahit yang berbaris ingin tahu daerah Jawa Timur.”Waktu itu prajurit Majapahit tersebut berbaris di daerah Jabung untuk mengetahui daerah Jawa Timur.Awalnya tari ini berawal dari badut, lawak, dan kemudian berubah menjadi cerita rakyat,” terang Parmo.
Menurut Parmo yang menjadi latar belakang dirinya tetap eksis di Tari Glipang diantaranya ingin melestarikan budaya yang dibawa oleh kakek buyutnya Sari Truno.Selain itu kakeknya membawa topeng Madura tersebut dari Madura hanya dengan naik ikan Mongseng.Parmo juga ingin mengembangkan warisan kakek buyutnya kepada generasi muda terutama yang ada di Kabupaten Probolinggo.
“Untuk menghormati perjuangan kakek buyut Sari Truno, saya dan keturunan saya akan tetap melestarikannya sampai kapanpun.Apalagi waktu itu kakek saya rebutan topeng tersebut dengan sesama orang Madura.Sehingga saya sampai 7 turunan tidak boleh bertemu dengan saudara dari Madura.Kakek saya juga naik ikan Mongseng dari Madura ke Jawa, sehingga 7 turunannya diharamkan untuk makan ikan Mongseng tersebut,” imbuh Parmo.

Kesenian Glipang
Kesenian Glipang ialah suatu jenis kesenian pertunjukan, yang membawakan lakon-lakon tertentu (pertunjukan berlakon) yang biasanya dipergelarkan semalam suntuk. Tema lakon bernafaskan ceritera dalam agama Islam antara lain tentang kejayaan Islam dan ceritera kehidupan masyarakat sehari-hari.

Istilah Glipang belum dapat dipastikan asal-usulnya, demikian juga arti kata “glipang” berasal dari istilah dalam bahasa Arab “goliban”, yang mengandung makna tentang suatu kebiasaan kegiatan yang dilakukan oleh para santeri di pondok dalam kehidupan sehari-hari. 

Penyajian Glipang
Glipang sebagai suatu kesenian pertunjukan, maka bentuk dan jenis pertunjukannya disesuaikan dengan selera masyarakat penonton atau penyelenggara pertunjukan (penanggap), misalnya tentang isi lakon dan waktu yang dikehendaki. Pada umumnya penonton menyukai penyelenggaraan dengan waktu yang lama atau semalam suntuk. Dalam penyajian demikian maka ditampilkan berulang-ulang bagian-bagian tertentu yang dianggap penting atau digemari oleh masyarakat. Pengulangan bagian-bagian tertentu seni itu dirasa memantapkan penyajian kesenian Glipang dan kenikmatan selera penonton. Akibat adanya aspek kemantapan ini, maka usaha menata seni Glipang antara lain dalam bentuk pemadatan penyajian dianggap menyalahi aturan yang berlaku dalam penyajian.

Penyajian kesenian glipang semalam suntuk terbagi atas tahap-tahap:
 - Tahap ke satu: Tari Ngremo Glipang (Tari Kiprah Glipang). Tari ini merupakan bentuk tari yang digunakan untuk mengawali pertunjukan seni glipang.
 - Tahap ke-dua: Tari Baris. Tarian ini dibawakan oleh para penari pria, biasanya disertai penampilan seorang pelawak pria.
 - Tahap ke-tiga: Tari Pertemuan. Tarian dibawakan oleh penari pria dan wanita dalam komposisi berpasangan, disertai dua pelawak pria dan wanita. Peragaan tarian wanita dibawakan oleh penari pria dan dalam adegan ini kedua pelawak berdialog lucu (melawak).
 - Tahap ke-empat: Sandiwara (Drama). Membawakan ceritera tertentu dengan tema tertentu pula yang bernafaskan agama Islam.

Musik pengiring
Kesenian Glipang kecuali disajikan dalam bentuk tari dan drama (sandiwara) juga diiringi musik dan vokal.

Alat musik yang digunakan terdiri dari:
 - Dua ketipung besar, yakni lake’an dan bhine’an, ditabuh tingkah meningkah (saling mengisi). Ketimpung laki-laki (lake’an) berfungsi memimpin dan memberikan tekanan-tekanan gerak.
 - Satu jedhor, untuk memberikan tekanan-tekanan tertentu untuk semelehnya (konstannya) irama.
 - Tiga sampai lima terbang/kecrek, berfungsi mengisi lagu dengan cara memberikan suara di antara degupan.

Lagu-lagu yang dibawakan:
 - Lagu Awayaro, sebagai lagu pembukaan menjelang penyajian tari kiprak Glipang.
 - Pantun berlagu bebas, dibawakan secara bergantian pada penyajian tari pertemuan.

Sejarah kesenian glipang
Kesenian glipang lahir di desa Pendil, Kecamatan Nanyanyar, 12 km di tenggara kota Probolinggo. Mata pencaharian penduduknya adalah dagang dan tani berdasarh Madura dan pemeluk agama Islam patuh. Kesenian Glipang direvitalisasi dan dipopulerkan oleh seorang penduduk desa Pendil bernama Sarituno, dimaksudkan sebagai sarana hiburan tahun 1935.

