Tuesday, May 12, 2015

Tari Giring-giring Asal Kalimantan Tengah

Kegembiraan dan luapan rasa senang banyak diwujudkan dengan berbagai cara. Salah satu cara mengungkapkan kegembiraan dan rasa senang itu adalah dengan menari. Hal itu juga yang dilakukan oleh masyarakat Kalimantan. Salah satu cara mengungkapkan kegembiraan dan rasa senang masyarakat Kalimantan khususnya Kalimantan Tengah dan Kabupaten Barito adalah menari tari Giring-giring.
Awal mulanya Tari giring-giring merupakan tarian yang berasal dari suku dayak Ma’anyan dan dipopulerkan oleh suku tersebut. Lalu berkembang di daerah Kalimantan Tengah dan kabupaten Barito. Giring-giring atau bahasa masyarakat kalimantan adalah gangerang merupakan bambu yang berisi biji piding.

Bagi masyarakat kalimantan Tengah dan kabupaten Barito, tari giring-giring merupakan luapan ekspresi atas kegembiraan dan rasa senang masyarakat tersebut. Hal itu disimbolkan dengan cara menari tari giring-giring yaitu menghentakkan satu tongkat Gantar yang dipegang tangan kiri ke lantai sedangkan tangan kanan memegang bambu yang berisi kerikil serta di goyangkan agar tercipta bunyi yang khas. Kaki-kaki penari mengikuti irama musik bergerak maju mundur. Ketepatan tangan dan kaki yang bergerak bersamaan merupakan bagian yang unik dan menjadi perhatian penonton dari tari giring-giring.Benda yang dibawa oleh penari yaitu bambu tipis (telang) berisi biji “piding”  dan digoyangkan sehingga menciptakan nada yang ritmis adalah giring-giring. Nama benda giring-giring menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tarian ini sehingga dinamakan tari Giring-Giring. Kegiatan tari giring-giring banyak dilakukan pada acara perjamuan, peresmian atau acara adat yang menggambarkan rasa gembira dan rasa senang.

Friday, May 8, 2015

Tarian Cingpoling Asal Kab. Purworejo Jawa Tengah

Kesenian ini diduga telah ada / mulai dikenal pada abad XVII. Menurut sejarahnya, kesenian ini bermula ketika Demang Kesawen (Kesawen saat ini menjadi salah satu desa di  Kecamatan Pituruh Kab. Purworejo) mengikuti Pisowanan di Kadipaten Karangduwur  Sambil menunggu acara pisowanan tersebut dimulai, Demang Kesawen bersama 3 (tiga) prajuritnya yang bernama Krincing, Dipomenggolo dan Keling melakukan latihan bela diri di lapangan Kadipaten. Ketika mereka sedang asyik berlatih bela diri dan diketahui oleh Adipati Karangduwur, rupanya beliau  tidak berkenan jika Demang Kesawen dan anak buahnya melakukan latihan bela diri di alun - alun Karangduwur. Untuk itu, Adipati memperingatkan kepada Demang Kesawen dan anak buahnya, agar tidak mengulangi kegiatan serupa lagi di masa yang akan datang.
 
 
Walaupun telah ditegur oleh Adipati Karangduwur, ternyata Demang Kesawen tidak jera. Pada pisowanan yang akan datang dia berkeinginan untuk kembali melakukan kegiatan latihan bela diri di Alun - alun kawedanan. Untuk itu dia mengajak musyawarah dua orang kepercayaannya yaitu Jagabaya dan Komprang. Hasil rembugan tersebut adalah : Krincing, Dipomenggolo dan Keling akan ikut lagi dalam pisowanan. Untuk itu Komprang akan membuat kegiatan latihan bela diri menjadi sebuah tarian dengan diiringi tetabuhan / musik. Akhirnya terbentuklah tim kesenian yang terdiri dari para prajurit kademangan.

Pada waktu pisowanan, gerak bela diri yang disamarkan dalam bentuk tarian dan musik oleh para prajurit Demang Kesawen terbukti tidak menimbulkan kecurigaan dan kemarahan Adipati Karangdwur. Mereka dianggap sebagai sebuah kelompok kesenian biasa, padahal dibalik penyamaran itu mereka adalah pengawal pilihan dari Demang Kesawen. Semenjak itulah setiap pisowanan ke Kadipaten Karangdwur, Demang Kesawen selalu membawa “Kelompok Kesenian”-nya yang terdiri dari para pengawalnya. Setiap kelompok kesenian ini tampil di acara pisowanan, banyak petinggi Kadipaten yang ikut menontonnya. Hingga Adipati Karangdwur meminta kepada Demang Kesawen untuk melestarikan kesenian tersebut sekaligus menanyakan apa nama kesenian yang mereka bawakan. Demang Kesawen yang merasa tidak tahu menyerahkan jawabannya kepada Jagabaya.

Jagabaya menamai kesenian ini Cingpoling. Diambil dari nama 3 (tiga) orang pengawal Demang, yaitu :
Dari nama Krincing diambil suku kata terakhir “CING”Dari nama Dipomenggolo diambil suku kata terakhir “PO”Dari nama Keling diambil suku kata terakhir “LING”Sepulang dari Kadipaten, Demang Kesawen mengadakan syukuran yang meriah untuk merayakan diterimanya Kesenian Cingpoling oleh Adipati.
 
Pada masa lalu, kesenian ini dipergunakan  sebagai pengantar Demang Kesawen dalam melakukan pisowanan. Namun karena terjadi pergantian struktur pemerintahan yang dilakukan oleh penjajah Belanda dan Jepang membuat kegiatan pisowanan tidak lagi dilaksanakan. Pada saat itulah Cingpoling merubah diri menjadi kesenian yang dilakukan oleh masyarakat sebagai bagian dari kekayaan seni dan budaya. Kesenian ini kemudian menjadi sajian pada kegiatan-kegiatan seperti : menyambut tamu, pernikahan, khitanan dan lain-lain, hingga saat ini.

