Mengenal dan mempelajari asal mula Ngremo kita didorong untuk
menelusuri perkembangan kesenian-kesenian yang lain yang masih erat
berhubungan dengan sejarah pertumbuhannya, antara lain :
Tandakan/lerok/bandan/besut/topeng dalang.
Di antara kesenian-kesenian tersebut Ludruk Besutanlah dekat berhubungan dengan peristiwa kelahiran Ngremo.
Di daerah Dukuh Ngasem, Desa Jombok, Kecamatan Ngoro, Kabupaten
Jombang, Ludruk Besutan lahir ± pada tahun 1850 – an. Perkembangan
selanjutnya dibawa oleh Pak Durrasyim ke Surabaya pada abad XIX berkisar
pada tahun 1927, dengan perkembangan teaternya menjadi Sandiwara
Ludruk. Dalam teater inilah tari Ngremo dilahirkan yang fungsinya untuk
mengawali pementasan sebelum ceritera Ludruk dimulai.
Ada beberapa pendapat tentang pertumbuhan tari Ngremo:
- tari Ngremo lahir sebagai ke ianjutan Ludruk Besutan.
- tari Ngremo lahir sebagai kelanjutan dari topeng dalang.
- tari Ngremo lahir sebagai ke ianjutan Ludruk Besutan.
- tari Ngremo lahir sebagai kelanjutan dari topeng dalang.
Beberapa pendapat tersebut di atas mengarahkan kita untuk mengamati lebih jauh tentang eksistensinya.
Salah satu unsur perkembangan adalah spontanitas, hal ini dapat
dilihat dari adanya tari Seniti yang bermula dari tari-tarian keliling
desa yang tidak banyak mempunyai perbendaharaan gerak sebagai vocabuler
baku, tetapi dengan kreativitas para penari, gerak terus berkembang
dengan waton-waton bentuk yang sekarang ini dianggap merupakan vocabuler
tertentu dari pada Ngremo, misalnya: gedruk, singget, brajagan, nebak
bumi, ayam alas, nglandak, kipatan dan sebagainya.
Dengan turun temurun keyakinan atas vocabuler tersebut tidak dapat
diubah susunannya. Namun demikian masih dapat kita saksikan pada
beberapa penari yang tergolong baik mempunyai bentuk-bentuk gerak khusus
yang cukup kuat dan menonjol.
Kreativitas yang ada pada penari te rsebut antara lain mengancfung
unsure – unsur : wiled (pengisian gerak pribadi), kecepatan, intensitas
gerak, volume (bentuk dan isi), dinamik (tebal tipisnya tegangan otot
tubuh ) maupun kekavaan unsur-unsur jenis rasa (mantep gagah , mantep
alus).
Hal ini bisa dinyatakan dari pernyataan beberapa Seniman Ngremo yang
mengakui bahwa pada ta ri Ngremo ada yang mempu nyai kara kter gagah dan
karakter alus (termasuk di dalam pengertian ini adalah penjiwaannya).
Sumber-sumber lain bisa ditelusuri sejak adanya topeng dalang di Jawa
Timur ±. Pada abad I X – X III pada masa- masa Raja Kediri dengan tari
Kelono yang sampai saat ini bisa kita amati pada teater topeng dalang
di daerah Malang khususnya tari Beskalan.
Munali Fatah mengatakan bahwa pada mulanya tari Beskalan yang
menggunakan sampur pada bahu ditarikan dengangayaputri. Kemudian
berkembang dengan ditarikan dalamgayaputra, dan dalam perkembangan
selanjutnya ditarikan pula Ngremogayaputri. Sampai saat ini
bentuk-bentuk tari tersebut dapat kita amati .di daerah Ma
lang,Surabaya, Jombang, Mojokerto dan sekitarnya, yang bila diteliti
mengenai keragaman dan kekayaan jenis solah masih banyak perbedaan.
Sedangkan Winoto seniman tayub dari Surabaya yang lama mengikuti
perkembangan Ngremo adalah seorang Seniman sejaman Ludruk Besutan dan
mengikuti Durrasyim ketika mendirikan Sandiwara Ludruk di Surabaya,
mengatakan bahwa Ngremo merupakan perkembangan dari tari Somo gambar
yang dalam peragaannya menggunakan property tombak.
Hal ini identik dengan pengalaman yang diperoleh Kuswo seniman Ludruk
Besutan dari Jombang sejak jaman awal pertumbuhannya (tahun 1900-1930)
yang mengatakan bahwa Ngremo merupakan peikembangan dari tad Go ndoboyo
yang menggunakan property tombok.
Beberapa hal tersebut diatas merupakansalah satu sebab dari
perkembangan kekayaan jenis-jenis keragaman dan jenis so lah maupun
istilah -isdlah tari.
Suatu masalah yang perlu kita kaji bersama adalah sampai seberapa
jauh perkembangan bentuk-bentuk tari Ngremo, Kelono dan Beskalan
tersebut di masyarakat.
Perkembangan saat ini dari wujud garap ditandai dengan adanya bebe rapa tokoh penyusun tari Ngremo yaitu :
- Munali Fatah dari Su rabaya (R RI)
- Bolet dari Jombang.
- Munali Fatah dari Su rabaya (R RI)
- Bolet dari Jombang.
by Tri Broto Wibisono, Ngremo
0 comments:
Post a Comment