Rejang lebong merupakan salah satu dari kabupaten di Provinsi Bengkulu, dan terletak di pegunungan Bukit Besar. Rejang Lebong memiliki luas wilayah sekitar 1.515,76 kilo meter persegi yang didiami oleh 246.378 orang, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Rejang Lebong adalah sebanyak 163 orang per kilo meter persegi.
Penduduk asli terdiri dari suku Rejang dan suku Lembak. Kabupaten Rejang Lebong memiliki 15 buah kecamatan yang masih dalam pengembangan. Sebelah utara berbatas dengan Kota Lubuk Linggau dan Kabupaten Musi Rawas, sebelah Selatan dengan kabupaten Kepahiang, sebelah timur berbatas dengan kabupaten Lebong dan propinsi Jambi, sedangkan sebelah barat berbatas dengan kebupaten Lahat.
Ibukota kabupaten adalah Curup. Terletak 85 km dari kota Bengkulu. Sebagian besar mata pencarian penduduk adalah bertani dan berdagang. Daerah yang terlekat di sekitar bukit Kaba merupakan pusat sayur mayur di kabupaten Rejang Lebong dan ada pula yang bekerja sampingan membuat gula merah, sedangkan di Curup banyak aktifitas masyarakat sebagai pedagang.
Cukup banyak kebudayaan yang terdapat di kabupaten Rejang Lebong ini, salah satunya adalah tari Kejei, dan saya sendiri merupakan salah satu penari tarian daerah tersebut.
2. Kegunaan Tari Kejei
Tari kejei ini biasanya digunakan untuk merayakan pernikahan, khitanan, panen raya, dan kegiatan-kegiatan lain yang berbau kedaerahan. Pada saat pernikahan, pengantin pria dan wanita dianjurkan untuk mengikuti tarian ini. Pengantin berada di tengah-tengah para penari, tepatnya berada diposisi ketiga jika jumlah penarinya ada 4 orang.
Penari Kejei
3. Misteri Tari Kejei
Tari Kejei adalah tarian yang paling terkenal di daerah Rejang Lebong dan merupakan tarian yang sakral. Gerakan tarian ini sangatlah sederhana, dan berbeda dengan gerakan tarian pada umumnya. Gerakan tari Kejei ini tidak boleh terlalu gemulai untuk penari wanitanya, sedangkan untuk penari prianya haruslah menunjukan kegagahan. Mungkin dalam 3 kali latihan kita sudah hafal semua gerakan tarian ini.
Tarian ini di bawakan oleh para pemuda dan pemudi yang tidak dalam satu suku. Sebelum dan sesudah menampilakan tari Kejei, di adakan ritual terlebih dahulu, yaitu pemotongan tebu hitam dan diberikan “langir” yang telah diberikan mantra oleh seorang sesepuh sebelum memulai tarian.
Dan ada beberapa mitos yang berkembang tentang tarian ini, yaitu: penari haruslah remaja dalam keadaan perjaka dan perawan. Jika ada salah satu dari penari tidak perjaka atau perawan lagi, maka kulintang sebagai alat music pukul sederhana yang mengiringi tarian tersebut akan pecah.
Saya masih teringat cerita dari guru kesenian di SMA sekaligus sebagai pelatih penari kami. Pada saat itu beliau mencoba merubah gerakan tarian daerah tersebut dengan menambahkan dengan tarian kreasi dan diberi nama tarian Raflesia, tetapi pada saat penampilannya, salah satu penari wanita mengalami kesurupan, dan akhirnya meminta tumbal seekor ayah hitam yang dipotong kemudian diletakkan di bukit Kaba.
Bukan hanya itu, beliau juga pernah mendapatkan pengakuan dari salah satu penarinya. Setelah selesai tampil menari, dia mengaku tidak merasa melakukan gerakan-gerakan tarian, tetapi badannya terasa digerakan oleh makhluk halus. Dan ternyata wanita tersebut melanggar salah satu syarat dalam melakukan tarian ini, yaitu haruslah dalam keadaan suci.
Dibalik misteri dari tarian ini, ternyata pada saat ini masih ada perbedaan gerakan tarian dari setiap kelompok atau sanggar tari. Walau pun pada dasarnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rejang Lebong telah menetapkan gerakan-gerakan yang terdapat pada tari Kejei ini.
4. Alat Music Pengiring Tari Kejei
Gong, kulintang, dan redap merupakan alat music khas tradisional suku Rejang, yang dari jaman dahulu kala sudah di pakai pada music pengiring tarian sakral dan agung suku Rejang, yaitu tari kejei dengan keterangan satu buah gong, 5 buah kulintang dan satu buah redap
Ke-3 alat music tradisional tersebut sangat penting perannya dalam tarian kejei, oleh sebab itu sebelum dimulai tariannya, oleh suku Rejang gong, kulintang, dan redap tersebut disaratkan dalam ritual te mu’un gung klintang.
