Posted by Blogger Name. Category:
Asal Usul Tari Tradisional di Indonesia
Asal Usul Tari Tradisional
1. Asal Usul
Tari Serampang Dua Belas
Tari Serampang Duabelas merupakan
kesenian tari tradisional yang berasal dari Melayu. Waktu itu berkembang di
bawah Kesultanan Serdang. Tarian Serampang Dua Belas diciptakan oleh Sauti
pada tahun 1940-an dan digubah ulang oleh penciptanya antara tahun 1950-1960. Sebelum
bernama Serampang Duabelas, tarian ini bernama Tari Pulau Sari, sesuai dengan
judul lagu yang mengiringi tarian ini, yaitu lagu Pulau Sari.
2. Asal Usul Tari Barong
Tari barong adalah salah satu dari tari Bali yang
merupakan peningalan kebudayaan pra Hindu selain tari Sangyang adalah tari
Barong. Asal usul Kata barong berasal dari kata bahruang yang berarti binatang
beruang, merupakan seekor binatang mythology yang mempunyai kekuatan gaib,
dianggap sebagai binatang pelindung.
Dengan adanya perkembangan jaman, tarian barong di Bali tidak hanya diwujudkan dalam binatang berkaki empat akan tetapi ada pula yang berkaki dua.
Dengan adanya perkembangan jaman, tarian barong di Bali tidak hanya diwujudkan dalam binatang berkaki empat akan tetapi ada pula yang berkaki dua.
3. Asal Usul Tari Gamyong
Tari
Gambyong merupakan kesenian tari yang berasal dari daerah Surakarta Jawa
Tengah. Asal mula tari Gambyong ini berdasarkan nama seorang penari
jalanan (dalam bahasa jawanya penari jalanan disebut tledek, kadang terdengar
kledek). Nama seorang penari ini adalah Gambyong. Ia hidup pada zaman Sinuhun
Paku BUwono ke IV di Surakarta Sekitar tahun 1788 – 1820. Gambyong ini dikenal
sebagai seorang penari yang cantik dan bisa menampilkan tarian yang cukup
indah. Gambyong pun terkenal di seluruh wilayah Surakarta kemudian terciptalah
Tari Gambyong. Jadi Asal usul tari gambyong ini diambil dari
Nama seorang Penari Wanita.
4. Asal Usul Tari Merak
Tari Merak merupakan seni tarian tradisional yang
berasal dari daerah Jawa Barat. Tarian merak mengkisahkan tentang burung merak
yang menampilkan keindahan bulu ekornya yang panjang dan berwarna-warni untuk
mencuri perhatian sang betina.
Asal usul tari merak dibuat karena adanya ketertarikan Raden Tjetje
Somantri kepada hewan merak yang indah.
Tari merak mempunyai ciri khas pada Kostumnya yang berwarna warni sangat
mencerminkan ciri khas burung merak, yang paling menarik perhatian adalah
bagian sayapnya yang dipenuhi dengan payet dan dapat dibentangkan oleh sang
penari. Dan mahkota yang berhiaskan kepala merak yang disebut singer akan
bergoyang-goyang setiap penari menggerakkan kepalanya.
Dalam pertunjukannya, ciri bahwa itu adalah terlihat dari pakaian yang dipakai
penarinya memiliki motif seperti bulu merak. Kain dan bajunya menggambarkan
bentuk dan warna bulu-bulu merak; hijau biru dan/atau hitam. Ditambah lagi
sepasang sayapnya yang melukiskan sayap atau ekor merak yang sedang
dikembangkan. Gambaran merak bakal jelas dengan memakai mahkota yang dipasang
di kepala setiap penarinya.
Tarian ini biasanya ditarikan berbarengan, biasanya tiga penari atau bisa juga
lebih yang masing-masing memiliki fungsi sebagai wanita dan
laki-lakinya.Iringan lagu gendingnya yaitu lagu Macan Ucul biasanya. Dalam
adegan gerakan tertentu terkadang waditra bonang dipukul di bagian kayunya yang
sangat keras sampai terdengar kencang, itu merupakan bagian gerakan sepasang
merak yang sedang bermesraan.
Dari sekian banyaknya tarian yang diciptakan oleh
Raden Tjetje Somantri, mungkin tari Merak ini merupakan tari yang terkenal di
Indonesia dan luar negeri. Tidak heran kalau seniman Bali juga, diantaranya
mahasiswa ASKI Denpasar menciptakan tari Manuk Rawa yang konsep dan gerakannya
hampir mirip dengan tari Merak.
5. Asal Usul Tari Pendet
Tari Pendet merupakan kesenian tari yang berasal dari pulau Bali. Tari pendet adalah suatu pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa maupun gadis.
6. Asal Usul Tari Jaipong
Tari Jaipong adalah sebuah tarian yang lahir dari kreativitas seorang seniman Berasal dari Bandung, yaitu Gugum Gumbira. Antusiasnya pada kesenian rakyat yang seperti Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan. Sebagai tarian pergaulan, tari Jaipong berhasil dikembangkan oleh Seniman Sunda menjadi tarian yang memasyarakat dan sangat digemari oleh masyarakat Jawa Barat (khususnya), bahkan populer sampai di luar Jawa Barat. Nanti akan di jelaskan lebih rinci tentang Asal usul tari jaipong
Tari Jaipongan sebenarnya tak hanya akan mengingatkan orang pada sejenis tari tradisi Sunda yang atraktif dengan gerak yang dinamis. Tangan, bahu, dan pinggul selalu menjadi bagian dominan dalam pola gerak yang lincah, diiringi oleh pukulan kendang. Terutama pada penari perempuan, seluruhnya itu selalu dibarengi dengan senyum manis dan kerlingan mata. Inilah sejenis tarian pergaulan dalam tradisi tari Sunda yang muncul pada akhir tahun 1970-an yang sampai hari ini popularitasnya masih hidup di tengah masyarakat.
Asal usul tari jaipong
Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.
Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu / Doger / Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu / Doger / Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.
2 comments:
membantu
Dimohon dengan hormat untuk menghapus gambar/foto Tari Serampang Dua Belas, yaitu foto 7 orang penari yang menggunakan baju berwarna hijau dengan aksesoris berwarna oren. Saya adalah salah satu penari di foto tersebut. Bahwa kami adalah penari Kalimantan Barat yang saat itu tampil di TMII di gedung Sasono Langen Budoyo akhir tahun 2008. Jadi tarian itu bukanlah tari Serampang Dua Belas. Selain itu kami semua saat ini juga sudah menggunakan hijab, sehingga dimohon dengan sangat bantuannya untuk menghapus foto tersebut. Atas kerjasamanya kami ucapkan banyak terimakasih.
Post a Comment