Perkembangan seni tari dipengaruhi oleh tingkat peradaban masyarakat pada saat itu dan juga sangat ditentukan oleh situasi dan kondisi pemerintahannya. Untuk mengetahui perkembangan seni tari, secara garis besar diperkirakan pertumbuhannya didasarkan pada periode tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Tari pada Jaman Prasejarah / Primitif
Pada jaman Prasejarah bentuk gerak tari sangat sederhana,hanya berupa hentakan kaki dan gerak tangan yang menimbulkan ritme pada peralatan yang dibawanya, dengan menirukan gerak binatang ataupun alam sekitarnya. Iringan yang digunakan juga sangat sederhana, monoton hanya berupa tepuk tangan ataupun nyanyian. Bentuk penyajian tari umumnya dilakukan secara kolektif (orang banyak) denagn komposisi melingkar menghadap ke dalam. Tari pada jaman prasejarah biasanya digunakan sebagai tari upacara, yang mana dalam upacara tersebut ada tujuan atau maksud tertentu yang melatarbelakanginya, maka pada umumnya bersifat sakral, magis dan dipengaruhi adanya kepercayaan animisme dan dinamisme.
2. Tari pada Jaman Kerajaan Hindu
Pada jaman Kerajaan Hindu seni tari banyak dipengaruhi oleh kebudayaan dari India antara lain cerita Ramayama dan Mahabarata. Karena pengaruh Agama Hindu, seni tari digunakan sebagai media penyembahan terhadap para dewa, maka seni tari menjadi bagian yang sangat penting dalam upacara-upacara keagamaan, adapun bentuk-bentuk gerak tari peninggalan jaman Hindu dapat kita lihat pada relief-relief dinding Candi Prambanan, Candi Penataran dan candi-candi lainnya yang merupakan peninggalan kebudayaan Indonesia-Hindu dengan bentuk ragam gerak yang sudah mulai dikenalkan. Seni Tari pada jaman Kerajaan Hindu mengalami perkembangan yang sangat pesat. Karena mendapat perhatian dari raja dan para bangsawan seperti tari-tarian upacara adat, keagamaan yang bernilai artistik tinggi yang sekarang disebut tari tradisi klasik yang berasal dari keraton. Antara lain Tari Bedhaya dan Tari Srimpi. Menurut perbedaan, Tari Bedhaya pada tari jaman Hindu berjumlah 7 orang yang melambangkan 7 bidadari dari kahyangan, sedangkan Tari Srimpi berjumlah
4 orang penari.
3. Tari pada Jaman Kerajaan Islam
Dengan masuknya Agama Islam ke Indonesia, ada pergeseran nilai dan fungsi seni tari. Ketika jaman Hindu, seni tari digunakan sebagai media penyembahan kepada dewa, maka pada jaman Kerajaan Islam kesenian dikembangkan sebagai sarana media penyebaran dan penyuluhan Agama Islam dengan menyesuaikan peradaban masyarakat yang sudah menganut ajaran Islam.
Sebagai contoh :
a. Tokoh penyebar Agama Islam / Wali banyak menciptakan bentuk-bentuk sekar / tembang yang bernafaskan Islam.
b. Tari Bedhaya yang pada jaman Hindu dengan penari 7 orang melambangkan 7 bidadari di kahyangan, pada jaman Sultan Agung menjadi 9 orang yang melambangkan Wali Sanga.
c. Di lingkungan istana setiap peringatan lahirnya Nabi Muhammad SAW dibunyikan gamelan Sekati yang sekarang menjadi acara Sekaten.
4. Tari Pada Jaman Penjajahan
Pada jaman Penjajahan seni tari tidak mengalami perkembangan akibat pada waktu itu negara kita dijajah oleh bangsa asing, sehingga bentuk kesenian banyak dikesampingkan, karena rakyat bergejolak ingin melepaskan diri dari penjajah. Hanya di lingkungan istana seni tari masih tetap terpelihara untuk kepentingan upacara-upacara di istana, misalnya : untuk menyambut tamu, untuk penobatan putra-putri raja dan sebagainya. Sedangkan di kalangan rakyat, hanya kadang-kadang saja timbul jenis-jenis kesenian sebagai hiburan selesai panen. Adapun peninggalan jaman penjajahan bisa kita lihat di daerah Purworejo ada kesenian Dolalak yang menirukan tingkah laku serdadu-saedadu Belanda pada waktu berbaris. Menari dan menyanyi dengan bunyi do-la-la (dari 1 6 6) hingga sampai sekarang terkanal dengan Dolalak, menggunakan busana yang menirukan pakaian opsir Belanda lengkap dengan atributnya. Disamping itu ada pula pengaruh yang timbul di lingkungan istana yang tergarap dengan cermat yaitu Tari Srimpi yang menggunakan properti berupa pistol yang melambangkan perlawanan terhadap penjajah.
5. Tari pada Jaman Kemerdekaan sampai sekarang
Setelah kemerdekaan tercapai, seni tari banyak dipengaruhi oleh kondisi sebelumnya, yaitu adanya keinginan yang sangat kuat untuk merdeka, maka bentuk-bentuk tari banyak berupa bentuk kepahlawanan dan seni tari mulai difungsikan serta digarap kembali sebagai tari upacara, tari adat / tradisi ataupun tari hiburan. Pada saat ini pembinaan dan pengembangan kesenian di Indonesia berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) serta Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya. Kedua departemen ini merupakan lembaga pemerintahan yang menangani pembinaan dan pengembangan kesenian. Kegiatannya antara lain mengadakan kegiatan-kegiatan kesenian dan mempunyai tugas mempersiapkan berbagai misi kesenian yang dikirim keluar negeri aau dalam negeri.
Sumber : Buku Kesenian Daerah kelas 8 (dengan sedikit penggubahan)
0 comments:
Post a Comment