Nampaknya latar belakang sosial dari kehidupan Sarituno sangat berpengaruh dalam seni ciptaannya yang bernama Glipang ini. Sarituno adalah pendatang dari Pulau Madura, menetap di pantai utara Pulau Jawa (Jawa Timur) di desa Pendil, tersebut. Mula-mula ia adalah mandor penebang tebu di pabrik gula Sebaung, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo. Karena sering terjadi pertentangan dengan sinder-sinder Belanda yang sewenang-wenang tingkah lakunya, maka Sarituno memilih berhenti bekerja di pabrik gula tersebut.

Jiwa perlawanan terhadap penjajah Belanda itu mempengaruhi kesenian Glipang ciptaannya, sebagai ekspresi jiwanya tersebut tertuang dalam bentuk tari kiprak Glipang.

Secara umum dapat diutarakan ciri-ciri penyajian kesenian Glipang:
 - Pola penyajian memiliki struktur tertentu dan tema tertentu.
 - Lagu-lagu bernafaskan agama Islam.
 - Alat musik yang digunakan terdiri dari satu jedhor, dua ketipung besar (lake’an dan bhine’an), tiga sampai lima terbang/kecrek.
 - Pola permainan musik merupakan ansamble dari jedhor, terbang/kecrek dan vokal.
 - Bahasa yang digunakan dalam vokal/dialog ialah bahasa Jawa dan Madura dibumbui bahasa Arab.
 - Unsur-unsur gerak, kreativitas pribadi dari unsur-unsur gerak pencak silat.
 - Tokoh-tokoh pelaku sesuai dengan lakon yang dibawakan.

Fungsi kesenian glipang
Dalam kehidupan sehari-hai masyarakat Probolinggo, kesenian Glipang tetap semarak sebagai suatu jenis kesenian yang digemari oleh rakyat. Kesenian Glipang sering ditampilkan pada acara-acara resepsi, bersih desa, panen raya, hajatan keluarga dan sebagainya. Jelaslah bahwa kesenian Glipang dapat dimanfaatkan sebagai suatu sosio drama, untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan yang menjadi program pemerintah, untuk menciptakan suasana persatuan dan kesatuan di kalangan rakyat, acara khusus dan melestarikan warisan seni budaya yang memiliki nilai-nilai luhur.

Pembinaan kesenian glipang di Probolinggo
Perkembangan kehidupan suatu kesenian tradisional harus selalu diusahakan agar selalu sesuai dengan zaman masa kini dengan teknologi yang sudah maju, sehingga akan tetap dapat mempertahankan diri sebagai suatu kesenian yang bermutu tinggi. Usaha-usaha penataan kembali seyogyanya selalu dilaksanakan secara teratur dan bertahap guna lebih meningkatkan dan memantapkan mutu. Salah satu usaha yang telah dirintis dalam hal seni Glipang adalah Tari Kiprak Glipang.

Contoh Tari Massal atau Berkelompok


Tari berkelompok adalah bentuk penampilan tari yang ditarikan oleh banyak penari atau lebih dari dua orang. Dalam tarian berkelompok dituntut keserempakan dan keseragaman gerak yang lebih tinggi agar pertunjukan tariannya tampak lebih dinamis dan indah. Para penari perlu menyamakan presepsi akan tariannya. Semua ini dimaksudkan agar dalam pementasan mereka tampak kompak dan serasi satu sama lainnya. Berikut ini adalah beberapa contoh dari tari berkelompok, yaitu:


Tarian Srimpi ini diciptakan pada zaman Sultan Hamengku Buwono V (1822-1855), dikenal dengan nama “Srimpi Hadi Wulangun Bronto”, yaitu kisah asmara yang luhur antara Dewi Renggowati dari Bojonegoro dengan Prabu Anglingdarma dari Malowopati. Sekarang lebih dikenal dengan sebutan Srimpi Renggowati.

      Berlainan dengan tari srimpi yang umumnya terdiri atas empat orang penari, srimpi Renggowati ini dilakukan oleh lima orang penari wanita. Akan tetapi, penari srimpi itu sendiri memang empat orang, yang kelima adalah penari sebagai Dewi Renggowati. Ketika keempat penari Srimpi itu menari, Dewi Renggowati diam saja. Baru setelah yang keempat duduk, ia mulai menari.

      Pada bentuknya yang kuno, pakaian srimpi ini menggunakan paes (kostum) seperti pengantin lengkap dengan gelung bokornya. Di samping itu, menggunakan cara berkain pinjungan, yaitu cara gadis kecil memakai kain, tetapi masih ditambah dengan kemben yang dililitkan seputar dada, yang ujungnya diikat seperti selendang kecil yang panjang menjuntai hamper sampai lutut.

