Tari Bosara, merupakan tarian untuk menyambut para tamu terhormat. Gerakan-gerakan badannya sangat luwes. Dahulu sering ditarikan pada setiap acara penting untuk menjamu raja dengan suguhan kue kue sebanyak dua kasera.Juga ditarikan saat menyambut tamu agung, pesta adat dan pesta perkawinan.Tarian ini mengambarkan bahwa orang Bugis jika kedatangan tamu senantiasa menghidangkan bosara, sebagai tanda kesyukuran dan kehormatan.
Menyebut bosara sebenarnya meliputi satu kesatuan utuh yang terdiri dari piring, yang di atasnya diberi alas kain rajutan dari wol, lalu diletakkan piring di atasnya sebagai tempat kue dan tutup bosara. Adapun kue-kue yang biasanya disajikan dengan menggunakan bosara adalah kue-kue tradisional, baik kue basah maupun kue kering. Kue basah misalnya cucur, bolu peca’, brongko, biji nangka, kue lapis, kue sala’ dan sebagainya, yang umumnya terbuat dari tepung beras. Sedangkan kue-kue tradisional yang kering di antaranya baruasa, cucur ma’dingki’, bannang-bannang, umba-umba, kue se’ro-se’ro, oko’roko unti dan berbagai jenis putu seperti putu cangkiri, putu labu, dan putu mayang. Kue-kue tersebut umumnya disajikan pada acara-acara adat ataupun pesta pengantin yang masih menggunakan adat tradisional. Karena itu, tidak mengherankan, setiap pesta pernikahan adat Bugis-Makassar sangat lekat dengan bosara, bahkan ini mentradisi hingga sekarang. Seiring dengan perkembangan zaman, warna tutup bosara kini lebih bervarias, tidak hanya warna mencolok tapi juga warna emas, perak, atau pastel. Kendati demikian, fungsi bosara dinilai tetap sakral, walaupun warnanya telah dimodifikasi sesuai dengan keinginan pembuat atau pemesannya.
0 comments:
Post a Comment