Adapun music pengiring tari Kejei yang telah disepakati oleh BMA Rejang Lebong menggunakan salah satu dari tujuh lagu tarian Kejei atau gabungan dari beberapa lagu rejang yang disepakati, antara lain:
· Ombak laut
· Tupai melompat
· Siamang balik bukit
· Percang naik tebing
· Kumbang mengharap bunga
· Burung klating
· Diwo menimbang anak
5. Pakaian Penari
Pakaian yang dikenakan oleh penari pria berupa:
· Baju jas belango warna hitam
· Celana dasar hitam
· Penutup kepala yang disebut dengan cek’ulew
· Selempang dari kanan ke kiri
· Songket
· Kris
Untuk pakaian yang dikenakan penari wanita berupa:
· Baju kurung beludru warna merah yang ditabur logam warna kuning emas
· Mengenakan songket
· Selendang
· Motif bagian bawahnya berbentuk pucuk rebung
· Sungting goyang dan cempaka harus ganjil
· Mengenakan gelang
· Kemudian burung-burung
6. Pola lantai tari Kejei
Tari kejei ini merupakan tarian yang dilakukan secara berpasang-pasangan, penari haruslah ganjil mulai dari 3, 5, 7 ataupun 9 pasang. Gerakan inti tari kejei ada 2 macam yaitu gerakan tetap dan gerakan peralihan. Pada gerakan tetap, penari perempuan: kedua telapak tangan menghadap ke depan setinggi bahu di depan dada, dan setelah gerakan matah dayung memegang ujung selendang. Sedangkan pada gerakan tetap penari laki-laki, kedua telapak tangan menghadap ke depan setinggi kepala, dan setelah gerakan peralihan (matah dayung), kedua telapak tangan menghadap ke depan disamping paha.
Gambar.1. Sebelum gung kulintang berbunyi anak-anak sangeu sudah berada di posisi, dan posisi berdiri langsung duduk dengan posisi paha kaki kiri lurus ke depan, manapak dilantai dan kaki kanan bertumpu dengan tumit, kepala penari menunduk.
Gambar.2. Penari bersiap-siap:
· posisi tangan penari wanita dan laki-laki dilipat dibelakang tepat sejajar dengan pinggang atau seperti istirahat ditempat
· Tumit kaki kanan penari diangkat
· Pandangan ke depan dan badan berdiri tegak
· Seluruh penari ambil posisi duduk sebelum sembah.
· Setelah sembah pertama duduk, penari wanita dan laki-laki langsung berhadapan.
· Masih dalam posisi sembah.
Gambar.3. Setelah sembah ke-2 pihak penari bersiap-siap berdiri:
· Posisi tangan penari wanita dilipat kebelakang tepat sejajar dengan pinggan atau seperti istirahat ditempat, kemudian berdiri perlahan.
· Posisi tangan penari laki-laki membentuk tangai yang belum dilentikan, dtarik naik ke arah kanan (tangan kiri di depan dada dan tangan kanan disamping atas agak ke depan) kemudian berdiri perlahan bersama dengna penari wanita.
· Tumit kaki kanan penari diangkat.
· Pandangan ke depan pasangan masing-masing dan berdiri tegak.
Gambar.4. Dengan langkah dan hitungan yang sama penari laki-laki dan perempuan terus berputar sebanyak 2 kali putaran:
· Hitungan ke-1 dimulai dengan kaki kanan dan disesuaikan dengan bunyi gong, gerakan akan mulai berputar ke empat sisi.
· Hitungan ke-2 kaki kiri.
· Hitungan ke-3 kaki kanan.
· hitungan ke-4 kaki kiri ke depan dan berbelok menghadap ke kiri (pada saat gong ditutup dengan kaki kanan, dan pada saat itu pula kembali ke hitungan pertama)
Gambar.5. Dengan langkah dan hitungan yang sama penari laki-laki dan perempuan terus berputar sebanyak 2 kali putaran:
· Hitungan ke-1 dimulai dengan kaki kanan dan disesuaikan dengan bunyi gong, gerakan akan mulai berputar ke empat sisi.
· Hitungan ke-2 kaki kiri.
· Hitungan ke-3 kaki kanan.
· hitungan ke-4 kaki kiri ke depan dan berbelok menghadap ke kiri (pada saat gong ditutup dengan kaki kanan, dan pada saat itu pula kembali ke hitungan pertama)
Gambar 6. Dengan langkah dan hitungan yang sama penari laki-laki dan perempuan terus berputar sebanyak 2 kali putaran:
· Hitungan ke-1 dimulai dengan kaki kanan dan disesuaikan dengan bunyi gong, gerakan akan mulai berputar ke empat sisi.
· Hitungan ke-2 kaki kiri.
· Hitungan ke-3 kaki kanan.