      Dalam pertunjukkan lain Srimpi Renggowati menggunakan gaya zaman Sultan Hamengkubuwono VII akhir, yaitu tetap masih dengan paes dan gelung bokor, tetapi memakai baju seperti srimpi umumnya dengan kain dan seredan sebelah kiri.

      Sesuatu yang khas dalam rangkaian gendhing yang mengiringi tari srimpi ini adalah karena dua pathet dalam laras slendro sanga dan pathet manyura telah disatukan dalam komposisi gendhing secara utuh bersambung. Pada permulaannya mempergunakan lagu-lagu laras slendro pathet sanga, namun berakhir dengan lagu-lagu laras slendro pathet manyura.




      Tari Kecak berasal dari Bali. Tari Kecak merupakan sebuah pertunjukan seni khas Bali yang sudah banyak terkenal di penjuru dunia. Tari Kecak pertama kali dilakukan sekitar tahun 1930. Lagunya diambil dari ritual tarian Sanghyang kuno yang sampai saat ini masih dilakukan beberapa desa.

      Selama tarian Sanghyang, seseorang akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur, dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya pada masyarakat. Yang membuat Tari Kecak istimewa adalah semua music dan suara berasal dari manusia. Suara manusia yang kompak dan beruntun membuat suasana benar-benar hidup. Hanya ada beberapa suara yang berasal dari krincingan di kaki beberapa penari.

      Di awal pertunjukan, sekitar lima puluh orang penari lelaki yang berlengging dan hanya memakai sarung poleng dengan corak kotak hitam putih duduk di dalam satu bulatan melingkari sebuah kayu dengan beberapa lilin di atas kayu tersebut. Tinggi kayu tersebut kira-kira dua meter. Sambil duduk melingkar, orang-orang itu membagi diri dalam beberapa nada suara sehingga jika dipadukan akan terdengar bagus, kompak dan hidup.

      Tari kecak bercerita tentang kisah Ramayana, Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, Sugriwa, dan nama-nama lain muncul dalam wujud penari. Rama dibuang dari kerajaan Ayodya karena dikhianati. Dengan diiringi oleh istrinya yang setia, Shinta, dan adiknya Laksmana, mereka masuk ke sebuah kawasan hutan bernama dandaka. Raja raksasa, Rahwana, bertemu dengan mereka tatkala mereka di dalam hutan dan Rahwana terus menggilai Shinta yang jelita. Dengan ditemani oleh patihnya, Marica, Rahwana mencari jalan untuk menculik Shinta. Dengan menggunakan kekuatan ajaibnya, Marica mengubah dirinya menjadi seekor kijang emas. Shinta yang melihat kijang emas yang cantik itu lantas meminta suaminya untuk memburu kijang istimewa ini.

      Rama dan Laksamana pergi memburu kijang emas yang diidamkan Shinta. Ketika Rama dan Laksamana pergi, Rahwana pun menculik Shinta dan membawanya pulang ke istananya, Alengka (alkisah, pada waktu Rahwana mau menculik Shinta, Jatayu mencoba melawan, tetapi dapat dikalahkan oleh Rahwana). Rama yang mengetahui penculikan Shinta oleh Rahwana lantas mencari jalan untuk menyelamatkan istrinya ini. Ketika itu, datanglah Hanoman, raja segala monyet, membantu. Tarian Kecak ini diakhiri oleh penari yang menjadi Hanoman menendang sabut yang sedang terbakar. Bagian ini dikenal dengan tarian api atau fire dance.



Tati Saman adalah sebuah tarian suku Gayo di daerah Nanggroe Aceh Darussalam. Tarian ini biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Selain itu tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Namun sekarang, Tari Saman juga dapat kita lihat pada festival-festival tari maupun lomba Tari Saman. Dalam beberapa literature menyebutkan Tari Saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama berasal dari Gayo di Aceh Tenggara.

Tari Saman merupakan salah satu media untuk pencapaian dakwah. Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan. Sebelum Saman dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan, tampil seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat (keketar) atau nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan penonton.

Tari Saman biasanya ditampilkan tidak menggunakan iringan alat musik, akan tetapi menggunakan suara dari para penari dan tepuk mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah. Syair dalam tarian Saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Gayo. Tarian dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syekh yang biasanya duduk ditengah-tengah deretan penyanyi. Karena keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna.

Tarian Saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian Saman: Tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga, ketika menyebarkan agama islam, Syeikh Saman mempelajari tarian melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang disertai dengan syair-syair dakwah islam demi memudahkan dakwahnya. Dalam konteks kekinian, tarian ritual yang bersifat religious ini masih digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui pertunjukan-pertunjukan.

Tari Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, karena hanya menampilkan gerak tepuk tangan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring (semua gerak ini adalah bahasa Gayo).

Jumlah penari Tari Saman biasanya banyak, sampai berpuluh-puluh orang. Lebih baik jika jumlah penari ini ganjil. Setelah sering dilombakan, muncullah semacam ketentuan, yaitu yang duduk berjajar bersaf-saf itu jangan sampai kurang dari sepuluh orang.