Penari Cingpoling saat ini adalah masyarakat yang berkeinginan untuk melestarikan kesenian tersebut. Jumlah penari biasanya terdiri dari 9 (sembilan) orang.Grup Kesenian Cingpoling “Tunggul Wulung” berada di Desa Kesawen Kecamatan Pituruh dengan pimpinan Bapak Simun. Grup ini telah berdiri sejak tahun 1957. Didirikan untuk melestarikan kesenian Cingpoling agar tidak punah. Hingga sekarang grup ini masih eksis walaupun para anggotanya telah berusia lanjut.

Tarian Barong Ketet Asal Bali

Barong Ketet atau dengan istilah lainnya yaitu barong ket dan barong kekek, memakai sebuah topeng (tapel) yang disebut punggalan dengan di bagian kepala diisi gelungan yang disebut sekartaji yang dibuat dari kulit berukir. Di sela-sela dari kulit berukir  ini ditempelkan pecahan kaca serta di dalam tubuhnya ditaruh gongseng. Badannya dihiasi bulu-bulu yang dibuat dari praksok (serat dari sejenis tanaman pandan), di samping itu ada pula memakai ijuk, bulu bangau dan bulu gagak. Apabila barong dimainkan memerlukan dua orang pemain yaitu seorang pada bagian kepala dan seorang lain pada bagian ekor.
Dilihat dari segi bahasa, kata barong ketet terdiri dari kata barong dan ketet. Barong merupakan bentuk kata dasar yang menunjukkan benda, dan ketet berarti berhubungan atau bersambung. Jadi, barong ketet adalah suatu benda yang  terdiri dari dua bagian yaitu bagian kepala dan bagian ekor yang dirangkaikan atau disambung menjadi satu. Dalam acara pertunjukan, barong membawakan peranan kebajikan.

Barong ketet yang sering ditemui di Bali, terutama di Batubulan, Gianyar. Tarian ini sering dipertunjukan dan punya beraneka gerakan tari. Dalam koreografinya, barong ketet adalah kombinasi antara seekor singa, harimau, burung gagak, dan seekor sapi atau boma. Untuk melakukan pertunjukan, Barong biasanya dibawa oleh dua penari yang disebut Juru Saluk/Juru Bopang, satu di kepala dan lainnya di ekor. Tarian barong ketet menggambarkan peperangan antara perbuatan baik (dharma) dan perbuatan buruk (adharma) yang saling bertentangan (rwa bhineda). Biasanya ritual khusus dilakukan sebelum tarian ini dimulai. Tarian barong ketet biasanya diiringi oleh musik dari gamelan Semar Pegulingan.

Sumber: Laporan Penelitian "Barong Ketet di Denjalan Masa Kini" oleh Dewa Putu Muka (1985).

Tari Kancet Lasan Asal Kalimantan Tengah

Tari Kancet Lasan

         Menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tari Kancet Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti Tarian Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulu-bulu burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh tanah/lantai. Tarian ini lebih menekankan pada gerakan burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.

Wednesday, May 6, 2015

Rumah Adat Betang Suku Dayak Asal Kalimantan Tengah

RUMAH BETANG


Rumah betang adalah rumah khas Kalimantan yang terdapat berbagai daerah di Kalimantan dan dihuni oleh masyarakat Dayak terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman suku Dayak.

Ciri-ciri Rumah Betang yaitu yaitu bentuk panggung dan memanjang.Panjangnya bisa mencapai30-150 meter serta lebarnya dapat mencapai sekitar 10-30 meter, memiliki tiang yang tingginya sekitar 3-5 meter.Biasanya Betang dihuni oleh 100-150 jiwa, Betang dapat dikatakan sebagai rumah suku, karena selain di dalamnya terdapat satu keluarga besar yang menjadi penghuninya dan dipimpin pula oleh seorang Pambakas Lewu.Bagian dalam betang terbagi menjadi beberapa ruangan yang bisa dihuni oleh setiap keluarga.
Rumah betang
Makna dan Nilai Rumah Betang adalah Rumah Panjang/Rumah Betang bagi masyarakat Dayak tidak saja sekedar ungkapan legendaris kehidupan nenek moyang, melainkan juga suatu pernyataan secara utuh dan konkret tentang tata pamong desa, organisasi sosial serta sistem kemasyarakatan, sehingga tak pelak menjadi titik sentral kehidupan warganya. Sistem nilai budaya yang dihasilkan dari proses kehidupan rumah panjang, menyangkut soal makna dari hidup manusia; makna dari pekerjaan; karya dan amal perbuatan; persepsi mengenai waktu; hubungan manusia dengan alam sekitar; soal hubungan dengan sesama.Dapat dikatakan bahwa rumah betang memberikan makna tersendiri bagi masyarakat Dayak. Rumah betang adalah pusat kebudayaan mereka karena di sanalah seluruh kegiatan dan segala proses kehidupan berjalan dari waktu ke waktu.

Tari Gelang Dadas dan Gelang Bawo (Iruang Wandrung) Asal Kalimantan Tengah

Tari Gelang Dadas dan Gelang Bawo (Iruang Wandrung)

Tarian ini merupakan rampak selaras dua gerak tari yang disatukan yaitu Wadian Dadas dan Wadian Bawo dan kemudian disebut Tari Iruang Wandrung.

Tarian Dadas dilakukan oleh penari wanita, sedangkan Gelang Bawo ditarikan oleh penari pria. Dengan iringan perpaduan musik tradisonal yang energik tarian ini pada jaman dulu berfungsi sebagai tarian untuk menghantar syukuran kepada Yang Maha Kuasa karena keberhasilan dalam seluruh aspek kehidupan Suku Dayak Kalimantan Tengah.

Tari Jarangkang Bango Asal Kalimantan Tengah

Tari Jarangkang Bango
Tarian ini merupakan tari kreasi baru yang diadaptasi dari tarian Suku Dayak di pedalaman Kalimantan Tengah dengan nama yang sama. Di daerah tersebut, tarian ini biasanya dimainkan oleh anak-anak.

Jarangkong Bango merupakan perangkat tari berupa benda yang dibuat dari batok kelapa yang dibelah dua, kemudian dilubangi untuk mengaitkan tali pegangan. Perangkat ini kemudian digunakan oleh para penari sebagai properti utama dalam tarian ini.