· hitungan ke-4 kaki kiri ke depan dan berbelok menghadap ke kiri (pada saat gong ditutup dengan kaki kanan, dan pada saat itu pula kembali ke hitungan pertama)
Gambar.7. Setelah 2 kali putaran pertama,posisi terakhir berhadapan
· Kode kulintang ke-3 setelah 2 kali putaran yakni gerakan mata dayung tipe ke-1
· Setelah gong : telapak tangan diangkat ½ ( seperti bendera atau baki ) lalu kedua tangan disilang dengan telapak tertutup kemudian disilangkan terbuka lagi
· Kemudian tangan ditarik keatas sejajar bahu dan telapak tangan dibalikkan kearah depan bentuk tanggai yang belum dilentikkan
· Bersamaam dengan gong lentikan dilepas dan mulai lagi dari hitungan pertama Bagi wanita : 1 kali lentikkan Bagi laki – laki : setelah lentikkan pertama disusul dengan membalikkan kedua telapak tangan dengan bersamaan belok
· Kemudian kembali lagi ke-2 kali putaran
Gambar.8.9.
· Pada gambar kedua penjuru bertemu digaris sejajar
· Kode kulintang ke-5 berbunyi setelah itu langsung melakukan gerakan mata dayung tip eke-2
· Setelah gong: telapak tangan diangkat 1/2 lalu tangan disilangkan dengan telapak tertutup kemudian disilangkan terbuka lagi
· Kemudian tangan ditarik kebelakang membentuk tanggai yang belum dilentikkan
· Bersamaan dengan gong lentikkan dilepas dan mulai lagi dari hitungan ke-1
· Kemudian kembali melanjutkan mengelilingei penei sampai kembali membentuk garis sejajar dengan posisi terbalik
Gambar.10. Setelah kode kulintang ke-6 masing-masing penari kembali berhadapan dengan melakukan gerakan selanjutnya
· Duduk perlahan
· Sembah berhadapan
· Sembah hadap depan
· Berdiri (tangan seperti istirahat ditempat)
· Mundur ke belakang dengan iringan musik kulintang
7. Balie Kejei
Balie Kejei adalah tempat yang dibuat khusus untuk tempat pelaksanaan semua profesi kejei. Balai Kejei pada zaman dahulu didirikan kurang lebih seminggu sebelum acara itu sendiri dimulai, dibuat secara gotong royong. Ukuran balai 6X8 m.
Setelah balai kejei selesai didirikan, tugas diserahkan pada “tuwei batin” istilah dalam bahasa rejangnya “semreak kumat” dan untuk bidang tugas diluar balai kejei diserahkan kepada ginde dusun/desa bersangkutan tempat Kejei diadakan.
Dan terdapat sebuah meja yang diletakkan di tengah untuk diputari oleh para penari pada saat tarian dimulai. Meja tersebut disebut dengan penei.
Meja penei bukanlah sebuah meja kosong biasa. Penei merupakan lambang dari kemakmuran, yang terdiri dari:
1. Pisang emas setandan
2. Sirih beserta gagangnya
3. Pinang beserta gagangnya
4. Daun setawar beserta batangnya
5. Daun sedingin beserta batangnya
6. Buah kundur
7. Tebu sebatang panjang
8. Penyeluwang beserta batangnya
9. Beronang tanjak “pane tanjak”
10. Teleng (tampa)
11. Ambin dogan atau selendang cele
12. Tombak “kojoa”, pedang, sewar atau keris sebagai lambing keamanan
13. Payung agung sebagai lambang perlindungan, dan disusun di atas meja, pada meja terdapat
a. Bakul sirih
b. Bueak minyak
c. Lampu dammar kurun
d. Talam berisi beras dan gula merah
e. Perasapan dan sesajenan
f. Ayam jantan “monok bi’ing”
Meja Penei
8. Tari Kejei Di Era Modern
Setiap tahun HUT (ulang tahun) Curup dilaksanakan dengan memperlombakan berbagai cabang yang berbau kedaerahan, salah satunya adalah tari Kejei, dan pada saat perlombaan ini lah terlihat perbedaan gerakan pada tari Kejei tersebut. Dengan memanfaatkan event yang tepat, pemerintah Rejang Lebong terus berupaya meningkatkan rasa cinta kebudayaan terhadap anak-anak muda daerah, dan pada saat ini sudah mulai ditetapkan bahwa setiap warga yang asli dari suku Rejang ataupun menikah dengan adat Rejang diwajibkan menggunakan tari Kejei untuk menyambut para tetamu.
Tidak terelakkan lagi, bahwa anak muda pada saat ini kurang menyukai kebudayaan asli Indonesia. Semua ini dapat terlihat dengan kurang antusiasnya para siswa SMA yang terpaksa mempelajari tarian ini karena tuntutan pelajaran saja.
Remaja lebih tertarik dengan gerakan “dance” atau tarian modern, selain pakaian yang dikenakan trendi, gerakan yang yang di lakukan pun lebih luwes dan bebas, tanpa ada aturan yang terlalu berarti. Music pengiringnya pun bisa dibuat sendiri dengan meng edit lagu-lagu yang sudah ada sebelumnya.