Tari Cakalele adalah tarian perang tradisional Maluku yang digunakan untuk menyambut tamu ataupun dalam perayaan adat. Biasanya, tarian ini dibawakan oleh 30 pria dan wanita. Tarian ini dilakukan secara berpasangan dengan iringan musik drum, flute, bia (sejenis musik tiup).

Para penari pria biasanya mengenakan parang dan salawaku (perisai) sedangkan penari wanita menggunakan lenso (sapu tangan). Penari pria mengenakan kostum yang didominasi warna merah dan kuning serta memakai penutup almunium yang disisipi dengan bulu putih. Saat Tari Cakalele ditampilkan, terkadang arwah nenek moyang dapat merasuki penari dan kehadiran arwah tersebut dapat dirasakan oleh penduduk asli.


        
      Tari Tor Tor adalah salah satu jenis tari yang berasal dari suku batak di Sumatera Utara. Menurut salah satu pakar tari Tor Tor dan juga mantan anggota anjungan Sumatera Utara 1973-2010, tari Tor Tor sudah menjadi budaya Batak sejak abad ke 13. Jika anda mendengar ada sebuah tari yang akan diklaim oleh Malaysia waktu dekat ini, adalah tarian Tor Tor.

      Menurut sejarahnya, Tor Tor sudah ada sejak abad ke 13 di Sumatera Utara. Nenek moyang orang Mandailing diperkirakan berasal dari suku Karen yang tinggal di perbatasan Burma dan Myanmar. Tari Tor Tor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh. Di masa lalu, tari ini dilakukan oleh patung-patung batu yang telah dimasuki roh. Roh itu menggerakkan batu seperti menari namun dengan gerakan kaku.

      Ada beberapa jenis tari Tor Tor. Ada Tor Tor Pangurason atau tari pembersihan yang digelar pada saat membersihkan tempat sebelum adanya pesta agar diberi kelancaran dan dijauhkan dari mara bahaya. Selain itu ada juga yang dinamakan Tor Tor Sipitu Cawan atau Tari Tujuh Cawan yang digelar pada saat pengukuhan raja yang menceritakan tentang tujuh bidadari yang mandi di Gunung Pucuk Buhit. Apabila sebuah desa dilanda musibah, maka pada tanggal musibah tersebut akan digelar Tarian Tor Tor dengan maksud meminta petunjuk atas masalah tersebut.

      Tari Tor Tor termasuk sangat sederhana dalam hal gerakan. Para penari Tor Tor cukup membuat gerakan tangan yang cukup terbatas dengan gerakan kaki jinjit-jinjit mengikuti iringan musik yang disebut sebagai magondangi yang terdiri dari alat-alat musik tradisional seperti gondang, suling, terompet batak dan lain-lain.

      Busana Tari Tor Tor sangat sederhana. Pria dan wanita yang ingin menarikan Tari Tor Tor cukup mengenakan baju biasa yang dikenakan saat pesta. Baju ini dilengkapi dengan aksesoris berupa tenunan khas batak yang bernama Ulos. Ulos yang digunakan ada dua jenis, yaitu ulos yang berupa ikat kepala dan ulos yang berupa selendang. Motif selendang ulos yang digunakan tergantung dari pesta apa yang sedang digelar. Dengan properti busana yang sangat sederhana seperti ini membuat semua orang yang menghadiri suatu pesta dapat menari Tor Tor bersama-sama.

Contoh Tari Berpasangan : Tari Salipuk dan Tari Serampang Dua Belas


Tari berpasangan adalah bentuk penampilan tari yang ditarikan secara berpasang-pasangan. Perbedaan tari berpasangan dengan tari tunggal adalah pada bentuk penyajiaannya yang memiliki unsure interaksi gerak yang saling melengkapi, saling mengisi, dan merespons antara individu penari dengan pasangannya.

1. Tari Salipuk

Tari Salipuk adalah tarian asli dari kota Nganjuk, tarian ini ditarikan oleh sepasang muda mudi yang berarti tarian pergaulan Tari Salipuk adalah pengembangan dari Tari Tayub yang sebelumnya sudah ada di Nganjuk, Tari ini sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda yang berawal dari pengamen yang bernama Salipuk, pekerjaan setiap hari adalah berkeliling kampung untuk menghibur orang sambil membawa kendang. Orang-orang sangat menyukai hiburan yang diberikan oleh Salipuk, sehingga dia sering dipanggil ke kampung-kampung untuk menghibur orang. Lalu dia akhirnya mengembangkannya menjadi tari yang berpasangan. Sampai saat ini tari Salipuk masih banyak ditarikan pada  acara-acara tertentu seperti acara resmi, acara perkawinan atau pada saat upacara adat.