Tarian ini menunjukan sebuah kebersamaan dan kekompakan serta solidaritas anak-anak Suku Dayak Kalimantan Tengah dalam hidup bermasyarakat.

Monday, May 4, 2015

Macam-Macam Tari Asal Surakarta

TARI BEDHAYA ANGLIR MENDHUNG
Menrut kepercayaan versi kraton Surakarta Hadiningrat tari ini merupakan ciptaan Kanjeng Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul ( kanjeng Ratu kencana Sari ) Anggapan ini bersumber dari kraton Surakarta Hadiningrat . tari srimpi sebagai hadiah berdirinya ibukota Mataram setelah peleret pindah.

Jumlah penari bedhaya ini disesuaikan dengan bedhaya Ka-sapta pada zaman hendran. Artinya tujuh penariremaja bibar pinjung ( remaja putrid yang berusia 18 tahun keatas ) . Sejak Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma sampai dengan Paku Buwana III ini tidak pernah dipergelarkan . Pada zaman Susuhunan Paku Buwana IV di Surakarta mulai bedhaya diingatkan adanya daya keramat bedhaya srimpi Anglirmendhung . Maka dalam pementasan Bedhaya Anglir mendhung seluruh sesajidan beberapa pantangan tidak boleh terlupakan . hal ini demi keselamatan Pada Zaman Susuhunan Paku Buwana V pernah mengubah jumlah penaridari tujuh menjadi empat penari putrid remaja ,dengan alasan keselamatan. Itupunhanya terselenggara sekalilengkap dengan segala sesaji Pada masa Paku Buana VI danVII, srimpi tersebut tidak pernah digelarkan.. Baru pada zaman Paku Buwana VIII jumlah penari srimpi tersebut dikembalikan menjadi tujuh remaja putri. Tetapi mulai Pakubuwana IX penari ditetapkan menjadi empat orang dengan catatan : hanya digelarkan pada saat dibutuhkan . menurut osiking sasmita.Bisikan Kalbu, Dengandemikian Srimpi Anglirmendhung bagi kraton Surakarta hanya diselenggarakn sebagaipendorong sugesti Hal-hal yang dapat diketahui dalam tarian ini meliputi :bunyi lkalaimat pada cakepan kalimatyang mengingatkan kepada tata cara dan tujuan mangestiseorang raja . Adapun sesaji dan kukusing ( asap) dupa tidakkah diabaikan sedangkan nama gending sebagai pengiringnya ialah; Gending Srimpi anglirMendung, Kethuk Kalih Kerep, MinggahKetawang Gending Kemanak , Suwuk,BukaSri Narendra, Dhawah Ketawang Lengen –gita,pelog pathet Barang.

TARI BEDHOYO KADUK MANIS ,
jenis tarian klasik Kraton Surakarta ciptaan Sri Susuhunan Paku Buwono IX dengan iringan Gending Kaduk Manis yang dilanjutkan dengan Ketawang Dhendha Gedhe laras polog pathet enem .Syair dalam gending tersebut melambangkan agar orang senantiasa bersikap manis berbudi luhur dan mempunyai tata susila yang tinggi .Jumlah penari sembilan orang gdis .Busana yang digunakan : kain batik ,dodot kembar ,bersanggul ukel ageng bangun tulak dan bercuduk sisir .

TARI JEBENG , BEKSAN
Jenis tarian yang menggabarkan dua satria yang sedang berperang dengan mengunakan keris dan perisai .Tarian ini diciptakan Paku Alam III .Tokoh yang digambarkan dalam tarian ini adalah Adpati Karna melawan Arjuna ,Pakaian yang dipergunakan ialah :kain parang ,bara samir, sabuk, empek timang ,kelat bahu,gelang, sumping, dester, dan celana tari panji.

TARI BANDABAYA,BEKSAN,
beksan khas Pura Pakualaman Yogyakarta, diciptakan oleh Sri 
Pakualam II sekitar tahun 1829-1850 .Hingga kini beksan ini masih dilestarikan bentuk penyajaiannya .Beksan kelengkapan upacara Pura Pakualaman apabila Sri Paduka Pakualam menjamu tamu terhormat . Tema beksan Bandabaya menggambarkan kegagahan dan ketrampilan prajurid Puro Pakualaman. Berlatih perang dengan menunggang kuda, dilengkapi peralatan tari berupa tameng dan pedang panjang . Pementasan Beksan Bandabaya mengunakan dsar gerak tari kalang Kinantang perpaduan gaya surakarta dan yogyakarta . iringan yang dipergunakan beksan tersebut ialah: 1 . pethetan palog barang dilanjutkan bawa swara durma rangsang pelog barang . 2 . landrang bimokurdo pelog barang. 3 . lancaran bindiri pelog dan 4 . petetan pelog barang . Tat arias berpijak pada tokoh pewayangan

TARI ANILA-PRAHASTA
Jenis Tarian klasik kraton yang menggambarkan peperangan Anila Melawan Prahastha. Sumber cerita diambil dari Ramayana Dalam peperangan tersebut Prahasta ( patih alangka) dapat dikalahkan oleh anila( Panglima perang pasukan kara yang membantu Prabu Ramawijaya ) dengan mengunakan senjata berupa batu . Ternya batu tersebut jelmaan Dewi Indradi . Ibu Sugriwa dan subali ( ( dua ekor kera yang membantu Prabu Ramawijaya ) yang mendapat kutukan dari suaminya Dengan dipulnya senjata batu itu ,maka menjelmalah Dewi Indradi kembali .Anila yang dilukiskan sebagai kera berwarna biru. Mengunakan baju dan celana baru jamang, kelat bahu, sumping , Kliting, cangkeman wanara, binggel, sabuk ,epek timang, dan sampur. Prahastha mengenakan Jamang ,praba gimbalan ,cangkeman raksasa, sumping, kelat bahu, sabuk , empek, timang, sampur, dan celana cindhe . Tarian diiringi dengan gamelan Jawa lengkap dengan gending Ladrang Moncer,Srepengan dan Sampak laras Sredo

TARI DURADASIH, BEDHAYA,
Jenis tarian bedhaya ciptaan Paku Buwana IV sewaktu masih menjadi Pangeran Adipati Anom. Pemberian Nama duradasih menjadi saksi perkawainanya dengan gadis madura

