Banyak masyarakat yang hanya mengetahui kesenian Topeng Ireng hanya sebagai sebuah tontonan seni tradisi semata. Namun di balik itu, kesenian rakyat asal Magelang ini terkandung sebuah filosofi di dalamnya.
Menurut Supras, salah seorang pengasuh kelompok kesenian Topeng Ireng Permata Rimba, nama Topeng Ireng berasal dari kata Toto Lempeng Irama Kenceng yang menata hidup secara baik dengan irama yang dinamis.
“Pada masa pendudukan kolonial Belanda, pemerintahan setempat melarang masyarakat berlatih silat sehingga warga Desa Tuk Songo, yang tinggal dekat Candi Borobudur, mengembangkan berbagai gerakan silat itu menjadi tarian rakyat,” paparnya kepada Timlo.net di sela-sela pertunjukkannya di Pekan Syawalan Taman Balekambang 2010.
Yang jelas tarian itu diiringi dengan musik gamelan dan tembang Jawa yang intinya menyangkut berbagai nasihat tentang kebaikan hidup dan penyebaran agama Islam, lanjutnya.
“Jika kita pelajari lagi ,ada filosofi yang mendalam yang terpancar lewat lagu-lagu pengiring dan gerakan-gerakan mereka yang banyak mempunyai arti. Jadi jika menonton Topeng Ireng masyarakat juga jangan terpaku dengan gerakannya saja tapi juga harus bisa mencerna pesan-pesan yang tertuang lewat lagunya,” imbuhnya.
Supras melanjutkan, kesenian tradisi Topeng Ireng sudah mendarah daging di beberapa wilayah di Magelang. “Saya tidak tahu kenapa dari tahun ketahun jumlah anak muda yang mau belajar tarian ini semakin meningkat.
Sekarang ini jumlah pemain Topeng Ireng di Desa Ndaleman Kidul, Dusun Dudan, Kecamatan Pakis, Magelang tercatat sudah mencapai 75 orang yang terdiri dari 63 putra dan 12 putri,” ujar Supras yang juga seorang Kadus di kampung asal kelompok Topeng Ireng tersebut.
Kelompok yang sudah berdiri selama 2 tahun ini juga sudah sering diundang dalam berbagai pementasan. “Kami pernah diundang di Mertoyudan, Karanganyar, Bowongan Pakis, Banyumanik Sawangan, Solo, dan berbagai tempat yang lain,” tandasnya.
Sementara itu, Suwarno sesepuh kelompok tersebut mengatakan bahwa adanya kelompok seni tersebut adalah bentuk keprihatinan warga kampung agar warisan budaya asli Magelang ini tidak punah ditelan jaman. “Kita pengen nguri-uri budaya yang ada di Magelang, dan juga untuk menggiatkan para pemuda kampung untuk terus melestarikan kesenian ini,” katanya.
0 comments:
Post a Comment