Meskipun tarian ini hanya melibatkan dua orang, tetapi atraksi tari ini membutuhkan tempat yang luas karena gerakannya sangat dinamis dan penarinya harus berlari kesana-kemari. Tari Salipuk menggunakan iringan musik tradisional Jawa dengan tembang khusus yang liriknya sesuai dengan jalan cerita tarian.

2. Tari Serampang Dua Belas
                   
Tari Serampang Duabelas merupakan tarian tradisional Melayu yang berkembang di bawah Kesultanan Serdang. Tarian ini diciptakan oleh Sauti pada tahun 1940-an dan digubah ulang oleh penciptaya antara tahun 1950-1960. Sebelum bernama Serampang Duabelas, tarian ini bernama Tari Pulau Sari, sesuai dengan judul lagu yang mengiringi tarian ini, yaitu lagu Pulau Sari.

Sedikit ada dua alasan mengapa nama Tari Pulau Sari diganti Serampang Duabelas. Pertama, nama Pulau Sari kurang tepat karena tarian ini bertempo cepat.  Menurut Teuku Mira Sinar, nama tarian yang diawali kata ‘pulau’ biasanya bertempo rumba. Sedangkan Tari Serampang Duabelas memiliki gerakan bertempo cepat seperti Tari Serampang Laut. Nama duabelas sendiri berarti tarian dengan gerakan tercepat di antara lagu yang bernama serampang. Kedua, penamaan Tari Serampang Duabelas merujuk pada ragam gerak tarinya yang berjumlaj 12, yaitu: pertemuan pertama, cinta meresap, memendam cinta, menggila mabuk kepayang, isyarat tanda cinta, balasan isyarat, menduga, masih belum percaya, jawaban, pinang-meminang, mengantar pengantin, dan pertemuan kasih.

Tari Serampang Duabelas berkisah tentang cinta suci dua anak manusia yang muncul sejak pandangan pertama dan diakhiri dengan pernikahan yang direstui kedua orangtua sang dara dan teruna. Oleh karena menceritakan proses bertemunya dua hati tersebut, maka tarian ini biasanya dimainkan secara berpasangan, laki-laki dan perempuan. Namun demikian, pada awal perkembangannya tarian ini hanya dibawakan oleh laki-laki karena kondisi masyarakat pada waktu itu melarang perempuan tampil di depan umum, apalagi memperlihatkan lenggak-lenggok tubuhnya.

Tari Dewi Anjasmara Asal Jawa Barat


Tari Dewi Anjasmara adalah tarian tunggal atau solo yang ditarikan oleh seorang perempuan. Tari ini berasal dari Jawa Barat. Tari Dewi Anjasmara ini menggambarkan Anjasmara putri yang mulia dari saga Jawa, tentang Damarwulan dan lawannya Minak Jinggo.

Cerita ini sudah ada sejak abad 15 di Jawa, tetapi koreografi tarian ini berasal dari abad ini, koreografernya adalah Raden Tjetje Somantri. Cerita dari tarian ini adalah saat Menak Jinggo mengancam kerajaan Majapahit, karena sang ratu telah menolak untuk menikah dengannya dan menjadi pengikutnya. Kemudian sang putrid Anjasmara meminta bantuan seorang ksatria. Ksatria itu adalah Damarwulan yang akan menjadi pahlawan dari cerita ini. Putri Anjasmara sangat menyesalkan misinya untuk menaklukkan Menak Jinggo. 

Tarian ini menunjukkan bagaimana sang putri Anjasmara sedang mempersiapkan untuk memenuhi Damarwulan sebelum ia akan berangkat untuk berperang melawan Minak Jinggo. Suasana hatinya terus dan terus berubah-ubah, tapi kecantikkanya yang akan berhasil. Pada Tari Dewi Anjasmara ini melambangkan bahwa kecantikkan seorang wanita akan berkembang karena pengabdiannya terhadap orang yang dikasihinya atau dicintainya.

Deskripsi Tari Tunggal. Bentuk, dan Gerak Dasar


Tari tunggal adalah sebuah tari yang disajikan atau dibawakan oleh satu orang penari,baik penari laki-laki ataupun perempuan.
Dalam perkembangannya tari tunggal selain ditarikan oleh satu orang penari tidak menutup kemungkinan dapat ditarikan secara kelompok bahkan masal.Perkembangan ini karena adanya faktor pesanan atau kebutuhan.

Contohnya tari tunggal adalah :
-    Tari Gambiranom
-    Tari Merak
-    Tari Gambyong,dll.

Contoh tari tunggal yang dapat disajikan atau dilakukan untuk masal,yaitu :
-    Tari Gambyong
-    Tari Eko Prawiro
-    Tari Prajuritan atau Watang
-    Tari Merak
-    Tari Kelinci dll.