TARI ENDHOL ENDHOL ,BEDHAYA
Jenis tarian bedoyo ciptaan Sri Sultan Paku Buwana X kusus untuk purti-putri beliau yang masih kanak –kanak . Tarian tersebut ditampilakan untuk menyambut tamu-tamu surakarta. Pakaian yang dikenakan dalam tarian ini : kain mekak sampur jamang , sumping, kelat bahu , dan beberapa perhiasan tarian ini diiringi oleh gending endhol-endhol

Kesenian Daerah dari Lampung Timur adalah Tari Melinting

Seni Tari Melinting merupakan tarian tradisional dari peninggalan Ratu Melinting yang berada di Labuhan Meringgai Lampung Timur. Tari Melinting sudah mengalami perjalanan sejarah yang cukup lama, yaitu sejak masuknnya islam ke Indonesia. Sebagai sebuah kesenian daerah, Tari Melinting memiliki corak dan ragam berbagai variasi yang merupakan kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya. Oleh karenanya kesenian ini perlu mendapatkan perhatian secara terus-menerus, teratur, dan terarah sesuai dengan perkembangan sehingga dapat memperkaya kebuyaan indonesia.

Tari Melinting adalah Tari Tradisional dari kerabat suku Lampung yang beradat Melinting diciptakan Ratu Melinting II pada abad XVI yang bergelar Pangeran Penembahan Mas. Pada abad ke-16 yaitu pada silsilah ke-2 keratuan Melinting Pangeran Penembahan Mas, pengaruh isalm mulai mendominasi tata cara Tari Melinting. Sejak disempurnakan tahun 1958, Tari Melinting dinamakan Tari Melinting Gaya Baru perkembangan yang terjadi sekarang merupakan perubahan yang agak jauh dari bentuk aslinya, baik gerak, busana, maupun aksesorisnya. Tari Melinting merupakan salah satu kesenian tari yang menggambarkan Keperkasaan dan Keagungan Keratuan Melinting. Tari Melinting merupakan Tari Adat Tradisional Keagungan Keratuan Melinting yang diciptakan oleh Ratu Melinting ini merupakan tari tradisional lepas untuk hiburan lepas untuk hiburan pelengkap pada acara Gawi Adat. Tari Melinting sebelum mengalami perkembangan penyempurnaan(tahun 1958), adalah mutlak sebagai tarian keluarga Ratu Melinting yang pementasanya hanya pada saat Gawi Adat/Keagungan Keratuan Melinting saja. Penarinya hanya sebatas putera dan puteri Ratu Melinting dan di pentaskan di Sesat/Balai Adat. Seiring dengan perkembangan zaman Tari Melinting mengalami pergeseran fungsi, yaitu merupakan tarian hiburan lepas sebagai tari penyambutan tamu Agung yang datang ke daerah Lampung. Selain itu fungsi fungsi Tari Melinting adalah sebagai pergaulan yang merupakan ungkapan rasa kegembiraan pasangan muda-mudi, penampilanya di dominasi oleh gerak yang dinamis dari penari pria, sedangkan penari wanitanya lebih halus sesuai dengan sifat kewanitaanya.

Awal keberadaanya Tari Melinting merupakan tari yang di pentaskan di lingkungan keluarga pada acara Upacara (Gawi Adat). Dalam perkembangannya tari ini dipentaskan di lapangan terbuka dan di pentaskan untuk umum. Selain itu Tari Melinting banyak mendapat kesempatan untuk dipentaskan dalam upacara-upacara penting di Indonesia.

SEJARAH
Suatu ketika, Sang Ratu telah menciptakan satu tarian yang sangat indah dan sakral. Tarian itu hanya bisa dimainkan di lingkungan istana, dan bukan karya biasa. Namanya kemudian dikenal sebagai tari melinting. Tari ini sudah mengalami perjalanan sejarah yang cukup lama, yakni sejak masuknya agama Islam ke Indonesia. Tapi dalam perkembangannnya sekarang, tari melinting belum banyak dikenal oleh masyarakat, baik di daerah Lampung sendiri maupun masyarakat nusantara.

Sejarah tari melinting berawal pada abad ke-16, yaitu pada masa silsilah kedua Keratuan Melinting Pangeran Panembahan Mas. Pada masa itu pengaruh Islam mulai mendominasi tata cara tarian, termasuk mempengaruhi tari melinting. Tarian ini terdapat di daerah Kecamatan Labuhan Maringgai, Desa Meringgai dan Wana, yang masuk wilayah Kabupaten Lampung Timur. Daerah ini tidak jauh dari pesisir lepas pantai yang berbatasan dengan Laut Jawa

Tari melinting adalah salah satu kesenian tradisional yang hidup di desa warna lampung .di lihat dari sejarah nya tari melinting merupakan tarian tradisional keagungan keratuan melinting yang di ciptakan oleh ratu melinting yaitu pangeran panembahan emas ,yang di pentaskan pada saat acara gawi adat(betawi).tari melinting tari tradisional lepas untuk hiburan pelengkap.

Tari melinting dahulu merupakan tarian keluarga ratu melinting dan hanya di pentaskan oleh keluarga ratu saja di tempat tertutup,tidak boleh di peragakan oleh sembarang orang,pementasannya pun hanya pada saat gawi adat keagungan keratuan melinting saja,dan personil nya pun hanya sebatas putra outri ratu melinting.

Ragam Gerak Tari Srimpi Pandelori dan Sinopsisnya

Tari Srimpi Pandelori adalah tari kelompok yang ditarikan oleh 4 orang penari putri. Tari ini menceritakan kisah dari negeri Arab, yang mengisahkan tentang pertempuran antara Dewi Sudarawerti dan Dewi Sirtupilaeli, yang keduanya memperebutkan seorang pangeran dari Arab, yaitu Wong Agung Jayengrana. Keduanya ingin diperistri oleh Wong Agung Jayengrana. Dalam pertempuran itu tidak ada yang kalah maupun menang, sehingga kedua putri tersebut akhirnya bersaudara dan menjadi istri Wong Agung Jayengrana.



