“Torompio” adalah ungkapan dalam bahasa Pamona, Sulawesi Tengah. Ungkapan ini terdiri atas dua kata, yakni “toro” yang berarti “berputar” dan “pio” yang berarti “angin”. Jadi, “torompio” berarti “angin berputar”. Makna yang terkandung dalam ungkapan tersebut adalah “gelora cinta kasih” yang dilambangkan oleh tarian yang dinamis dengan gerakan berputar-putar bagaikan insan yang sedang dilanda cinta kasih, sehingga tarian ini disebut torompio. Pengertian gelora cinta kasih sebenarnya bukan hanya untuk sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta, melainkan juga untuk semua kehidupan, seperti: cinta tanah air, cinta sesama umat, cinta kepada tamu-tamu (menghargai tamu-tamu) dan lain sebagainya. Namun, yang lebih menonjol ialah cinta kasih antarsesama remaja atau muda-mudi, sehingga tarian ini lebih dikenal sebagai tarian muda-mudi. Torompio dalam penampilannya sangat ditentukan oleh syair lagu pengiring yang dinyanyikan oleh penari dan pengiring,tari.
UNSUR-UNSUR ESTETIS
Tarian ini dahulu ditarikan secara spontan oleh para remaja dengan jumlah yang tidak terbatas dan dipergelarkan di tempat terbuka, seperti halaman rumah atau tempat tertentu yang agak luas dan membentuk,lingkaran.
Peralatan musik yang digunakan untuk mengiringi tari torompio diantaranya adalah:
(1) ganda (gendang);
(2) nonggi (gong);
(3) karatu (gendang duduk); dan gitar.
Sedangkan, busana yang dikenakan oleh penari perempuan adalah:
(1) lemba (blus berlengan pendek yang berhiaskan manik-manik);
(2) topi mombulu (rok bersusun);
(3) tali bonto (ikat kepala yang terbuat dai teras bambu dibungkus dengan kain merah sebesar 2 sampai 3 jari dan dihias dengan manik-manik; dan
(4) kalung yang terbuat dari sejenis tumbuhan siropu atau dari batu.
Sedangkan busana dan perlengkapan pada penari laki-laki adalah:
(1) baju banjara (baju seperti teluk belanga yang diberi hiasan dari manik-manik);
(2) salana (celana panjang yang berhias manik-manik);
(3) siga atau destar; dan (4) salempa (kain untuk selempang).
0 comments:
Post a Comment