B. BENTUK TARI
Selain tari ditinjau dari segi koreografi,fungsi,isi atau tema juga terdapat jenis tari ditinjau dari segi bentuk yaitu tari gagah,tari alus,tari putri. Secara kodrat manusia,tari dibedakan menjadi tari putri dan tari putra.
Tari gagah adalah sebuah tari yang mengambil tokoh gagah pada cerita tertentu dengan menggunakan vokabuler gagah dan dilakukan oleh penari putra. Tari alus adalah sebuah tari yang mengambil tokoh berkarakter alus pada cerita tertentu dan menggunakan vokabuler alus yang dapat dilakukan oleh penari putra dan putrid.Sedangkan tari putrid adalah sebuah tari yang mengambil tokoh putri pada cerita tertentu dengan mengambil vokabuler putri  dan dilakukan oleh seorang wanita.

a. Contoh tari gagah adalah :
   - Tari Menak Jinggo Gandrung
   - Tari Gathotkaca Gandrung
   - Tari Klana Topeng
   - Tari Bugis Kembar
   - Tari Garuda Yaksa, dll.
b. Contoh tari alus adalah :
   - Tari Gambiranom
   - Tari Pamungkas
   - Tari Menak Koncar
   - Tari Gunung Sari
   - Tari Palgunna Palgunadi,dll
c. Contoh tari putri adalah :
   - Tari Gambyong
   - Tari Srimpi
   - Tari Bedaya
   - Tari Retna Tinanding
   - Tari Adanengar Kelaswara, dll


C. GERAK DASAR TARI
Gerak dasar tari pada umumnya dapat digunakan untuk semua jenis tari baik tari tunggal, tari pasangan, tari kelompok, dan drama tari. Suatu bentuk rangkaian gerak dasar tari yang disusun menjadi suatu bentuk sekaran disebut rantoyo. Ada tiga jenis bentuk rantoyo yaitu rantoyo putri, rantoyo alus, dan rantoyo gagah.

Di bawah ini akan diberikan sedikit contoh gerak dasar tari yang beracuan pada gerakdasar tari gaya surakarta.

1.  Gerak Dasar Leher (Pacak Gulu)
a.   Pacak Gulu Panggil (Dagu dijangkaukan kedepan lurus,pada saat ditarik kembali mundur kekiri sampai habis,lalu mulai memandang lawan.)
b.  Pacak Gulu Goyang
Dagu digerakan kekiri,kekanan.ketika kembali krkiri lagi,tiba ditengh kemudian tatap,disentak tarik tegak.
c.  Pacak Gulu Gelo atau Ula Ngelangi
Dagu digerakan kekiri dan kekanan,kepalabergeser-geser dua kali,lalu ditarik sentak tegak kembali.
d.  Pacak gulu gebes
Dagu hanya digerakan sekali kekiri atau kekanan lalu ditarik sentak tegak lagi.
e.  Pacak Gulu Godheg
Dagu digerakan kekanan dan kekiri lalu tarik sentak tegak lagi.
f.   Pacak Gulu Lenga
Dagu digerakan kekiri dan kepala digser sekali,lalu ditarik sentak tegak kembali.

2. Gerak Dasar Telapak Tangan (Jari-Jari Tangan )
a. Ambaya Mangap
Ke empat jari tangan berderet rapat ditegakan,ibu jari direnggangkan dari keempat jari.
b.  Karah Bedhot
Ujung ibu jari tangan dan jari tengah diusahakan didekatkan tetapi tidak bersentuhan
c.   Purnama Sidi atau Ngithing
Ibu jari dengan jari tengah dipertemukan
d.   Naga Ngelak
Keempat jair tangan berderet rapat tegak,hanya ibu jari yang merenggang dibelokan kedalam
e.   Silih Asih
Seperti padakarah bedhot dilakukan berpasangan
f.  Bronjong Kawat
Seperti orang yang menyuap nasi,tetapi semua dilakukan dengan kaku ,lurus
g.  Kunjara Wesi
Seperti orang yang menyuap nasi cara melakukannyaserba lemah atau kendurvdengan jari-jari dicembungkan
h. Blarak Sempal
Jari-jari diluruskan kearah pergelangan tangan
i Pisang Bali atau Bithen
Keempat jari tangan menggenggam tetapi ibu jari diselipkan diantara telunjuk dan jari tengah.
j Sapu Lebu

Jari-jari dikembangkan kesepuluhnya dan dijungkirkan
Selain gerak yang dilakukan secara sebagian juga terdapat gerak yang dilakukan secara bersamaan antara gerak kaki,tangan,kepala,dan badan. Contohnya adalah :
1. Lumaksana
    - Lumaksana magertimun
    - Lumaksana bambangan
    - Lumaksana kalang kinantang
    - Lumaksana bapang
    - Lumaksana glebagan
2.  Jenis-jenis sekaran (kembangan) untuk putri
    - Sekaran engkyek
    - Sekaran golek iwak
    - Sekaran suwun
    - Sekaran kembang pepe
    - Sekaran anglir mendhung
    - Sekaran bapang jeglong
3.  Jenis-jenis gerak penghubung
    - Sabetan
    - Ombak banyu
4.  Jenis-jenis gerak perpindahan
    - Srisik
    - Unclng
    - Ayun
    - Tranjalan
    - Kengser
    - Trecet

Sejarah Tari Prawiro Watang, Tari Tunggal Putra

Sejarah Tari Prawiro Watang, adalah salah satu tarian asal Jawa gaya surakarta yang ditarikan oleh laki-laki tunggal. Prawiro artinya perwira (prajurit), dan watang adalah semacam galah yang terbuat dari kayu ringan sepanjang kira-kira 2 m yang ujungnya diberi gombyok warna merah putih. Menggambarkan bendera bangsa Indonesia. Adapun gombyok tersebut terbuat dari benang wol yang digunting kira-kira 50 cm. Kemudian diikat di ujung watang.