RAGAM GERAK  TARI   SRIMPI  PANDELORI
No.
Ragam  gerak
1.
Sembahan sila, seleh, ndhodhok. Berdiri, panggel, nggrudha(1x), mayuk jinjit. Nggrudha (3x) seblak noleh.
2.
Sendhi gedrug kiri ajeng-ajengan.
3.
Lampah sekar tawing kanan, tawing kiri, kengser, tekuk tangan kiri encot, gedrug kanan, pendhapan cangkol udhet (kiri).
4.
seleh kanan, sendhi minger adu kanan, cathok kanan-kipat. Pudhak mekar (seduwa kiri, kanan methentheng), mancat kananencot 2x, sendhi ngracik adhep-dhepan, gedrug kanan maju, gedrug kiri seleh.
5
tinting kanan (diagonal) encot, tinting kiri (tukar tempat),nglereg cathok kanan, kipat.
6.
Mandhe udhet
7.
Trisik (kembali tempat hadap belakang), maju kanan kipatkanan.
8.
Ulap-ulap encot lamba, mancad kiri, sendhi minger.
9.
Ngenceng encot 1x, sendhi maju kiri, minger, mayuk jinjit(berhadapan). Gedrug kanan nglereg, gedrug kiri ambil keris, gedrug kanan
10.
pendhapan minger kanan seleh tangan kanan, usap suryan dg. keris, mancad kiri
11.
trisik puletan, kembali tempat (berdekatan), nyuduk, encot-encot, nyuduk.
12
Pendhapan puletan, pindah tempat
13.
Nyuduk, kengser ndhesek, 1-2 kanan ke, 3-4 ke kiri
14.
2 dan 3 nyuduk, 1 dan 4 endha, 2 mengejar1, 3 mengejar 4, trisik puletan, kembali tempat berdekatan, nyuduk, mundur bersama.
15.
maju kiri seleh kiri, gedrug kanan mancad kanan encot-encot,ingsut, encot-encot mancad gedrug kanan nglereg kanan,gedrug kiri nyarungken keris.
16.
Nyamber puletan, kicat boyong, nggrudha jengkeng 1x, sendhi nglayang, nyembah, sila panggung. Sembahan ndhodhok,berdiri, kapang-kapang masuk, selesai



Adalah tari kelompok yg ditarikan oleh 4 orang penari putrid. Tari inimenceritakan kisah dari negeri arab, yang mengisahkan tentang pertempuran antara dewi sudarawerti dan dewi sirtupilaeli, yang keduanya memperebutkan seorang pangeran dari arab yaitu wong agung jayengrana. Keduanya ingin diperistri oleh wong agung jayengrana. Dalam pertempuran itu tidak ada yang kalah maupun menang, sehingga kedua putri tersebut akhirnya bersaudara dan menjadi istri wong agung jayengrana.


Beksan Srimpi Pandenori menceritakan peperangan Sang Dyah Sirtupelaheli putri dari Sri Karsinah yang sedang naik Burung Garuda melayang diangkasa mencari keberadaan suaminya Sang Ambyah yang dipenjara oleh Prabu Kanyun di Parangakik. Dikerajaan Parangakik, adik dari Raja Parangakik bernama Kusuma Sudarawerti, ingin menolong mengeluarkan Sang Ambyah dari penjara walaupun ditentang kakaknya. Namun ia berusaha sekuat tenaga karena dalam mimpi, Sudarawerti merasa ada wangsit bahwa Sang Ambyah akan menjadi suaminya. Selanjutnya memang terjadi pernikahan itu setelah Sang Ambyah dikeluarkan dari penjara. Dan ketika sang Dyah Sirtupelahi bertemu dengan Kusuma Sudarawerti terjadilah peperangan itu. Karena semua tidak ada yang terkalahkan, akhirnya semua mengakui dan menyetujui untuk berdamaidan menerima Sang Ambyah menjadi suaminya bersama. Tari ini berkembang di Puro Mangkunegaran pada Pemerintahan Sri Paduka Mangkunegoro V. Sajian ini ditarikan oleh 4 penari putri dari Langenpraja Pura Mangkunegaran.



Cerita Tari Serimpi
Suatu jenis tari klasik dari daerah Yogyakarta yang selalu dibawakan oleh 4 penari, karena kata srimpi adalah sinonim bilangan 4. Hanya pada Srimpi Renggowati penarinya ada 5 orang. Menurut Dr. Priyono nama serimpi dikaitkan ke akar kata “impi” atau mimpi. Menyaksikan tarian lemah gemulai sepanjang 3/4 hingga 1 jam itu sepertinya orang dibawa ke alam lain, alam mimpi.
Menurut Kanjeng Brongtodiningrat, komposisi penari Serimpi melambangkan empat mata angin atau empat unsur dari dunia yaitu :
1. Grama ( api)
2. Angin ( Udara)
3. Toya (air)
4. Bumi ( Tanah)
Sebagai tari klasik istana di samping bedhaya, serimpi hidup di lingkungan istana Yogyakarta. Serimpi merupakan seni yang adhiluhung serta dianggap pusaka Kraton. Tema yang ditampilkan pada tari Serimpi sebenarnya sama dengan tema pada tari Bedhaya Sanga, yaitu menggambarkan pertikaian antara dua hal yang bertentangan antara baik dengan  buruk, antara benar dan salah antara akal manusia dan nafsu manusia.


Tarian Srimpi

Tarian yang diperagakan 4 putri ini masing-masing mendapat sebutan : air, api, angin dan bumi/tanah, yang selain melambangkan terjadinya manusia juga melambangkan empat penjuru mata angin. Sedang nama peranannya Batak, Gulu, Dhada dan Buncit. Komposisinya segi empat yang melambangkan tiang Pendopo. Suatu jenis tari klasik Keraton yang selalu ditarikan oleh 4 penari, karena kata srimpi adalah sinonim bilangan 4. Menurut Dr. Priyono nama srimpi dikaitkan keakar kata “impi” atau mimpi. Menyaksikan tarian lemah gemulai sepanjang ¾ hingga 1 jam itu sepertinya orang dibawa ke alam lain, alam mimpi.

Konon, kemunculan Srimpi berawal dari masa kejayaan Kerajaan Mataram saat Sultan Agung memerintah antara 1613-1646. Tarian ini dianggap sakral karena hanya dipentaskan dalam lingkungan keraton untuk ritual kenegaraan sampai peringatan naik takhta sultan.

Pada 1775 Kerajaan Mataram pecah menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan Surakarta. Perpecahan ini juga berimbas pada tarian Srimpi walaupun inti dari tarian masih sama. Tarian Srimpi di Kesultanan Yogyakarta digolongkan menjadi srimpi babul layar, srimpi dhempel, srimpi genjung. Sedangkan di Kesultanan Surakarta digolongkan menjadi srimpi anglir mendung dan srimpi bondan. Walaupun sudah tercipta sejak lama, tarian ini baru dikenal khalayak banyak sejak 1970-an. Karena sebelumnya terkekang oleh tembok keraton.

Menurut Kanjeng Brongtodiningrat, komposisi penari Srimpi melambangkan empat mata angin atau empat unsur dari dunia, yaitu : (1) Grama (api), (2) Angin (udara), (3) Toya (air), (4) Bumi (tanah). Sebagai tari klasik istana di samping bedhaya, serimpi hidup di lingkungan istana Yogyakarta. Serimpi merupakan seni yang adhiluhung serta dianggap pusaka Kraton. Tema yang ditampilkan pada tari Srimpi sebenarnya sama dengan tema pada tari Bedhaya Sanga, yaitu menggambarkan pertikaian antara dua hal yang bertentangan antara baik dan buruk, antara benar dan salah, antara akal manusia dan nafsu manusia.

Tema perang dalam Srimpi, menurut RM Wisnu Wardhana, merupakan falsafah hidup ketimuran. Peperangan dalam serimpi merupakan simbolik pertarungan yang tak kunjung habis antara kebaikan dan kejahatan. Beksan serimpi dalam mengekspresikan gerakan tari perang lebih terlihat jelas karena dilakukan dengan gerakan yang sama dari dua pasang prajurit melawan prajurit yang lain dengan dibantu properti tari berupa senjata. Senjata atau properti tari dalam tari putri antara lain berupa : keris kecil atau cundrik, jebeng, tombak pendek, jemparing dan pistol.

Pakaian tari Srimpi mengalami perkembangan. Jika semula seperti pakaian temanten putri Kraton gaya Yogyakarta, dengan dodotan dan gelung bokornya sebagai motif hiasan kepala, maka kemudian beralih ke “kain seredan”, berbaju tanpa lengan, dengan hiasan kepala khusus yng berjumbai bulu burung kasuari, gelung berhiaskan bunga ceplok dan jebehan. Karakteristik pada penari serimpi dikenakannya keris yang diselipkan di depan silang ke kiri. Pengenaan keris pada serimpi adalah karena dipergunakan pada adegan perang, yang merupkan motif karekteristik Srimpi. Disamping keris digunakan pula “jembeng” ialah sebangsa perisak. Bahkan pada zaman Sri Sultan Hamengku Buwana VII dijumpai pula serimpi dengan alat perang pistol yang ditembakkan kearah bawah, pada akhir abad ke-19. Pola iringan srimpi adalah gendhing “sabrangan” untuk perjalanan keluar dan masuknya penari dibarengi bunyi musik tiup dan genderang dengan pukulan irama khusus. Pada bagian tarinya mempergunakan gendhing-gendhing tengahan atau gendhing ageng yang berkelanjutan irama ketuk 4, kemudian masuk ke gendhing ladrang kemudian ayak-ayak beserta srebegannya khusus untuk iringan perang.

Tari Hudog Asal Suku Dayak Asli Kalimantan

Suku Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang tinggal di pedalaman, di gunung, dan sebagainya. Kata Dayak itu sendiri sebenarnya diberikan oleh orang-orang Melayu yang datang ke Kalimantan. Orang-orang Dayak sendiri sebenarnya keberatan memakai nama Dayak, sebab lebih diartikan agak negatif. Padahal, semboyan orang Dayak adalah “Menteng Ueh Mamut”, yang berarti seseorang yang memiliki kekuatan gagah berani, serta tidak kenal menyerah atau pantang mundur.

Tari Hudoq adalah bagian ritual suku Dayak Bahau dan Dayak Modang, yang biasa dilakukan setiap selesai manugal atau menanam padi, pada bulan September – Oktober. Semua gerakannya, konon dipercaya turun dari kahyangan.Berdasarkan kepercayaan suku Dayak Bahau dan Dayak Modang, Tari Hudoq ini digelar untuk mengenang jasa para leluhur mereka yang berada di alam nirwana. Mereka meyakini di saat musim tanam tiba roh-roh nenek moyang akan selalu berada di sekeliling mereka untuk membimbing dan mengawasi anak cucunya. Leluhur mereka ini berasal dari Asung Luhung atau Ibu Besar yang diturunkan dari langit di kawasan hulu Sungai Mahakam Apo Kayan. Asung Luhung memiliki kemampuan setingkat dewa yang bisa memanggil roh baik maupun roh jahat.

Oleh Asung Luhung, roh-roh yang dijuluki Jeliwan Tok Hudoq itu ditugaskan untuk menemui manusia. Namun karena wujudnya yang menyeramkan mereka diperintahkan untuk mengenakan baju samaran manusia setengah burung. Para Hudoq itu datang membawa kabar kebaikan. Mereka berdialog dengan manusia sambil memberikan berbagai macam benih dan tanaman obat-obatan sesuai pesan yang diberikan oleh Asung Luhung. Dari kisah itulah, nama Hudoq melekat di masyarakat Dayak Bahau dan Modang.Tarian ini dilakukan erat hubungannya dengan upacara keagamaan, dengan maksud untuk memperoleh kekuatan mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak.Para penari Hudoq ini biasanya berjumlah 13 orang yang melambangkan 13 dewa pelindung dewa Hunyang Tenangan, dewa yang memelihara tanaman padi.