Tarian ini menceritakan kegagahan prajurit - prajurit negeri ini kala itu yang sangat mahir menggunakan senjata dalam hal ini watang. Sehingga untuk mencerminkan semangat dan kegagahannya dan ke-Indonesiannya, kostum tarian ini didominasi dengan warna merah putih. Selain itu gerakan - gerakannya tegas dengan volume yang besar.

Busana tarian ini dari atas ke bawah sebagai berikut :

1. Iket warna merah putih.
2. Sumping yang dipakai di telingga. Bisa warna merah putih yang terbuat dari benang wol atau terbuat dari mote.
3. Kalung kace yang dipakai di leher.
4. Klat bahu yang dipakai di lengan.
5. Gelang tangan.
6. Jarik, bisa berwarna merah putih, merah saja atau lereng.
7. Sampur yang memakiannya diikatkan di pinggang. Untuk tari ini sampur dikaitkan pada keris sedemikian rupa supaya tidak mengganggu gerak.
8. Epek timang, kegunaannya seperti ikat pinggang. Biasa terbuat dari beludru.
9. Boro samir terletak pada paha kanan kiri.
12. Uncal, gunanya untuk tameng atau perisai (maaf kemaluan).
13. Sabuk yang dipakai di pinggang. Bisa motif cinde atau warna merah. Gunanya untuk mengikat sampur dan jarik.
14.Celana selutut. Bisa bermotif cinde atau berludru warna merah
15. Keris. Pada tarian ini  keris hanya sebagai asesoris dan terakhir
16. Binggel atau gelang kaki.

Tarian ini jarang bahkan hampir tidak pernah ditampilkan pada acara orang punya kerja. Karena panjangnya watang  dan ruangan yang tidak pas. Tetapi tari ini pernah dipakai lomba PORSENI (Pekan Olahraga dan Seni ) siswa tingkat SD dalam bentuk tari tunggal putra. Untuk melihatnya, anda bisa membuka Youtube.

Soal Uji Kompetensi 2 Materi Tari Surakarta

1. Bagaimana definisi tari menurut Corry Hartong?
Jawab : .................................................................
2. Sebutkan 3 macam tari rantaya!
Jawab : .................................................................
3. Terangkan sejarah terciptanya tar Golek Menak!
Jawab : .................................................................
4. Terangkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menari tari tunggal!
Jawab : .................................................................
5. Sebutkan 5 contoh tari tunggal putra gaya Surakarta!
Jawab : .................................................................
6. Sebutkan 5 contoh tari tunggal putri gaya Surakarta!
Jawab : .................................................................
7. Sebutkan macam-macam tolehan yang ada pada tari gaya Surakarta!
Jawab : .................................................................
8. Sebutkan gerak kaki yang ada pada tari gaya Surakarta!
Jawab : .................................................................
9. Terangkan apa yang dimaksud gerak penghubung!
Jawab : .................................................................
10. Sebutkan macam-macam gerak penghubung pada tari gaya Surakarta!
Jawab : .................................................................

Friday, January 24, 2014

Penjiwaan Merupakan Kemampuan Dasar Dalam Menari


Penjiwaan dalam menari merupakan kemampuan penari dalam menghayati dan mengekspresikan karakter peran dan karakter tari pada waktu menari. Penjiwaan dalam menari dalam bahasa jawa disebut wirasa. Penjiwaan dalam menari dapat dicapai apabila seseorang dalam menari melibatkan passion yaitu melakukan dengan perasaan senang, bersungguh – sungguh (bersemangat) mencurahkan segala perasaannya dalam kegiatan menari.