Di sela-sela kerimbunan semak belukar dan pepohonan mereka mulai mengenakan kostum yang terbuat dari daun pisang hingga menutupi mata kaki dan topeng kayu yang menyerupai binatang buas. Daun pisang adalah lambang kesejukan dan kesejahteraan. Sementara itu, warna pada Topeng Hudoq, biasanya didominasi oleh warna merah dan kuning, yang dipercaya sebagai warna kesukaan para dewa. Topeng warna merah ini merupakan gambaran perwujudan dewa Hunyang Tenangan.Sebelum tarian Hudoq dimulai, terlebih dahulu digelar ritual Napoq. Napoq adalah prosesi sakral yang wajib dilakukan setiap kali hendak menyelenggarakan Hudoq. Ritual ini dipimpin oleh seorang Dayung yakni orang yang memiliki kemampuan supranatural untuk berkomunikasi langsung dengan para Hudoq.Dengan didampingi dua asistennya, Dayung berkeliling kampung sambil membunyikan mebang atau gong kecil. Yang berfungsi sebagai alat komunikasi penyapaan kepada para roh-roh penjaga desa, bahwa Napoq sedang dilakukan. Selanjutnya, Dayung akan memanggil dan meminta kepada penguasa alam semesta yang memiliki empat sapaan yakni Tasao, Tuhan Pencipta; Tanyie', Tuhan Penjaga; Tawe'a, Tuhan Penuntun dan Tagean, Tuhan Yang Berkuasa; agar penyelenggaraan hudoq dapat berjalan aman dan lancar.Kemudian, para Hudoq dijamu makan siang oleh sang Dayung, dengan cara menyuapi para penari yang telah dirasuki titisan dewa yang mengenakan topeng Hudoq. Setelah makan siang, Dayung pun melakukan komunikasi dengan para Hudoq, yang disebut dengan Tengaran Hudoq. Komunikasi ini, menggunakan bahasa Dayak yang santun dan halus, yang hanya bisa diterjemahkan oleh sang Dayung.Dari komunikasi ini, biasanya diketahui kelanjutan hasil bercocok tanam, apakah panennya berhasil atau tidak. Dayung pun meminta, agar para Hudoq melindungi tanaman mereka dari serangan hama.Kemudian, ritual dilanjutkan dengan kegiatan ugaaitan atau menarik nyawa padi. Dalam ritual ini, para Hudoq berbaris sejajar, yang urutannya disesuaikan dengan kelas sosial para dewa. Para dewa dengan kelas sosial tertinggi berada di barisan terdepan. Sambil membaca mantera, para Hudog menarik nyawa padi sebanyak tujuh kali.Tari Hudoq biasanya digelar di tengah lapangan atau sawah yang akan ditanami. Dengan ritme cukup tinggi, para penari Hudoq melakukan gerakan Nyidok atau Nyebit yaitu gerakan maju sambil menghentak kaki. Disusul dengan gerakan Ngedok atau Nyigung yaitu menghentak¬kan kaki dengan tumit diiringi gerakan tangan yang mengibas-ngibas layaknya gerakan sayap seekor burung yang sedang terbang. Gerakan ini bermakna untuk mengusir hama penyakit agar tidak menyerang tanaman padi.Secara umum, gerakan tarian ini mengandung makna memutar ke kiri untuk membuang sial dan memutar ke kanan untuk mengambil kebaikan.

Tari hudog ini dilakukan dengan menggunakan topeng kayu yang menyerupai binatang buas serta menggunakan daun pisang atau daun kelapa sebagai penutup tubuh penari. Tarian ini erat hubungannya dengan upacara keagamaan dari kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari Hudoq dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak.

Asal Usul Tari Wadian Amun Rahu Asal Kalimantan Tengah

Tarian ini pada mulanya adalah sebuah tarian tradisional suku Dayak Kalimantan Tengah yang bersifat sakral, magis, dan religius. Tari yang biasa dimainkan oleh kaum perempuan ini pada masa lampau dimaknai sebagai prosesi adat untuk menghantarkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

Wadian memiliki arti yaitu basir, pemimpin ritual keagamaan, dukun dan tabib. Wadian juga berarti proses pekerjaan ritual, tarian magis yang bertujuan untuk pengobatan.

Tari ini hanya ada dan tumbuh di daerah aliran Sungai Barito. Ciri khas penarinya adalah memakai gelang besar pada tangan mereka. Selama tarian berlangsung, tak ayal gelang-gelang itu senantiasa beradu memgeluarkan bunyi-bunyian yang sangat meriah.

Tarian ini tergolong tarian primitif yang berkembang didaerah kalimantan tengah.

Asal Mula Tari Srikandi Mustakaweni

Srikandhi Mustakaweni 
rebutan jimat kalimasada
Adalah tarian yang menggambarkan perang antara 2 orang wanita yang bernama Dewi Srikandhi dan Dewi Mustakaweni, tarian ini bertema heroik (kepahlawanan) dilakukan berpasangan wanita. Masing-masing memiliki karakter yang hampir sama yaitu sama-sama memiliki watak Putri Lanyap (bersifat tegas,tetapi kemayu) tokoh Srikandhi Mustakaweni ini adalah ceriwis dan memiliki suara agak cempreng. 

Dewi Srikandhi adalah tokoh wanita dari keluarga Pandawa. Ia merupakan salah satu istri dari Raden Arjuna.

Dewi Mustakaweni adalah anak dari Prabu Newatakawaca Musatakaweni memiliki kesaktian karena sakti maka ia dapat mengubah dirinya menjadi apa saja dan siapa saja yang dia mau. Pada saat akan mengambil Jimat Kalimasada ia mengubah dirinya menjadi Raden Gathutkaca, dan pada saat mencuri Dewi Srikandhi mengetahui pebuatan Dewi Mustakaweni karena pada saat itu Dewi Srikandi mendapat mandat untuk menjaga jimat Kalimasada, maka srikandi langsung mengejar Mustakaweni maka terjadilah perang antar keduanya. Pada saat perang Dewi Srikandi kalah oleh Dewi Mustakaweni. Lalu Dewi Mustakaweni berhasil dikalahkan oleh Bambang Priyambada dan menjadi istrinya.

Tata rias dan busana yang digunakan tarian ini adalah tata RIAS BAKU yaitu rias yang tidak mengubah bentuk dan kostum yang digunakan oleh penari atau tidak boleh dikreasi.

Busana (kostum)  Srikandi terdiri dari :
1. irah-irahan lanyap (yang dipakai di kepala).
2. sumping (yang dipakai di telinga).
3. klat bahu (yang dipakai di lengan kanan kiri).
4. mekak  dan srempang warna merah (ciri khas Srikandi).
5. sampur warna biru.
6. slepe + thothokan (semacam iket pinggang)  warna senada dengan mekaknya.
7. jarik samparan motif parang.
8. endhong, nyenyep & gendewa (anak panah panah berikut tempatnya & busurnya).
9. perhiasan terdiri dari : giwang, kalung dan gelang

Sedangkan kostum Mustokoweni terdiri dari :
1. irah- irahan lanyap.
2. sumping.
3. klat bahu.
4. mekak, celana panjen dan srempang warna hijau.
5. plim (rambut palsu).
6. sampur warna orange.
7. slepe + thothokan warna hijau.
8. cundrik (senjata perempuan semacam keris yang dipakai di depan).
9. perhiasan terdiri dari : giwang, kalung  dan gelang.
10. jarik parang
Tarian Indonesia 
Mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya Indonesia. Terdapat lebih dari 700 suku bangsa di Indonesia, dipengaruhi oleh berbagai budaya dari negeri tetangga di Asia bahkan pengaruh barat yang diserap melalui kolonialisasi. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki berbagai tarian khasnya sendiri. Di Indonesia terdapat lebih dari 3000 tarian asli Indonesia. Tradisi kuno tarian dan drama dilestarikan di berbagai sanggar dan sekolah seni tari yang dilindungi oleh pihak keraton atau akademi seni yang dijalankan pemerintah.

Untuk keperluan penggolongan, seni tari di Indonesia dapat digolongkan ke dalam berbagai kategori. Dalam kategori sejarah, seni tari Indonesia dapat dibagi ke dalam tiga era: era kesukuan prasejarah, era Hindu-Buddha, dan era Islam. Berdasarkan pelindung dan pendukungnya, dapat terbagi dalam dua kelompok, tari keraton (tari istana) yang didukung kaum bangsawan, dan tari rakyat yang tumbuh dari rakyat kebanyakan. Berdasarkan tradisinya, tarian Indonesia dibagi dalam dua kelompok; tari tradisional dan tari kontemporer.

I. TARI ZAMAN PRASEJARAH.    Tari primitif merupakan tari yang berkembang di daerah yang menganut kepercayaan animisme, dan dinamisme. Tari ini lebih menekankan tari yang memuja roh para leluhur dan estetika seni. Tari primitif biasanya merupakan wujud kehendak berupa pernyataan maksud dilaksanakan dan permohonan tarian tersebut dilaksanakan. Ciri tari pada zaman primitif adalah kesederhanaan kostum, gerak dan iringan menjadi lebih dominan bertujuan untuk kehendak tertentu sehungga ungkapan ekspresi yang dilakukan berhubungan dengan permintaan yang diinginkan. ciri – ciri tari primitif antara lain :
1. gerak dan iringan sangat sederhana berupa hentakan kaki, tepukan tangan / simbol suara / gerak – gerak saja yang dilakukan
2. gerakan dilakukan untuk tujuan tertentu misalnya menirukan gerak binatang karena berburu, proses inisiasi, kelahiran, perkawinan, panen.
3. instrumen sangat sederhana terdiri dari tifa, kendang, / intrumen yang hanya dipukul secara tetap bahkan tanpa memperhatikan dinamika
4. tata rias sederhana bahkan bisa berakulturasi dengan alam sekitar.
5. tari bersifat sakral karena untuk upacara keagamaan.
6. tarian primitif tumbuh dan berkembang pada masyarakat sejak zaman prasejarah yaitu zaman sebelum munculnya kerajaan sehingga belum mempunyai pemimpin secara formal. Kehidupan masyarakat masih bergerombol, berpindah – pindah dan bercocok tanam.
7. tarian primitif dasar geraknya adalah maksud dan kehendak hati dan pernyataan kolektif. 
8. atribut pakaian menggunakan bulu – buluan dan daun – daunan
9. formasi pada tarian primitif biasanya berbentuk lingkaran karena menggambar kekuatan.
10. tarian ini berkembang pada masyarakat yang menganutpola tradisi primitif / purba dimana berhubungan dengan pemujaan nenk moyang dan penyembahan leluhur. 


Contoh-contoh tari primitif :   
 Tari perang Papua dari Kabupaten Kepulauan Yapen. Tari Kabasaran, Minahasa Sulawesi Utara.
II. TARI ZAMAN HINDU-BUDHA 
Pada zaman Indonesia hindu, seni tari mulai digarap dan banyak dipengaruhi oleh kebudayaan dari India. Beberapa jenis tari pada zaman Indonesia hindu seperi tari-tarian adat dan keagamaan berhasil disempurnakan menjadi tarian klasik yang beratistik tinggi. 

Meski terpengaruh oleh kebudayaan hindu-budha dari india , tarian indonesia pada zaman ini tetap memiliki ciri khasnya dan mempertahankan koreografi tradisionalnya, yaitu banyakanya gerakan gemulai lengan yang mendominasi dalam tarian. contoh tari bercorak hindu budha adalah Ramayana dan Mahabarata.

III. TARI BERCORAK ISLAM 


        Sebagai agama yang datang kemudiam, Agama Islam mulai masuk ke kepulauan Nusantara ketika tarian asli dan tarian dharma masih populer. Seniman dan penari masih menggunakan gaya dari era sebelumnya, menganti kisah cerita yang lebih berpenafsiran Islam dan busana yang lebih tertutup sesuai ajaran Islam. Pergantian ini sangat jelas dalam Tari Persembahan dari Jambi. Penari masih dihiasi perhiasan emas yang rumit dan raya seperti pada masa Hindu-Buddha, tetapi pakaiannya lebih tertutup sesuai etika kesopanan berbusana dalam ajaran Islam.
CONTOH : Tari Saman , Aceh
◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Total Pageviews

Copyright 2013 Macam-Macam Tarian di Indonesia: May 2015 Template by Hand's. Powered by Blogger