Untuk sampai kepada kemampuan penjiwaan dalam menari, ada beberapa kemampuan dasar yang harus dimiliki penari yaitu :
1.      Wiraga adalah Memiliki ketrampilan teknis gerak mencakup kemampuan menghafal urutan gerak, kemampuan olah tubuh, kemampuan mentaati gaya tari dan kelenturan.
2.      Wirama adalah Memiliki kepekaan musical yaitu kepekaan dalam menyelaraskan ritme gerak tubuh dengan ritme musik atau menyelaraskan ritme garak dengan penari lainnya.
3.      Wirasa adalah Mampu menghayati dan mengekspresikan karakter peran dan karakter tari
Untuk dapat mencapai wirasa penari harus melakukan 4 hal yaitu :
1.       sawiji (konsentrasi),
2.      greget ( menyalurkan kekuatan dari dalam),
3.      sengguh (percaya diri),
4.      mingkuh (penuh disiplin disertai dedikasi dan loyalitas)

Thursday, January 16, 2014

Macam - Macam Gerak Modern Dance

Sejalan dengan perkembangannya, tari modern di Indonesia ini dapat dikategorikan menjadi beberapa macam, antara lain adalah hip-hop dance, concert dance, break dance, R&B dance, freestyle dance, dan yang terakhir baalroom dance (Sedyawati dan Damono, 1991. P.5).
Modern dance, atau dalam Bahasa Indonesia berarti tari modern, adalah suatu bentuk tarian yang terbentuk dan berkembang sejak dari awal abad 20 (Horosko,2002.P.1). Di beberapa tempat yang belum begitu mengenal tari modern seperti di Indonesia, ballroom dance serta concert dance juga masih dianggap sebagai bagian dari tari modern ini. Namun apabila dilihat dari latar belakang sejarah, tari modern ini sebenarnya dipelopori oleh penari-penari dari Amerika Serikat, serta penari-penari di beberapa negara di Eropa Barat yang “memberontak” terhadap ballet dance serta classical dance yang sedang booming saat itu.


Beberapa penari yang paling terkenal dengan aksinya saat itu adalah Loie Fuller, Isadora Duncan and Ruth St. Denis. Aksi mereka dilandasi dengan faktor kelemahan dari ballet dan classical dance sendiri, yaitu diperlukannya perlengkapan khusus selain musik, seperti kostum, sepatu tari, serta bahkan tata rias yang tebal.
Beberapa dari perlengkapan tersebut tidak mampu dimiliki oleh orang-orang biasa dengan latar ekonomi yang rendah, yang juga punya ketertarikan besar untuk menari. Oleh sebab itu ketiga penari tersebut kemudian menciptakan suatu free dance yang kemudian dikenal dengan cikal bakal dari tari modern (Horosko,2002.P.1).


Berbagai Macam Modern Dance

The ROBOT DANCE adalah sebuah ilusi gaya tari – sering bingung dengan bermunculan – yang mencoba untuk meniru sebuah menari robot atau manekin. Itu berasal oleh Charles Washington, juga dikenal sebagai “Charles Robot” pada akhir tahun 1960-an , dan memperoleh ketenaran lebih lanjut setelah The Jacksons melakukan tarian ketika mereka tampil Dancing Machine
Blood-Elf Dance:

Ini adalah tarian flexible atau tarian lentur. Ini merupakan Tarian Baru era jaman sekarang. Banyak Anak muda mengikuti tarian ini.
Breakdance:

B-boying atau yg sering disebut sebagai breakdancing, adalah gaya tarian yang berevolusi sebagai bagian dari budaya hip-hop di antara Hitam dan Amerika Latin pemuda di Bronx Selatan, New York City selama tahun 1970-an. menari-nari untuk kedua hip-hop dan genre musik lain yang sering remixed untuk memperpanjang istirahat musik. Satu yang praktek gaya tarian ini disebut b-anak laki-laki, b-gadis, atau breaker. Meskipun “breakdance” adalah istilah umum, “b-boying” dan “melanggar” lebih disukai oleh sebagian besar bentuk seni yang paling menonjol pionir dan praktisi.
Moonwalk Dance:

The Moonwalk atau backslide adalah sebuah teknik tarian yang menghadirkan ilusi penari ditarik ke belakang ketika mencoba untuk berjalan maju.Sebuah breakdancing bergerak, itu menjadi populer di seluruh dunia setelah dieksekusi Michael Jackson tarian bergerak selama kinerja “Billie jean “on Motown 25: Kemarin, Hari ini, Forever pada tanggal 25 Maret 1983. Ini kemudian menjadi tanda tangannya bergerak, dan sekarang salah satu yang terbaik teknik tari terkenal di dunia.
(Running Man) Shuffle Dance

The Running Man(Shuffle Dance) adalah tarian yang berasal dari tahun 1980-an dan akan dilakukan terutama oleh MC Hammer selama konser live show dan video musik, tapi baru mencapai popularitas di tahun 2000-an. Tarian ini diciptakan oleh Paula Abdul sementara ia adalah seorang koreografer bagi Janet Jackson pada akhir ‘80-an. The Running Man ini pertama kali dilakukan pada tahun 1987 dan 1988 sebagai bagian dari Control Janet Jackson-tur konser. [Rujukan?] Ia juga digunakan dalam beberapa bentuk tarian Melbourne Shuffle gaya. Terdiri dari langkah hopping atau geser dilakukan sedemikian rupa pada kecepatan untuk mensimulasikan seorang pelari.

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Total Pageviews

Copyright 2013 Macam-Macam Tarian di Indonesia: January 2014 Template by Hand's. Powered by Blogger